1 Kepergian Sandra

Di sebuah rumah sederhana di pinggiran London nampak seorang wanita paruh baya yang sedang terbatuk-batuk diatas tempat tidur sederhananya dengan tubuh menggigil kedinginan, sementara disampingnya nampak berlulut seorang gadis cantik yang tak berhenti menangis sejak sore. Ia adalah Georgina anak tunggal dari sang wanita yang sedang berjuang dalam kesakitannya itu.

"Bagaimana dengan ibuku dok?" tanya Georgina lirih.

"Nak, bisa kita bicara sebentar," jawab sang dokter pelan.

"Baik dok..."

"Kalau begitu ayo kita keluar sebentar dan..."

"Bicara uhukkk...uhukkk bicara disini saja dok, aku tak apa-apa," jawab Sandra ibu Georgina.

Sang dokter yang rambutnya sudah memutih itu nampak ragu mendengar permintaan sang pasien pada awalnya, namun karena wanita yang sedang terbaring lemah itu terus menatapnya tanpa berkedip ia pun akhirnya luluh. Setelah menarik nafas panjang sang dokter yang bernama Ali itu mulai bicara dari awal, ia menceritakan penyakit apa yang menyerang Sandra sebenarnya pada Georgina. Georgina yang tak pernah diberitau sakit apa yang diderita ibunya itu nampak sangat shock saat tau kenyataannya. Georgina langsung jatuh ke lantai tanpa bicara saat mendengar penyakit yang diderita sang ibu.

"Kanker paru-paru...tapi ibu bilang hanya batuk bisasa saja, lalu bagaimana bisa kanker dokter," ucap Georgina terbata.

"Nak...ayo duduklah yang baik di kursi supaya aku bisa menceritakannya dengan jelas dari awal," jawab dokter Ali pelan mencoba menenangkan Georgina.

"Dokter bohong kan, ibuku tak mungkin terkena penyakit mengerikan itu kan dok...katakan padaku dok hu hu hu...ibu tak akan mungkin meninggalkan aku kan dok, aku tak bisa hidup tanpa ibuku dok hu hu hu hu...."

Tangis Georgina akhirnya pecah saat ia sudah tak bisa menahan rasa sakit dan sesak didadanya saat mengetahui kenyataan pahit itu, Georgina yang masih kelas 3 sekolah menengah atas itu nampak sangat shock begitu mengetahui rahasia besar ibunya yang ditutupi selama satu tahun terakhir itu. Karena Georgina masih nampak sangat shock dan belum bisa diajak bicara akhirnya dokter Ali memilih pulang atas permintaan Sandra yang masih terbaring lemah di atas ranjangnya. Setelah dokter Ali pergi Sandra mencoba untuk duduk namun karena dadanya terasa sangat sakit ia tak mampu menggerakkan tubuhnya sehingga ia kembali terjatuh di ranjang yang membuat tangis Georgina terhenti seketika, ia langsung berlari ke arah ranjang untuk menolong ibunya yang hampir terjatuh ke lantai yang keras.

"Ibu...jangan bu, ibu harus tetap berbaring," ucap Georgina terisak.

"Anakku...anakku sayang, maafkan ibu nak...uhukkk mungkin ini sudah saatnya kau harus hidup mandiri tanpa uhuukkk...uhukkk,"

"Ibu stop bicara, ibu akan terus batuk jika bicara hiks...lebih baik ibu istirahat saja. Gina akan mengambilkan air hangat untuk ibu minum." Georgina memotong perkataan sang ibu sambil berusaha bangun dari ranjang, namun pada saat akan berjalan pergi tangannya langsung di pegang oleh ibunya yang membuatnya tak bisa melangkahkan kakinya menuju dapur.

Sandra menggelengkan kepalanya sebagai tanda kalau ia melarang Georgina pergi, ia meminta Georgina untuk tetap duduk di sampingnya. Georgina yang mengerti dengan bahasa tubuh sang ibu akhirnya mengiyakan permintaan ibunya itu dan tetap duduk disamping sang ibu dengan wajah yang dipenuhi air mata yang tak berhenti mengalir dari kedua mata indahnya. Dengan perlahan Sandra menyeka air mata di wajah putrinya menggunakan tangan kurusnya.

"Nak..maafkan ibu, maafkan ibu kalau selama ini tak pernah mau memberitahukan siapa ayahmu yang sebenarnya," ucap Sandra lirih.

"No, aku sudah tak ingin tau lagi bu. Aku sudah tak perduli dengan lelaki itu, bagiku cukup dengan ibu saja disampingku aku bahagia bu," jawab Georgina terbata.

"Kau tak bisa bicara seperti itu anakku, kau memiliki ayah yang menyangimu sejak kau pertama hadir dalam rahim ibu," imbuh Sandra kembali dengan kedua mata berkaca-kaca.

"Sudah bu stop, aku tak mau mendengar pria itu lagi. Sekarang ibu istirahat ya, ibu sudah tak batuk-batuk lagi kan. Ibu bisa tidur dengan nyaman sekarang," sahut Georgina memotong perkataan sang ibu dengan cepat, ia sudah terlalu membenci ayahnya itu sehingga tak mau mendengarnya lagi.

Sandra yang mendengar perkataan putrinya hanya tersenyum tipis, ia tau kalau putrinya itu sudah sangat kecewa dengan sang ayah kandungnya. Karena rasa kantuk mulai datang Sandra akhirnya memejamkan kedua matanya, dadanya yang sebelumnya terasa sangat sakit kini sudah jauh lebih baik. Bahkan ia tak merasakan sakit sama sekali dan membuatnya nyaman untuk bernafas, perlahan ia membuka kedua matanya lagi dan menatap wajah cantik putri kecil kesayangannya itu dengan lekat. Perlahan Sandra membuka kedua tangannya dan meminta Georgina datang kepadanya, Georgina yang mengerti dengan maksud sang ibu pun langsung merebahkan tubuhnya dengan hati-hati untuk memeluk ibunya itu dengan penuh kasih.

"Ketahuilah satu hal anakku, ibu akan selalu menyangimu sampai kapanpun dan akan terus menjagamu walau ada jarak yang memisahkan kita," bisik Sandra pelan, ajaibnya saat bicara seperti itu suara indahnya kembali lagi, Sandra yang merupakan seorang penyanyi di masa mudanya memiliki suara yang indah dan kini suara itu kembali lagi yang membuat dirinya dan Georgina kaget.

"Lihat kan...suara ibu pulih, itu artinya ibu akan sembuh. Terima kasih Tuhan..terima kasih sudah menyembuhkan ibuku,"tangis Georgina penuh syukur dengan air mata yang tak berhenti mengalir.

"Nak, ibu mengantuk...ibu mau tidur, gantilah bajumu dan makan ya. Ingat kedepannya Gina harus makan tepat waktu dan bisa menjaga diri dengan baik, jadilah perempuan yang bisa mempunyai harga diri tertinggi nak," sahut Sandra pelan, kedua matanya berkaca-kaca saat bicara sepeti itu.

"Iya bu, Gina tahu. Ya sudah ibu istirahat, Gina mandi dan makan sebentar ya...i love you ibu," jawab Georgina dengan senyum berbinar, ia senang mengetahui suara ibunya kembali normal.

"I love you forever my baby my love..." ucap Sandra pelan.

Georgina hanya tersenyum mendengar perkataan ibunya, setelah memastikan ibunya bisa istirahat dengan baik Georgina pun pergi keluar dari kamar sang ibu menuju kamarnya sendiri yang ada di samping kamar sang ibu untuk mandi dan berganti pakaian, karena sejak pulang sekolah ia belum berganti pakaian sama sekali karena harus pergi ke rumah dokter Ali pasca melihat ibunya muntah darah.

Di dalam kamarnya Sandra membuka kedua matanya dan menatap langit-langit kamarnya sambil tersenyum.

"Terima kasih tuhan sudah membuat rasa sakitku pergi disaat-saat terakhirku ini, ku serahkan anakku padaMu. Jagalah putriku sampai ia menemukan ayah kandungnya Julian, hanya itu permintaanku padaMU Tuhan. Kini aku siap Tuhan...aku siap menghadapMu," ucap Sandra lirih sambil menutup kedua matanya perlahan, tetesan bening dari kedua matanya mengalir membasahi wajahnya bersamaan dengan berhentinya tarikan nafas dari Sandra.

Bersambung

avataravatar
Next chapter