34 Tugas Julian

Ditengah kegelapan malam sebuah mobil Range Rover berwarna hitam nampak masuk kedalam area rumah kediaman keluarga Sanders, sang pengemudi mobil itu terlihat sekali sudah familiar dengan keadaan sekitar rumah besar itu meskipun ia adalah orang luar.

Setelah berhasil menghentikan mobilnya dengan apik di bawah rindangnya pohon palem yang berjajar rapi di halaman rumah yang tiga lantai yang luas itu sang pengemudi mobil kemudian keluar dari mobilnya dan bergegas menuju ke arah samping rumah yang memiliki penerangan cukup baik, sang tamu ditengah malam itu terlihat membawa sebuah map berwarna hitam di tangan kirinya.

"Selamat malam, Nyonya." Sapa pria itu sopan pada seorang wanita tua yang masih terlihat cantik yang sudah menunggunya selama lima belas menit itu.

"Malam Patrick, maaf jika aku langsung memintamu datang ke rumahku. Aku sudah tidak sabar ingin melihat foto cucuku." Wanita tua yang ternyata adalah sang nyonya rumah langsung bicara pada inti setelah meminta maaf pada Patrick si tamu misterius itu.

Senyum Patrick mengembang mendengar perkataan ibu dari sahabatnya itu, tanpa diminta dua kali Patrick kemudian memberikan map yang sejak tadi ia pegang. "Di dalam map ini semua info tentang putri Sandra berada, bahkan alamat tempat tinggalnya saat ini juga ada di dalam map itu, Nyonya."

Barbara yang sudah tak sabar melihat foto sang cucu yang selama 18 tahun ini ia abaikan itu langsung membuka map yang baru saja diberikan Patrick, kedua mata ambernya yang sudah tak setajam dulu langsung membulat sempurna saat melihat foto Gina. Georgina Sanders cucu pertamanya.

"Cucuku,"ucap Barbara serak, ia terpukau akan kecantikan Gina yang selama ini ia abaikan. Mata hijau Gina yang indah nampak terlihat sama seperti mata Selena dan Rosa yang diwariskan Julian pada mereka.

"Kalau saya boleh jujur, Gina adalah anak Julian yang paling cantik dan sempurna. Dia manis, penurut dan yang pasti tak pernah membuat masalah seperti kedua adik tirinya,"celetuk Patrick jujur tanpa rasa takut.

Barbara Sanders tersenyum. "Kedua cucuku itu terlalu dimanja, Patrick. Jangan salahkan mereka, mereka masih remaja. Wajar kalau seandainya masih sedikit tak terkendali." Barbara Sanders mencoba membela Selena dan Rosa.

"Ck, anda ternyata sama saja seperti..."

"Sama seperti siapa, Patrick Davidson?" Tiba-tiba dari arah belakang Barbara muncul pria tua yang terkenal sangat anti dengan Patrick nampak berjalan dengan langkah tegapnya meski usianya sudah tak muda.

Patrick membasahi bibirnya. "Sama seperti anda yang selalu membangga-banggakan anak dari pria lain sebagai anak pertama dari keluarga ini,"sahut Patrick sarkas.

Rahang Yohanes Sanders mengeras. "Diego adalah putra Julian secara hukum, jadi wajar jika aku membanggakannya dihadapan semua kolegaku."

"Ya ya ya saya paham Tuan, sudah lebih dari 30 tahun saya mengenal anda Tuan. Saya sudah hafal dengan sikap anda,"sahut Patrick jengah mencoba memutus pembicaraan dengan Yohanes dan langsung mengalihkan pandangannya pada Barbara kembali. "Karena tugas saya sudah selesai maka saya ingin pulang, Nyonya. Ditolak oleh putri sahabatku membuatku sedikit terluka, padahal aku kan unclenya salah satu orang penting yang menjadi saksi pernikahan kedua orang tuanya." Patrick sengaja mengungkit soal pernikahan Julian dan Sandra 19 tahun lalu yang selalu dianggap tidak sah oleh Yohanes, kedatangan Patrick malam itu bener-benar membuat gula darah Yohanes Sanders naik.

"Tunggu nak, tadi kau bilang apa? Gina menolakmu? Kenapa dia menolakmu?"tanya Barbara penasaran.

"Kenapa kau bertanya lagi, tentu saja karena gadis itu liar sama seperti ibunya yang berhasil menyihir Julian waktu itu." Yohanes dengan sok tahunya menjawab pertanyaan Barbara dengan tetap menggunakan kebenciannya pada Sandra yang ia sebut sebagai penyihir karena mampu membuat Julian takluk, padahal selama tinggal di Barcelona Julian muda sangat dingin pada wanita. Tapi pada saat ia pindah ke London untuk melanjutkan pekerjaannya semua sifat dinginnya itu hilang dan langsung tergila-gila pada Sandra.

"Gina mengusirku pergi karena dia lelah pasca berada di jalanan untuk mencari pekerjaannya, tidak seperti ketiga cucu anda yang hanya bisa berfoya-foya menghabiskan uang ayahnya,"ucap Patrick dengan suara meninggi, ingin rasanya Patrick melayangkan pukulan pada Yohanes yang masih belum berubah.

Barbara memekik kecil dan langsung menutup bibirnya menggunakan kedua tangannya sehingga map dan foto-foto Gina yang ia pegang berhamburan ke tanah.

"Kau serius cucuku mencari pekerjaan? Tapi bukankah dia baru lulus SMA?"tanya Barbara serak.

Patrick mengangguk. "Gen yang diwariskan Sandra padanya luar biasa Nyonya, jadi anda tak usah heran."

Sekali lagi Barbara memekik kecil, dadanya terasa sakit saat mengetahui cucu yang selama ini tak dianggap itu hidup dengan menderita di Barcelona. Dalam gerakan cepat wanita tua itu mendekati Patrick.

"Aku mohon bawa cucuku pulang Patrick, gunakan segala cara untuk membawanya pulang. Bantu aku menebus rasa bersalahku padanya dan Sandra, Patrick. Setidaknya di umurku yang tak akan lama lagi biarkan aku berbuat baik,"ucap Barbara lirih penuh harap dengan menggenggam erat tangan Patrick.

Patrick terdiam dan melirik ke arah Yohanes yang terlihat tengah mengamati salah satu foto Gina yang berada di bawah kakinya, foto Gina yang sedang menikmati hotdog dengan membawa surat lamarannya di sebuah kursi.

"Aku mohon nak, tolong bantu aku menebus semua dosa-dosaku pada Sandra,"imbuh Barbara kembali, mengalihkan pandangan Patrick pada Yohanes.

Patrick kembali menatap Barbara Sanders yang sudah meneteskan air mata. "Aku akan membantu anda jika Julian yang meminta, walau bagaimanapun Julian adalah ayah kandungnya. Dia lah yang seharusnya membawa gadis malang itu kembali ke rumah keluarganya, bukan aku, Nyonya."

Bersambung

avataravatar
Next chapter