webnovel

24. Portal yang terbuka

Setelah gadis itu membantu para karyawan, ia kemudian kembali dalam kamarnya. Sekilas ia melihat ibunya yang sudah menyiapkan makanan enak untuk suami tercinta. Ayahnya beberapa saat ayahnya terbangun. Walau matanya masih mengantuk.

"Mana kue yang akan dibawa?" Kata ayahnya.

"Ini pak" ujar mereka menunjukan kepada istri tuan rumah.

"Uda, makanlu" kata ibunya kepada ayahnya yang baru saja bangun.

"Oke"

Risu kemudian masuk kedalam kamar. Dia mengunci pintu kamarnya lalu setelah ia kunci, ia membuka semua pakaiannya karena ia mau mandi. Kemudian ia tutup dengan handuk. Selanjutnya, ia berjalan menuju kamar mandi. Kebetulan, didalam kamarnya ada kamar mandi sendiri walau didekat dapur juga ada. Ia biasanya pergi kesana jika ia tertidur di area ruang tamu. Itupun hanya sekedar mengambil wudhu. Ketika ia berjalan kekamar mandi, ibu jarinya seperti ditusuk oleh jarum. Ia lihat sudah berdarah begitu saja. Ia lihat ke bawah lantai ternyata ada peniti perak yang terpijak olehnya.

Kenapa ada peniti perak disini? Ia menyentuhnya dengan pelan-pelan. Dia lihat bentuk peniti perak itu dengan saksama. Sepertinya ia kenal dengan peniti itu. Rasanya tidak asing sekali. Bentuknya sangat klasik.

"Ini punya siapa? kenapa penitinya ada disini?"

Dibalik jendela diam-diam sudah ada yang mengintai. Namun rupa yang lain. Yaitu dimana ada kumpulan asap hitam yang dibarengi kilatan seperti petir. Dia mulai mengincar rumah itu. Asap itu kemudian berlari menuju angkasa.

Risu kemudian menaruhnya disela-sela rak buku. Lalu ia langsung menuju kamar mandi. Menutup pintu kamar mandinya.

+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

Yanda kali ini sedang istirahat. Latihannya akan dimulai lagi sekitar habis asar. Ia melihat kontak nomor Risu. Sekarang dipikirannya hanyalah Risu semata. Dia benar-benar jatuh cinta dengan gadis itu. Jujur saja selama ia sekolah ia tidak pernah tertarik dengan gadis manapun. Semuanya ingin berpacaran dengannya hanya alasan karena dia ganteng.

Dia heran kenapa gadis itu tidak menyukainya? Para gadis yang menjadi anggota randai berusaha mencari perhatiannya dengan menyisakan donat untuknya yang rasa greentea.

"Ini buat kamu?" ujar gadis ini. Dia adalah orang yang cinta kepada Yanda sejak lama. Tapi perasaan itu tidak digubris. Gadis melihat Yanda melihat ponselnya. Gadis itu kesal seakan ia ingin mengambil ponselnya. Namun, ditangkis oleh Yanda.

"Aku gak suka ya sama cewek yang terlalu over sama urusan orang"

"Tapi akukan pengen tau kamu chattingan sama siapa" Ujar gadis itu dengan entengnya. Namanya Amanda. Dia sangat menyukai Yanda sejak kelas 1. Tapi dia dan Yanda mengambil jurusan yang berbeda. Yanda menatapnya dengan tajam. Karena ia kesal, ia kemudian pergi kesuatu tempat.

"Kamu mau kemana?"

"Aku mau kemana itu bukan urusan kamu!!"

Yanda benar-benar kesal dengan gadis itu. Gadis itu semakin sedih. Ia berjalan menuju kelas. Tapi, ketika ia menuju kelas ia melihat seorang perempuan cantik memakai baju batabua berada diatas atap sekolah. Yanda sangat heran kenapa bisa ada perempuan disitu? Ia menyaksikannya dimana perempuan itu membawa tusuk konde untuk melawan sebuah kumpulan asap hitam dimana ada kilatan petir. Ia melihat perempuan itu terbang keangkasa sambil melayangkan tusuk konde miliknya. Matanya yang tajam melempar tusuk konde tanpa ragu. Pertengkaran itu membuat tanpa sadar ia melihat terbukanya portal dunia lain. Asap hitam idan perempuan itu masuk kesana.

Yanda menyaksikannya dengan mata kepalanya sendiri. Dia bingung, apa yang dilihatnya itu. Karena dia baru pertama kali mengalami kejadian seperti ini, dia balik keruangan tempat ia latihan. Dia lari terbirit-birit sambil menampakan wajah ketakutan. Dia malah menyeret temannya yang sedang membawa air aqua gelas.

"Eh...kenapa ini?" Tanya Rifki.

"Siram mukaku!" ujar Yanda.

"aaa"

Mendengar itu Rifki bingung.

"Kamu kenapa?"

"Siram aja"

Akhirnya Rifki menyiram wajah Yanda hingga bajunya basah. Dia melihat sekitarnya, bahwa ia pastikan tidak melihat apapun seperti tadi. Melihat itu semuanya bingung apa yang terjadi pada Yanda. Bahkan ada yang menyentuh keningnya, tapi suhu tubuhnya tidak panas.

"Aku tidak demamlah"

"Yah, habis kamu kaya barusan ngeliat setan" ujar yang lain. Yanda terdiam.

"Aku tidak melihat itu."Yanda menyangkal.

"Ya udah ..... yuk kita latihan lagi"

"Ayuk"