webnovel

Part 7 - Keluarga Kecil Bahagia

Nyonya Kate dengan telaten menyuap bubur jangung pada Rani. Wanita keturunan Eropa itu seolah sedang flashback saat ia mengurus Julia dan Bayu ketika kecil dulu. Dulu sekali dia sering menyuapi Bayu dan Julia, memandikan mereka dan bermain bersama keduanya seperti yang ia lalukan saat ini bersama Rani. Ia merasa seperti kembali menjadi ibu muda.

Pagi ini seluruh keluarga Anggara sedang menikmati sarapan di meja makan, minus Tuan Adam. Pria setengah baya itu berangkat pagi-pagi sekali karena ada meeting penting dengan investor dari Jepang.

"Mama, sarapan saja dulu biar Dira yang kasih makan Rani," ujar Dira sungkan. Pasalnya Nyonya Kate tidak menyentuh makanannya sama sekali hanya untuk menyuapi Rani.

"Udah biar Mama saja. Mama senang melakukannya," balas Nyonya Kate santai sambil tetap memberi suapan pada Rani.

"Nenek, tambah susunya," perintah Rani dengan nada manja. Nyonya Kate segera meraih kaleng susu kental manis dan menambahkannya pada bubur milik Rani sesuai dengan perintah gadis kecil itu.

Rasa bersalah kembali menghampiri Dira melihat betapa besar rasa sayang Nyonya Kate pada Rani. Dengan sabar wanita keturunan Eropa itu selalu berusaha untuk memahami segala tingkah kekanakan Rani. Seperti seorang Nenek pada umumnya yang suka memberi apapun pada cucu kesayangannya, seperti itulah Nyonya Kate.

"Oh iya Ma, hari ini aku pulang agak lama karena ada urusan sebentar di kampus. Boleh, kan?" Dira meminta izin pada Nyonya Kate.

"Gak boleh!" jawab Bayu dengan cepat. Siapa yang ditanya, siapa yang menjawab. Seluruh keluarga menatap Bayu dengan heran.

"Kenapa gak boleh?" tanya Dira meminta penjelasan lebih.

"Pokoknya lo gak boleh pulang ma-- maksudnya, KAMU gak boleh pulang lama," tekan Bayu, lelaki itu memekankan kata kamu guna memunjukkan kekuasaannya. Padahal ia memberi penjelasan yang tidak jelas.

"Tapi, kenapa Dira gak boleh pulang lama? Kasih alasan yang jelas dong, Bay." Kali ini Julia yang menuntut Bayu untuk memberi penjelasan. Sudahlah, jika Kakak Bayu yang satu ini ikut campur pasti urusan akan semakin runyam.

"Kamu gak tahan ya lama-lama jauh dari Dira, makanya kamu gak kasih izin buat Dira pulang lama. Iya, kan? Iya saja, laah."

Dengar, dengar sendirikan bagaimana Julia menggoda dan menyudutkan Bayu. Tolong ingatkan Bayu untuk menjahit bibir Julia nanti.

Dira menunduk malu karena penuturan Julia. Sial, kenapa dia jadi malu-malu kucing begini? Padahal perkataan Julia itu hanya omong kosong semata untuk menggoda Bayu.

"Ya! Aku gak suka jauh-jauh dari Dira."

Refleks Dira mengangkat wajahnya. Mata bulat milik Dira menatap Bayu dengan takjub, ia tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar. Kedua pipi Dira memerah seketika karena pandangan jahil Julia.

"Iya deh yang lagi fall in love. Aku mah apa atuh yang jomblo ini. Cuma kaleng-kaleng doang, kalau ditendang bunyi klenteng-klenteng." Julia memasang tampang nista, dia pura-pura sedih meratapi nasib berada di tengah-tengah orang yang sedang kasmaran.

Bayu mendengus sebal melihat tingkah sang Kakak. Abaikan saja perempuan itu, biarkan dia berkembang dengan segala ke-lebayannya. Yang terpenting sekarang Bayu harus segera menggagalkan rencana Dira untuk bertemu dengan seseorang yang Dira telepon kemarin malam.

Lagipula, mana mungkin seorang Julia menjomblo. Playgirl semacam dia tidak akan tahan hidup tanpa cowok-cowok koleksinya.

"Sebenarnya aku mau mengenalkan Dira dan Rani pada seseorang, jadi aku gak kasih izin buat Dira pergi lama. Atau kalau bisa, dia tidak perlu pergi," jelas Bayu penuh kebohongan. Ia memasang tampang semenyakinkan mungkin agar semua orang percaya.

Julia tiba-tiba bertepuk tangan. Entah apa lagi tingkah perempuan itu kali ini. "Kakak tidak tahu kamu se-gentleman ini, adikku sayang. Kamu mau mengenalkan Dira dan Rani pada orang lain."

Lebay! Pikir Bayu. Mau mengenalkan Dira dan Rani pada siapa pun Bayu tidak tahu. Ayolah, itu hanya kebohongan Bayu saja untuk menggagalkan rencana Dira agar tidak pergi. Ia tidak sudi Dira pergi bersenang-senang, sementara dia sendiri harus mengurus Rani. Bayu tidak mau dirugikan, semua harus balance.

"Kamu sama Rani ikut aku ke kantor," putus Bayu.

"Tapi aku harus ke kampus. Aku ada --"

"Gak baik membantah permintaan calon suami!" tegasnya.

Oh Tuhan, kata apa yang baru saja tercetus dari bibir Bayu. Calon suami? Kutuk saja Bayu, kalimat itu keluar begitu saja.

"Cieee, yang mau nikah. Calon suami, ahaaay. Mau dong punya calon suami juga," Julia kembali menggoda.

"Kakak!" Bayu menegur Julia agar kakaknya berhenti mengoceh. Bukannya merasa tersinggung, Julia justru memberikan senyuman jail pada Bayu.

"Sudah Dira, kamu ikut Bayu saja ke kantor," ujar Nyonya Kate menimpali. Mata birunya menatap Dira lembut.

"Tapi Dira ada janji mau ketemu dosen hari ini, Ma," Dira mencoba memberi penjelasan.

"Alasan! Bilang saja kamu mau ketemu sama cowok," desis Bayu sinis. Rasa kesalnya semakin meningkat mengingat percakapan Dira tadi malam melalui telepon dengan seseorang. Sekali ditegaskan, Bayu tidak cemburu hanya kesal saja. Ingat itu!

"Maksudnya?" tanya Dira tidak mengerti dengan kekesalan Bayu.

"Maksudnya kamu gak boleh pergi ke kampus, tapi kamu ikut denganku ke kantor. Titik!" ucap Bayu tegas.

Dira menghela napas lelah, dia menyerah dan tidak membantah lagi. Memangnya siapa dia berani membantah seorang Bayu?

~000~

Mobil MBW keluaran terbaru milik Bayu membelah jalanan yang sangat ramai. Namanya juga kota besar, jam pagi seperti ini tidak pernah sepi dari kendaraan. Kuda-kuda besi itu saling berlomba untuk mendapatkan tempat di jalanan. Tidak ada yang namanya istilah mengalah demi sampai ke tempat tujuan masing-masing.

Embusan napas kesal keluar dari bibir Dira. Dia sebal sama laki-laki yang bernama Bayu, namun tidak dapat terungkapkan. Pasalnya Bayu seperti tidak berniat untuk terbebas dari kemacetan. Seharusnya laki-laki itu bisa menyelipkan mobil mewahnya di ruang kosong yang ada di depan. Tapi, ini apa? Bayu lebih memilih menikmati pemandangan sekitar yang dipenuhi mobil-mobil.

"Di kiri depan ada ruang kosong, kita bisa masuk di sana," tunjuk Dira pada tempat yang ia maksud.

"Gak bisa! Posisi kita sudah terjepit," sahut Bayu datar. Tangannya menggenggam kemudi tanpa berniat menggerakan benda berbentuk lingkaran itu.

Demi Neptunus, ingin sekali rasanya Dira memberi bogem pada wajah sok cool Bayu. Sabar, sabar! Dira masih membutuhkan laki-laki ini untuk menjadi Ayah Rani.

"Lo bisa terlambat ke kantor, kita harus cepat," ujar Dira.

"Itu urusan gue," jawab Bayu masih dengan wajah dan nada suara yang datar seolah semua mudah baginya.

"Sialan lo!" Dira tanpa sadar mengumpat.

"Apa lo bilang?!" tanya Bayu keras. Dengan cepat Dira menggeleng, memberi pertanda bahwa dia tidak mengatakan apapun.

"Gue paling gak suka dibantah. Jadi jangan sekali-kali membantah perkataan gue, seperti yang lo lakukan di meja makan tadi," Bayu memperingati Dira. Mata tegasnya menatap Dira sekilas. Rahangnya yang kokoh menunjukkan sikap Bayu yang keras.

Dira mendapatkan satu hal baru dari penjelasan laki-laki itu, Bayu paling tidak suka dibantah. Baiklah, Dira akan mencatat itu dengan baik dalam otaknya.

"Kita mau kemana, Ayah?" tanya Rani. Sedari tadi gadis kecil itu duduk di atas pangkuan Dira dan sibuk dengan biskuitnya.

Bayu tersenyum tulus pada Rani. Ekspresi kerasnya hilang. Dia berubah sangat lembut pada gadis kecil itu. Berbeda sekali dengan ekspresi wajah yang selalu Bayu tunjukkan pada Dira.

"Kita mau pergi ke tempat yang banyak cowok-cowok ganteng. Rani suka cowok ganteng, kan?" tanyanya.

Rani menggangguk semangat. "Rani suka cowok ganteng. Tapi cowok ganteng itu apa, Ayah?" tanyanya polos.

"Cowok ganteng itu kayak Ayah," jawab Bayu penuh percaya diri.

Diam-diam Dira mencibir geli. Satu lagi sifat Bayu yang ia tahu, laki-laki itu sangat narsis. Suka memuji diri sendiri dengan penuh percaya diri.

"Betul! Ayah memang ganteng seperti kata Bunda. Ayah itu tampan, hidungnya mancung, mirip orang 'welen' yang matanya biru. Makanya waktu bunda cerita soal Ayah, Rani langsung kenal sama Ayah. Ayah Rani yang terbaik," celoteh Rani polos.

Bayu melirik pada Dira. Benarkah Dira bercerita seperti itu tentangnya? Wait, tadi Rani menyebutkan kata welen. Apa itu? Sejenis hinaan, kah?

"Apa itu welen?" tuntut Bayu pada Dira.

"Welen itu maksudnya western. Waktu bohong soal sosok Ayah sama Rani, gue bilang dia punya Ayah yang mirip orang bule dengan mata biru kayak mata lo. Makanya pertama kali ketemu sama lo, dia kira lo itu Ayahnya karena orang di sini jarang yang memiliki bola mata biru. Lo tahu sendiri orang Asia jarang atau bahkan tidak ada seperti ciri-ciri yang gue jelaskan sama Rani," jelas Dira.

Hening sesaat. Hanya suara hiruk-pikuk dari luar yang memenuhi suara mobil itu. Bayu masih mencoba mencerna segala penjelasan Dira.

"Sebenarnya di mana Ayah Rani?" tanya Bayu.

Dira tersenyum miris. "Anggap saja Ayahnya sekarang ada di surga," jawab Dira lirih.

"Ayah siapa di surga, Bunda?" Rani tiba-tiba menyela.

Senyuman miris Dira berganti menjadi senyuman kesedihan. Matanya berkaca-kaca menatap Rani, dengan lembut ia membelai surai hitam gadis kecil kesayangannya itu.

Entah kenapa Bayu merasa sesak melihat kesakitan Dira dan Rani. Cara Dira membelai rambut Rani dan tatapan sendu Dira untuk Rani, membuat siapapun ingin berusaha untuk melindungi keduanya.

"Yang pasti bukan Ayah Rani yang ada di surga, karena Ayah Rani ada di sini," kata Bayu tulus. Tangan besar Bayu ikut membelai rambut hitam gadis kecil itu. Beberapa kali tangannya bertabrakan dengan tangan halus Dira yang masih berada di atas kepala Rani.

Mereka terlihat seperti keluarga yang sesungguhnya. Seorang anak, Ayah, dan Ibu. Hanya tinggal menumbuhkan cinta yang sesungguhnya diantara mereka semua maka keluarga ini akan benar-benar sempurna.

"Ayah jangan pergi-pergi lagi," tutur Rani. Bayu mengangguk untuk mengamini permintaan Rani.

"Janji?" Rani meminta kepastian.

Bayu memasang tampang serius. "Ayah janji!"

Adakah kata diatas bahagia untuk menggambarkan perasaan Dira saat ini? Jika ada tolong beritahu pada Dira. Dia bahagia, sangat bahagia melihat kebahagian Rani. Tuhan, tolong jangan rebut kebahagiaan Rani saat ini. Biarkan gadis kecil ini tetap menggenggam kebahagiannya.

~o0o~