23 Gabriel X Georgina

Sudah hampir dua jam Gina duduk di ruang tunggu sebuah bangunan yang cukup gelap dan tertutup, setelah hampir satu malam berselancar di dunia maya akhirnya Gina menemukan tempat ini. Tempat dimana semua orang bisa mendapatkan identitas baru dengan cara mudah, ditempat ini satu buah paspor dihargai dengan uang puluhan ribu dollar. Karena sudah terlatih Gina tak merasa gugup sama sekali, ia tenang dan penuh konsentrasi sehingga membuat indra pendengarannya menjadi lebih tajam saat ini.

Saat akan melihat jam yang ada ditangan kirinya tiba-tiba sebuah tirai hitam yang ada diruangan itu terbuka dan terlihatlah ada sekitar lima orang pria yang sedang berdiri di tempat itu menatap Gina bagai hewan kelaparan.

Gina tersenyum tenang. "Sepertinya aku salah tempat."

"Tidak nona, anda tak salah tempat. Tempat ini adalah tempat yang tepat untuk gadis secantik anda,"jawab salah seorang pria yang sedang berdiri dengan cepat.

"Aku datang ke tempat ini untuk mendapatkan identitas baru, bukan untuk mencari masalah,"ucap Gina tenang mencoba sabar.

Mendengar perkataan Gina hampir semua orang yang ada ditempat itu tertawa terbahak-bahak, mereka semua menertawakan dan menganggap enteng Gina.

"Pedas sekali mulutmu gadis kecil, tapi tak masalah. Aku justru suka dengan gadis sepertimu, kau pasti akan sangat memuaskan ketika ada diranjang,"sahut sang pemilik tempat dengan suara lantang.

Gina menghela nafas panjang, ia sudah tak bisa menahan emosinya lebih lama lagi saat ini. Rasa lapar membuatnya ingin segera mengakhiri semua secepatnya. "Lebih baik berikan apa yang aku mau, aku yakin identitas baruku sudah selesai bukan."

"Wo...tunggu nona, jangan terburu-buru seperti ini. Bukankah lebih baik kau bermain-main dulu dengan kami, sungguh sayang sekali tubuh indah dan wajah cantikmu itu jika tak kami nikmati terlebih dahulu. Tenanglah kami tak akan..."

Wezz...brak..

Sebuah asbak dari kaca melayang dan melewati sisi kiri pria yang baru saja bicara, bukan meleset. Gina sengaja tak mengenai pria yang sedang bicara itu karena ingin memberi peringatan terlebih dahulu, melihat pecahan asbak berserakan di lantai membuat semua pria ditempat itu terkejut terlebih lagi dengan pria yang dijadikan bahan percobaan oleh Gina.

"Maaf tanganku licin, sepertinya aku harus lebih rajin berlatih,"ucap Gina pelan tanpa rasa bersalah.

Kelima pria itu terdiam, mereka merasa sedikit tal tenang berada satu ruangan bersama salah satu pelanggan yang baru datang itu. Merasakan aura lawannya melemah Gina berjalan mendekati meja dan menatap amplop putih yang tergeletak diatasnya, Gina yakin sekali kalau identitas barunya ada didalam amplop itu.

Perlahan Gina meraih amplop putih itu dan melihat isinya, senyumnya pun mengembang saat melihat apa yang ia inginkan sudah selesai dibuat. Tanpa bicara Gina lalu meraih beberapa lembar uang pecahan 100 USD dari dalam saku jaketnya dan meletakkannya diatas meja.

"Ini bayaran kalian sesuai perjanjian yang sudah kita buat tadi malam dan satu lagi yang harus kalian ingat, tak semua wanita itu lemah. Kalian harus waspada, ular beracun itu tak banyak bergerak dan menunjukkan eksistensinya. Namun saat ia merasa nyawanya terancam maka dengan mudah ia membunuh lawannya, aku harap kalian ingat itu baik-baik dan jika suatu saat kita bertemu lagi aku harap kalian sudah tak melakukan hal bodoh yang tak sesuai dengan keahlian kalian. Lebih baik kalian fokus pada bisnis kalian ini saja daripada bersikap seperti tadi,"ucap Gina pelan sembari menyimpan identitas barunya ke dalam saku jaketnya dengan tenang.

Semua pria itu tak bicara, mereka diam membisu. Apalagi pria yang sebelumnya hampir terkena asbak, dia tertunduk dengan mulut yang terkunci rapat.

Karena urusannya sudah selesai Gina pun memutuskan pergi dari hadapan semua pria yang sedang tak berani membuka mulutnya itu, senyumnya merekah saat melangkah keluar dari tempat yang selalu tertutup rapat dan nampak seperti bangunan tak terurus itu. Gina sudah tidak sabar melakukan banyak hal dengan identitas baru yang dibuat oleh para perampok kecil itu, tak lama setelah Gina pergi para pria yang sebelumnya terdiam tanpa suara itu langsung menarik nafas panjang. Beberapa diantaranya bahkan sampai menyeka keringat yang membahahi keningnya.

"Sepertinya dia bukan gadis sembarangan, sungguh mengerikan sekali tatapannya,"ucap salah satu pria yang paling kurus dengan cepat.

"Iya kau benar, lihat saja cara dia melempar asbak kaca ke arah Rogy. Aku yakin dia bukan salah sasaran, gadis itu sengaja melakukan itu untuk menunjukkan kalau dia sebenarnya bisa langsung melukai Rogy. Sungguh jika hal itu terjadi mungkin saja saat ini kepala Rogy sudah bocor,"sahut pria lainnya dengan suara meninggi saat mengingat bagaimana asbak kaca itu melayang tepat di samping pipi Rogy.

"Mungkin ini saatnya kita pindah, lebih baik kita berkemas. Aku takut polisi akan segera datang ke tempat ini,"ucap sang pemilik tempat itu dengan suara serak, entah mengapa ia merasa kalau pelanggan yang baru saja meninggalkan tempatnya bukan orang biasa.

Sementara itu Gina yang sudah tidak sabar ingin melamar kerja memilih pulang dengan taksi, setelah menempuh perjalanan selama 20 menit taksi yang membawa Gina pun tiba di depan apartemen tempat tinggal Gina. Tanpa menunggu lama Gina langsung berlari masuk ke dalam gedung apartemennya setelah membayar ongkos taksi, sesampainya di dalam kamarnya Gina langsung melepas semua pakaiannya setelah meraih sebuah kain penutup dada yang ia dapatkan sebelumnya di toko perlengkapan atlet wanita. Gina kemudian memasang korset khusus yang berbentuk seperti tali panjang itu di dadanya, Gina sudah memutuskan untuk menutupi identitasnya sebagai wanita untuk mendapatkan pekerjaan kurir yang ia inginkan. Setidaknya dengan menjadi kurir Gina bisa mengetahui seluk beluk kota Barcelona lebih baik.

Meski merasa sedikit tidak nyaman ketika bernafas namun Gina puas dengan penampilannya saat ini, payudaranya sudah terlindungi dengan baik. Setelah merasa aset pentingnya aman Gina lalu menggunakan rambut palsu khusus yang dipasang langsung ke kulit kepalanya. Rambut palsu yang dipakai Gina adalah rambut palsu terbaik yang tak akan terlepas dengan mudah meski terkena air kecuali lem yang terpasang pada rambut palsu itu dilepas.

Setelah bertranformasi Gina menatap dirinya di depan kaca besar yang ada di kamarnya, nampak saat ini Gina sudah sangat berbeda dengan sebelumnya. Tak ada lagi tonjolan payudara atau bentuk pinggang yang ramping, Gina sudah menutupi semuanya dengan baik. Penampilannya saat ini sangat berbeda dengan Gina yang biasa, meski wajah cantiknya tak bisa di tutupi namun Gina merasa itu bukan hal besar. Pasalnya saat ini banyak pria yang memiliki wajah cantik.

"Welcome Gabriel, your name is Gabriel right now, Gina,"ucap Gina pelan pada dirinya sendiri didepan kaca.

Bersambung

avataravatar
Next chapter