1 Too Bad to Be Angle

"Bagi yang terpilih sebagai ketua kelompok, silahkan memilih dua orang sebagai anggotanya" ucap Anji sang ketua kelas

"Kita bertiga aja Za sama Anji"

Arza masih tak merespon ucapan Miko

"Oy! Bertiga ya!" Paksa Miko

"Aku mau pilih yang bening"

"Hah! Kesurupan apa kamu?" Ucap Miko dengan bingung lagi terheran

Jelaslah Miko tak habis pikir, Arza teman sedari SMP dan SMA yang ia kenal bukanlah tipe laki-laki yang suka berinteraksi dengan lawan jenis, entah apa yang terjadi padanya saat kuliah hingga ia kini sedikit berbeda

Arza menyatakan di forum, bahwa ia memilih Karen dan Sisil sebagai anggota kelompoknya

"Serius ni? Kamu pilih Karen si putri malu dengan Sisil si pemalas?" Heran Miko

"Kenapa memang?" Ucap Arza dengan dingin

"Alasannya??? Ga mungkinkan kamu pilih mereka cuman karena mereka cantik! Ini bukan kamu yang biasanya, kamu yang hobi manfaatin orang lain"

"Kenapa ga mungkin?" Tanya Arza dengan tatapan tajam

"Karen itu laksana putri malu, ga ada suaranya, ga bisa apa-apa!"

"Justru itu, karena tidak bisa apa-apa, dia bakal melakukan apapun untukku. Dia kan kaya raya" ucap Arza tersenyum licik

"Okelah kalau Karen! Kalau Sisil?"

"Kenapa dengan Sisil?"

"Diakan pemalas, kuliah juga cuman sekedar ada dan dia tidak kaya"

"Terus??? Hei Mik! Kau terlalu meremehkan orang lain" ucap Arza dengan tegas

Di mata Miko, Arza adalah sosok laki-laki yang absurd, terkadang ia sangat baik, namun di sisi lain menjadi sangat licik, tak ada yang tahu apa yang direncanakannya

~~The Game is On~~

"Jalan yuk!" Ajak Nita, teman Sisil

"Lagi banyak tugas nih!"

"Tugas? Kamu ngerjain tugas? Hahaha! Kesurupan apa kamu? Tumben belajar"

"Terpaksa! Aku sekelompok sama Arza!"

"Arza yang ganteng misterius itu?"

Sisil hanya menganggukan kepala sambil memasang ekspresi sedih

"Kalau gitu harus semangat Sil, siapa tahu bisa kamu deketin hahaha" ucap Nita seraya menggoda

Sedangkan di sisi lain, Karen si putri malu dengan giat melaksanakan tugas yang diberikan Arza tanpa keluh kesah

Arza selalu mengingatkan anggotanya untuk menyelesaikan tugas tepat waktu, sampai-sampai Sisil hampir gila dibuatnya

Sedangkan saat Sisil dan Karen mengalami kesusahan, Arza seperti tak perduli dan selalu beralasan sibuk. Sedangkan tugas harus diserahkan ke Arza paling lambat H-1 dari waktu presentasi

~~The Game is On~~

Kini waktu presentasi telah tiba, Sisil dan Karen telah bersiap-siap untuk menyiapkan materi presentasi, Sedangkan Arza masih belum hadir di kelas

"Dimana kamu Arza?" Sisil menghubungi Arza

"Masih di toko ATK"

"Ngapain? Tugas kita belum siap?!" Tanya Sisil dengan nada tinggi

"Belum, hahaha. Sudah dulu, aku sibuk!" Arza mematikan HPnya

Sisil kini memasang wajah cemberut, ia juga panik jika dosen akan lebih dahulu datang

Belum sempat menghela nafas, Sisil sudah dikejutkan dengan sosok dosen yang memasuki ruangan

"Assalammu'alaikum"

"Wa'alaikummussalam"

"Kita hari ini presentasi, silahkan yang bertugas untuk maju"

"Maaf pak! Ketua kami belum datang" Ucap Sisil dengan sedikit takut

"Arza? Dia sudah konfirmasi ke saya tadi malam kalau dia akan datang terlambat dan dia bilang anggotanya sudah siap"

Sisil dan Karen kini semakin panik, Sisil yang selama ini selalu bermalas-malasan dan Karen yang terlalu pemalu, mereka harus tampil di hadapan dosen dan teman"nya tanpa Arza

Panik dan gugup menguasai diri mereka, namun entah mengapa panik dan gugup tersebut mulai hilang beriringan dengan piawainya mereka menjelaskan

Tugas yang Arza berikan kini terasa sangat bermanfaat, mereka yang awalnya grogi untuk bicara, kini terlihat seperti seorang ahli yang berpengalaman. Hingga akhirnya Arza datang 20 menit setelahnya.

~~The Game is On~~

"Saya akhiri, assalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh"

Ucap Arza seraya menutup diskusi

Kini kuliah telah usai, dan tugas kelompok Arza mendapat pujian dari dosen

Yah tak heran, Arza adalah superstar di kelas ini, dengan karakternya yang "bodo amat" dia kadang dicintai dan dibenci dalam waktu bersamaan

Seperti hari ini misalnya, Arza menyengaja telat, malas-malasan mengerjakan tugas kelompok, selalu bilang lupa, tak peduli dengan kekhawatiran kelompoknya. Tapi dia bisa memberi ending yang bahagia dan membuat dosen terpesona dengan kepiawaiannya dalam menyelesaikan permasalahan dan memberi clue yang menjadikan anggotanya aktif dalam diskusi.

Seakan-akan semua sudah diperhitungkannya...

"Hebat ya kamu Arza" ucap Sisil

"Itu dosen lumayan killer loh" sambung Karen dengan suara pelan namun bahagia

"Iya, kamu bisa jawab pertanyaan susah dari bapanya" sisil menambahi

"Haha, bapanya itu dosen lama, mahasiswanya banyak" ucap Arza

"Lah, terus?" Ucap Sisil dengan penuh kebingungan

"Aku minta materi dari kaka tingkat, dengan semua hal yang disukai bapanya" jawab Arza

"Ih, jadi kamu udah tau semua dari kaka tingkat?" Tanya Sisil penuh kekaguman

"Nda lah! Kaka tingkatnya lho kualitasnya standar, aku tahu karena memang aku pintar hahaha" jawab Arza dengan congkak

"Ko kesel ya dengarnya" ucap Sisil

"Ah bodo amat, yang penting dapat A+ hari ini hahaha" sambung Sisil tertawa riyang yang diiringi dengan Karen.

..........................

Kini tiga hari telah berlalu, tiba-tiba Arza mengisahkan alasan mengapa dia memilih Sisil dan Karen sebagai anggota kelompoknya kepada Miko.

Sisil adalah orang yang riang, namun sayang dia kuliah hanya sebatas gengsi, waktu kuliah dihabiskannya untuk tertawa ria di kantin kampus, padahal ia bukan orang dari keluarga mampu, tentu ayah ibunya berharap yang terbaik kepada Sisil, tapi Sisil justru terlena dengan gemerlapnya dunia kampus. Arza menjadikannya anggota, memberikannya tugas yang rumit untuk menunjukkan betapa nikmatnya sukses saat bersungguh-sungguh seperti yang dirasakan Sisil saat ini.

Sedangkan Karen adalah anak yang pintar namun sangat pemalu, ia selalu diam saat ditanya walaupun tahu, hal ini membuat dia dipandang tidak sesuai dengan kapasitasnya. Arza ingin menunjukkan betapa nikmatnya untuk berani mencoba, berani bersuara.

Dan kini mereka tersadar, mereka punya motivasi lebih dalam berkuliah, bukan sekedar ada, tapi kuliah menjadi jalan menggapai cita dan sekaligus membanggakan orang tua.

Timbul tanya dibenak Miko,

Lalu apa yang didapat Arza?

Yah, Arza bukan dari keluarga yang sangat berada, Sisil dan Karen semenjak hari itu menyediakan kebutuhan Arza sebagai bentuk terimakasih mereka, mungkin lebih tepatnya mereka sudah dikelabuhi dan dimanfaatkan oleh Arza, lucunya lagi mereka bersedia dan bahagia.

Yah entahlah, yang pasti ini bukan hal yang baru buat Miko, kadang Miko berkata dalam hati,

bisa jadi aku juga termasuk seperti Sisil dan Karen di mata Arza

avataravatar
Next chapter