webnovel

Sepak terjang sang adik tiri

Dua hari sudah berlalu sejak pesta pertunangan Diego dilaksanakan, Gina sendiri sudah kembali sibuk dengan pekerjaannya. Gina benar-benar menikmati pekerjaan santainya saat ini, hanya bekerja beberapa jam dalam sehari membuat Gina memiliki banyak waktu kosong. Dan saat ini Gina berniat mencari pekerjaan tambahan supaya waktunya tidak terbuang sia-sia, dalam waktu satu tahun kedepan ia harus mengumpulkan banyak uang untuk biaya kuliahnya. Walau bagaimanapun Gina harus meneruskan pendidikannya, sesuai harapan sang ibu ketika masih hidup dulu.

"Gabriel." Seorang wanita muda yang memakai pakaian formal yang cukup ketat terlihat memanggil Gina dengan nama samarannya tentu saja.

Gina yang sedang melihat-lihat lowongan paruh waktu di internet sambil menikmati makan siangnya langsung menoleh ketika namanya dipanggil.

"Iya nona Sara,"jawab Gina dengan cepat.

Wanita muda yang dipanggil Sara itu tersenyum manis, ia kemudian meletakkan beberapa lembar uang di hadapan Gina.

"Uang makanmu hari ini,"ucap Sara lembut.

"Terima kasih."

Sara tersenyum, ia merasa gemas pada kurir baru di kantornya yang sangat dingin itu. "Apa yang sedang kau lakukan?"

"Mencari pekerjaan lagi,"jawab Gina datar.

Sara terkejut. "Kau mau berhenti?!"

"Tidak."

"Lalu kenapa mencari pekerjaan lagi?"

Gina menghela nafas panjang dan meletakkan ponselnya diatas meja, ia kemudian duduk tegap menghadap Sara. "Aku mencari pekerjaan tambahan supaya uangku lebih banyak, lagi pula waktu luangku masih sangat banyak. Jadi daripada aku tak melakukan apa-apa lebih baik aku mengambil pekerjaan paruh waktu lainnya, bukan?"

"Waktu luangmu masih banyak? Apa kau tak punya kekasih?"

Gina terkekeh, perlahan ia meraih uangnya dari atas meja dan memasukkannya ke dalam saku jaketnya. "Aku sedang tak ingin terlibat hubungan asmara apapun, baiklah kalau begitu aku pulang dulu. Terima kasih uangnya, see you tomorrow."

Sara tak merespon perkataan Gina, ia masih diam dan terus menatap Gina yang sedang memakai helm warna hitam yang senada dengan warna motornya itu. Hingga akhirnya motor yang dipakai Gina hilang dari pandangannya barulah Sara bangun dari kursinya dan berjalan menuju ruangannya kembali. Sebagai putri dari pemilik kantor jasa pengiriman keberadaan Sara di kantor cukup disegani banyak orang, bahkan sang manajer yang terkenal sebagai penyuka sesama jenis itu akan berpikir dua kali jika mengganggu Sara. Pasalnya Sara terkenal tidak ramah dan mudah sekali memecat karyawan.

Motor yang dibawa Gina akhirnya berhenti di sebuah kedai churros, salah satu makanan favorit Gina ketika berada di Barcelona. Dengan menikmati churros Gina duduk disamping motor kesayangannya, pikirannya terus terarah pada sang ayah yang ia berikan hadiah kecil dua hari yang lalu.

Saat Gina makan beberapa gadis muda yang melewati tempat Gina duduk nampak tersenyum-senyum, melihat seorang pemuda tampan dengan motor yang keren membuat para gadis itu terus membicarakan Gina. Bahkan beberapa diantara mereka ada yang sengaja membeli churros lagi demi bisa melihat pemuda tampan itu lebih lama dan Gina sama sekali tak menyadari itu.

Jaket kulit berwarna hitam yang menutupi t-shirt berwarna navy dan kalung rantai perak yang melingkar di leher membuat Gina terlihat sangat menggoda. Sungguh Gina benar-benar menjadi laki-laki cantik yang membuat para gadis terpesona padanya, apalagi ditambah motor besarnya yang mencolok.

Gina baru sadar jika menjadi pusat perhatian banyak orang di tempatnya berada saat ini saat mendengar bunyi kamera dari ponsel yang digunakan para gadis itu untuk mengambil fotonya.

"Apa yang kalian lakukan?"tanya Gina dingin.

Bukannya takut dan merasa bersalah para gadis itu justru memekik girang, mereka senang melihat Gina bicara. Suara Gina yang lembut membuat para gadis itu semakin meleleh. Gina pun langsung bangun dan berkacak pinggang dihadapan sekitar lima belas gadis yang berjarak sepuluh meter darinya itu.

"Maaf nona, saya tidak menyukai perempuan. Jadi tolong jangan ganggu saya,"ucap Gina kembali asal bicara.

Para gadis yang ada dihadapan Gina langsung mematung saat mendengar perkataan Gina, beberapa diantara mereka bahkan sampai ada yang menjatuhkan barang bawaannya ketika mendengar pengakuan Gina yang menyukai sesamanya.

"Aku menyukai pria dengan tubuh besar dan berotot, bukan para gadis cantik seperti kalian,"imbuh Gina kembali mengada-ada.

Sontak para gadis itu pun langsung membubarkan diri dengan ekspresi kecewa sambil menggerutu dan menyayangkan orientasi seksual Gina, melihat para gadis itu pergi Gina terkekeh geli. Karena yang ia katakan sebelumnya benar, ia memang menyukai seorang pria bukan wanita. Walau bagaimanapun Gina adalah seorang gadis normal.

Karena hari semakin panas dan churrosnya juga sudah habis Gina pun memutuskan untuk pergi dari tempat itu, tujuannya adalah rumah keluarga Sanders untuk mencari tahu apa yang dilakukan sang ayah pasca menerima surat kematian ibunya. Pasalnya Gina tak punya siapapun yang bisa dimintai informasi atas apa yang sedang terjadi di rumah itu, semua akun media sosial keluarga Sanders yang Gina ikuti juga tak ada satupun yang memposting foto. Alhasil Gina buta informasi, karena itu mau tak mau Gina harus pergi ke rumah itu untuk mencari tahu sendiri.

Karena sudah sangat hafal jalan menuju rumah keluarga ayahnya perjalan yang Gina tempuh terasa singkat, ia bahkan saat ini sudah berhenti ditempat biasa ia berhenti jika ingin mengawasi keluarga ayahnya. Dengan pura-pura sedang minum Gina menatap gerbang besar rumah keluarga Sanders yang tertutup rapat.

"Pasti sudah terjadi sesuatu di rumah itu, aku yakin sekali."Gina membatin dalam hati tanpa mengalihkan pandangannya dari pintu gerbang berwarna hitam yang menjulang tinggi itu.

Pada saat Gina ingin membuang botol minumannya tiba-tiba Gina melihat pintu gerbang dibuka dan keluarlah sebuah mobil porsche berwarna merah, mobil itu terus berjalan ke arah kiri melewati Gina. Karena penasaran dengan siapa yang ada di dalam mobil itu, Gina pun memacu motornya dan mengikuti mobil mahal itu dari belakang. Namun baru 200 meter dari rumah keluarga Sanders mobil itu berhenti tepat di belakang limosin berwarna hitam, tak lama kemudian nampak satu kaki jenjang turun dari mobil sebelum akhirnya terlihat secara sempurna siapa pemilik sang kaki indah itu.

"Selena,"gumam Gina lirih saat berhasil mengenali gadis yang mengendarai mobil mahal itu.

Tatapan Gina pada Selena semakin tajam saat melihat Selena tiba dipeluk oleh seorang pria muda yang baru turun dari mobil sedan mewah itu dan bukan hanya dipeluk saja, Selena bahkan langsung mendapatkan sentuhan yang vulgar dari pria itu dan Selena nampak menikmatinya. Damn.

Bukannya marah saat salah satu dadanya di remas di depan umum Selena justru tertawa cekikikan sambil melingkarkan kedua tangannya ke leher pria yang sedang memeluknya itu, Selena yang menolak dijodohkan sudah punya kekasih anak seorang pengusaha besar di Madrid yang hampir setara dengan keluarga Del Cano.

Melihat pemandangan tak etis seperti itu Gina tersenyum tipis, ia benar-benar tak percaya adik tirinya mampu melakukan hal semacam itu.

"Sepertinya aku kalah 10 langkah dari adik tiriku,"gumam Gina lirih.

Karena tak mau mengganggu moment kebersamaan sang adik dan kekasihnya Gina lalu memacu motornya dalam kecepatan tinggi setelah membunyikan klakson dengan keras, berharap sepasang kekasih itu tak bermesraan di pinggir jalan.

Bersambung

Next chapter