webnovel

The Guardian Ranger ~2 The Myth

The Guardian Ranger ~2 The Myth

Oleh Murtadho

Akhirnya makhluk buas itu terbunuh dengan luka di sekujur tubuhnya, mereka membawanya untuk di pertunjukan di halaman kerajaan. Pemuda yang terluka itu berjalan terhuyung huyung di papah dua orang temannya.

Mereka semua berjalan pulang meninggalkan hutan dengan rasa puas, gembira dan sekaligus turut merasa prihatin dengan keadaan dari salah satu teman mereka. Di tengah-tengah perjalanan pulang, pemuda itu samar-samar mendengar bisikan-bisikan halus di telinganya.

"Kalian dengar suara-suara itu .? " tanya pemuda itu ke kedua orang temannya.

"Sara apa..?? Kita tidak dengar apa-apa, sudahlah mungkin kamu hanya mendengar dengungan di telinga gara-gara terjatuh tadi"

jawab Tedrat yang sedang membantunya berjalan.

"Kau ini mulai berhalusinasi ya, sudahlah ayo kita jalan saja "

tutup Daren sambil tersenyum bahagia karena mereka berhasil pulang dengan hasil buruan yang besar. Pemuda itu pun mengabaikan bisikan itu dan tetap melanjutkan perjalanan.

Beberapa hari setelah perburuan itu di lakukan, pemuda itu sudah pulih dan siap untuk penobatan sebagai Guardian di kerajaan. Di pagi yang cerah pemuda itu teringat bisikan-bisikan yang ia dengar di hutan waktu lalu. Rasa penasaran mulai tumbuh di benaknya, ia mulai mencari tahu apa yang sebenarnya bisikan samar itu katakan.

Pemuda itu melakukan perjalanan keluar sekolah dengan menunggangi kuda putih tinggi besar miliknya.

"Ahh, hangatnya sinar matahari ini"

Kata pemuda itu sambil meregangkan badannya yang terasa hangat oleh sinar matahari. Pemuda itu berniat menenangkan diri di pedesaan yang ramah dan penuh kehangatan warganya. Di perjalanan ia selalu memandangi hutan gelap dari kejauhan dan tak terasa ia sudah sampai tujuan. Di sana dekat desa ada sebuah kedai kecil yang ramai, tempat itu menjual makanan dan minuman, pemuda itu turun dari kudanya dan dia masuk ke dalam kedai itu, ia duduk dekat jendela yang langsung menghadap ke arah hutan, ia memesan segelas susu dan roti gandum untuk ia makan.

Pemuda itu termenung sambil memandangi hutan.

"Hutan itu membuatku selalu berpikir dan mencari-cari "

ucapnya pelan sambil menatap ke arah luar jendela.

"Boleh saya duduk di sini..? "

Tanya seorang laki-laki tua mendekati pemuda itu dengan tiba-tiba. Pemuda itu sontak kaget dan memandangi laki-laki tua itu,

"Maafkan saya tuan, saya tidak berniat mengganggu tuan."

Kata laki-laki tua itu.

"Iya .. iyaa.. silakan duduk "

katanya sambil kembali termenung memandangi hutan.

Laki-laki tua itu memesan minuman untuk membasahi tenggorokannya yang kering, namun pemuda itu masih memandangi hutan tanpa berpaling.

"Tuan, apa yang tuan pandangi di hutan tua itu ? "

Tanya laki-laki tua itu .

"Tak ada yang saya pandangi di hutan itu , hanya saja, saya penasaran, sebenarnya ada apa di dalam hutan tua itu ? "

Jawab pemuda itu dengan lembut.

Kemudian laki-laki tua itu menceritakan sedikit kisah kelam hutan itu dari jaman kekuasaan raja sebelumnya. Laki-laki tua itu bercerita sampai waktu berlalu terasa begitu cepat, laki-laki tua itu mulai beranjak bangun dan berjalan pergi keluar dari kedai.

Laki-laki tua itu meninggalkan rasa penasaran yang semakin kuat di benak pemuda itu. Ia kemudian teringat kata.

"Jangan sekali-kali memasuki hutan itu sendirian, sangat berbahaya karena ..."

Bisik laki-laki tua itu sebelum beranjak pergi. Namun pemuda itu tak mendengar lanjutannya karena terdengar samar dan pelan.

Hari mulai senja, semburat warna keemasan terlihat begitu indah. Pemuda itu beranjak pergi dari kedai dan berjalan kembali ke kerajaan. Dengan rasa penasaran yang semakin besar, pemuda itu memikirkan perkataan laki-laki tua di kedai tadi.

Sesampainya di kerajaan ia langsung pergi ke asramanya dan membaringkan tubuhnya di tempat tidur, rasa lelah yang masih ada membuatnya mengantuk dan tertidur. Di saat ia tertidur, pemuda itu bermimpi berada di dalam hutan dan mencari-cari. Mimpi yang sama seperti malam-malam sebelumnya.

Mimpi itu selalu datang setiap malam, pemuda itu semakin merasa penasaran.

Rasa penasaran yang semakin lama semakin kuat dan tak terbendung lagi membuatnya bergegas dan bersiap pergi ke dalam hutan.

"Aku akan pergi malam ini juga "

Kata pemuda itu lirih. Malam yang sangat dingin dan tenang itu, tetap membulatkan tekatnya untuk keluar dari sekolah untuk mencari tahu apa rahasia yang ada di sana, ia menyelinap keluar lewat jendela yang terdapat di kamarnya.

Pemuda itu keluar mengendap-endap keluar jendela, berharap tidak ada yang melihatnya . Beruntungnya malam itu adalah di saat pergantian penjaga yang biasa di lakukan di tengah malam.

Pemuda itu berjalan melewati lorong penghubung asrama ke halaman yang terdapat dinding batu pembatas. Di mana saat penjagaan mulai lengah ia mulai memanjat dinding batu dengan hati-hati, karena dinding itu di tumbui tanaman berduri dan lumut licin yang membuatnya terpeleset dan membuat jubahnya tersangkut. Karena ia terpeleset rasa panik pun mulai membuatnya tergesa-gesa menarik jubahnya dan memanjat dinding itu dengan cepat dan tidak sengaja dia meninggalkan robekan kain jubahnya di tanaman berduri.

Malam itu sangat sunyi, gerimis mulai turun, penjaga bergegas berganti dan menempati posisi mereka, malam di mana semua murid bersiap untuk hari esok yang akan menjadi hari penting mereka, penobatan akan di laksanakan di aula sekolah, namun pemuda itu malah pergi dan mencari tahu apa yang sebenarnya ada di dalam hutan.

Setelah berusaha keras, akhirnya pemuda itu bisa melewati dinding pembatas dan melanjutkan perjalanan ke arah hutan. Di sepanjang perjalanan ia mendengar bisikan-bisikan lirih yang tidak tahu dari mana asalnya, ia tetap berjalan ke dalam hutan. Saat tiba di perbatasan hutan ia berhenti dan berkata sambil memandangi sekolah yang terlihat jauh di sana.

"Malam ini aku akan mengetahui apa yang sebenarnya ada di hutan ini, walaupun aku tidak tahu apa yang akan terjadi."

Pemuda itu lalu masuk ke hutan dan tak terlihat lagi karena gelapnya malam, dan rimbunnya pepohonan. Keadaan hutan yang tak sering di jamah itu terlihat sangat mengerikan di malam hari, lolongan serigala terdengar di heningnya malam yang dingin, membuat keadaan semakin mencekam. Pemuda itu terus masuk ke dalam, dan terus menyusuri ke dalam hutan.

Malam hari mulai memudar seiring terbitnya mentari, namun pemuda itu belum kembali ke kerajaan.

Teman sekamarnya Jade baru menyadari temannya sudah tidak ada di kamar, yang biasanya ia sudah bangun dan melakukan pemanasan di dekat jendela. Hari itu ia tidak ada, lalu Daren langsung mencarinya di mana ia biasa berada.

Setelah lama mencari pemuda itu tidak ada di mana-mana, Jade pun melapor ke ketua Dewan keamanan sekolah yang mana itu adalah ayah dari pemuda itu.

Sesampainya Jade di kantor Dewan, ia melaporkan bahwa teman sekamarnya tidak ada. Setelah Jade menceritakan semuanya ketua Dewan bergegas mencari di mana anaknya biasa berada, namun sesampainya ia di sana, tidak ada hasil yang diinginkan.

Untuk menyelidiki keberadaan pemuda itu, ketua Dewan mulai mencari jejak keberadaan anaknya. Ketua Dewan itu memutuskan merahasiakan keadaan ini dari murid yang lain karena tidak ingin murid-muridnya merasa tidak aman lagi dan berbuat yang sama seperti anaknya. Sore menjelang malam, ketua Dewan meminta batuan Ranger yang saat itu sedang bertugas mengawasi dan berjaga di luar sekolah. Ia meminta bantuan Ranger untuk mencari anaknya yang menghilang, ketua Dewan memberikan ciri-ciri anaknya.

Tidak menunggu waktu lama Ranger pun mulai bergerak menelusuri sekolah dan menemukan sehelai kain tersangkut di tumbuhan duri yang merambat di dinding batu. Mereka langsung mencari jejak pemuda itu yang ternyata benar mengarah ke hutan, mereka bergerak sangat cepat mengikuti jejak kaki yang masih terlihat di tanah.

Di perbatasan hutan mereka berhenti karena jejaknya sudah menghilang. Ranger bergerak memencarkan diri untuk mempercepat pencarian. Salah seorang dari mereka menemukan jejak dari pemuda itu, yang terdapat selembar robekan kain yang sama seperti di dinding tadi. Mereka terus masuk ke dalam hutan. Dengan keahlian mereka yang dapat bergerak cepat dari dahan pohon satu ke dahan pohon lain, memungkinkan pencarian mereka lebih cepat dilakukan.

Bergerak secepat bayangan dan tanpa suara, mereka tiba di tengah hutan dan merasakan ada keanehan di sana. Mereka menyisir di sekitar pohon-pohon yang besar dan tinggi menjulang, di sana terdapat pohon yang terbelah karena sambaran petir. Pohon itu terlihat sangat janggal dan terlihat tidak wajar.

Tak jauh dari pohon aneh itu, salah satu dari mereka menemukan batu yang menyerupai seorang pemuda yang mereka cari. Dan ternyata benar, yang mereka temukan adalah pemuda yang hilang. Pemuda itu telah berubah menjadi batu yang kokoh. 

"Bagaimana mungkin ini bisa terjadi?"

Kata pemimpin Ranger dengan pelan.

Seorang dari mereka di utus untuk memberi kabar ke pada anggota Dewan keamanan, tentang penemuan yang mereka temukan di hutan. Hari menjelang pagi dan pembawa pesan telah tiba di kantor ketua Dewan keamanan, dia melaporkan pesan dengan penuh rasa duka cita.

Karena yang ia laporkan adalah keadaan dari anak satu-satunya ketua Dewan keamanan yang tersisa.

Pembawa pesan memandangi ayah pemuda itu dengan penuh rasa duka.

"Lapor tuan, kami telah menemukan Damian di hutan sana dengan keadaan yang mengenaskan."

Kata sang pembawa pesan. Sontak sang dewan terkejut dengan laporan si pembawa pesan itu. Ketua Dewan terduduk di kursinya dengan mata berkaca-kaca dan tertunduk lemah tak berdaya.

"Ranger lain sedang dalam perjalanan ke mari tuan."

Pungkas pembawa pesan.

Ketua Dewan masih belum percaya dengan keadaan itu. Lalu terlontarlah pertanyaan.

"Apa yang terjadi dengan putraku ?." tanya ketua Dewan.

"Maafkan saya tuan, saya harus segera menyusul mereka di perjalanan."

jawab pembawa pesan.

Ayah pemuda itu sangat terkejut dan merasa sedih dengan kejadian yang terjadi dengan putranya.

Sesampainya Ranger di kantor Dewan keamanan, ayah pemuda itu terkejut dan tersontak. Putranya yang baru menginjak usia tujuh belas tahun, Damian telah berubah menjadi batu yang kokoh yang tidak dapat di pulihkan. Batu itu terlihat sangat jelas guratan wajah tampan pemuda itu, yang sangat jelas mudah di kenali.

Suasana berkabung sangat jelas terasa di kantor Dewan keamanan. Keadaan masih membingungkan di kalangan Dewan dan Ranger, mereka mulai membahas apa yang sebenarnya terjadi malam di mana Damian menghilang di dalam hutan Dark Woods itu.

Hari berlalu begitu cepat, penobatan yang seharusnya di lakukan hari itu di undur dengan alasan yang tidak di jelaskan. Penobatan itu di lakukan ke esokkan harinya di halaman sekolah, semua kandidat yang akan dinobatkan telah berkumpul, namun ada satu dari mereka yang tidak ada.

Kesedihan masih menyelimuti ketua Dewan keamanan kerajaan, namun kesedihan itu harus ia sembunyikan dan melanjutkan penobatan yang di hadiri oleh sang Raja yaitu Edward Griffint IV. Kebahagiaan calon Knight sangat terasa di saat penobatan mereka dilaksanakan.

Murid yang mendapat gelar Guardian Ranger sangat sedikit, banyak dari mereka mendapatkan kehormatan sebagai The Army Of Kavalari, dan The Army Of Sword.

Bersamaan dengan penobatan, ketua Dewan keamanan kerajaan mengundurkan diri sebagai Dewan karena sudah cukup tua dan menginginkan kembali kehidupan yang dulu ia jalani semasa muda. Ia berasal dari desa yang ramah, hangat dan tenteram.

Penobatan berjalan dengan lancar penuh kegembiraan dan suka cita.

Cerita awal mula di buatnya aturan-aturan disekolah itu adalah dari kejadian-kejadian di waktu silam yang menjadi cerita sampai sekarang dan di yakini oleh seluruh kerajaan ada hubungannya dengan penjaga hutan Dark Woods.

~ Hari berlalu sangat cepat ~