1 Prolog

Sudah satu tahun lamanya aku menganggur..

Meski aku lulusan dari sarjana perbisnisan, persaingan mencari kerja sangatlah berat.

Terlebih, untuk orang miskin sepertiku ini. Mereka pikir aku hanyalah tukang ngibul yang berhayal bisa kuliah jurusan bisnis.

Yah memang sih. kuliah pun, karena aku mendapatkan beasiswa. Itu juga karena aku beruntung mendapat undian sekolah bisnis gratis.

Siapa sangka permen coklat kesukaanku yang baru aku beli dengan uang jajanku, terdapat undian berhadiahnya. Yah, aku ambil saja hadiahnya. Daripada mubadzir juga. Lumayan bisa kuliah di universitas elit milik keluarga gray. Tak hanya biaya kuliah, tapi uang saku juga mereka berikan. Alhasil aku bisa memberikan separuh uang sakuku kepada orang tuaku di desa.

Yah, bisa dibilang aku memang sedang beruntung saat itu. Apalagi universitas tempat aku kuliah pun sangat besar dan berkelas. Rata-rata orang yang kuliah disana adalah dari golongan orang-orang kaya. Lah aku hanyalah seorang anak petani miskin dari sekolah SMA swasta di kampung.

Pada awalnya, aku sempat merasa minder. Namun karena identitas diriku sebagai pemenang beasiswa dirahasiakan. Aku jadi tidak terlalu minder lagi. Karena semua pakaian yang kami pakai sama persis. Makanan yang kami makan pun sama, hidangan khas kantin kampus. Disini tak ada perbedaan dari segi penampilan maupun pendidikan.

Namun perbedaan itu akan sangat terlihat saat kau berada di luar lingkungan kampus. Semuanya sangat berbeda bagaikan langit dan bumi.

Meski kami sesama lulusan dari universitas bisnis gray. Namun latarbelakang kamilah yang membedakan itu. Banyak perusahaan yang memandangku sebelah mata perihal kehidupanku. Oleh karena itulah bahkan bila aku berasal dari lulusan universitas ternama pun. Banyak dari perusahaan yang meremehkan diriku.

Dan beginilah diriku, seorang pengangguran yang luntang Lantung bawa lamaran kemana-mana.

Ah... Apa aku mencari kerjaan yang berada di luar pemahamanku yah?, Begitulah pikirku demikian.

Setelah lelah mencari kerjaan di kota besar yang saingannya bejibun. Akhirnya, aku memutuskan untuk bekerja di bidang yang berbeda dari keahlianku.

Seminggu setelah menetapkan diri, aku pergi ke agensi penyaluran tenaga kerja.

Kau yakin mau melamar pekerjaan ini?, tanya agensi penyaluran kerja itu.

"Ya", jawabku tegas.

Meski aku melamar pekerjaan itu, tak ada jaminan juga aku bisa langsung diterima. Namun, karena aku juga lulusan dari sana. Ada kemungkinan besar aku diterima.

Dan disitulah kesalahan terbesar dalam hidupku.

Jika saja...

Saat itu aku...

Jika aku tidak mengambil keputusan itu...

Untuk mengambil pekerjaan tersebut..

Mungkin aku tidak akan pernah menyesali apa yang telah aku buat saat ini.

WELCOME IN THE GRAY BUTLER

avataravatar
Next chapter