webnovel

Family

Saat ini Gina seperti seekor binatang yang ada di kebun binatang karena menjadi pusat perhatian semua orang yang ada di ruang tamu keluarga Sanders, semua orang termasuk saudara-saudara tirinya menatapnya tanpa berkedip. Bersyukur Gina memakai pakaian santai yang menutup semua tubuhnya sehingga ia tak perlu memperbaiki penampilannya ketika duduk terlalu lama di hadapan puluhan pasang mata yang menatapnya tanpa berkedip.

"Grandma, kau yakin dia anak Daddy? Dia tak mirip sama sekali dengan Daddy seperti aku dan kak Selena,"celetuk Rosa ketus memecah keheningan.

Barbara Sanders yang duduk paling dekat dengan Gina kemudian meraih tangan Gina dan meremasnya dengan lembut. "Gina sangat mirip dengan ibunya, kedua matanya juga adalah warisan genetik tak terelakan dari keluarga ini."

"Mata penyihir,"ucap Gina pelan.

Yohanes Sanders menaikkan satu alisnya. "Apa kau bilang? Lancang sekali!!"

Gina menatap ke arah sang kakek tanpa tersenyum. "Itu yang dikatakan teman-temanku di London, mereka menyebut mata hijauku sebagai mata penyihir dan sebenarnya aku lebih suka warna mata ibuku yang lebih cantik."

Wajah Yohanes Sanders memerah menahan amarah, baru kali ini ia mendengar ada yang mengejek warisan berharga keluarga mereka secara langsung. Keterkejutan serupa pun nampak ditunjukkan oleh Vanessa Sanders, namun lain halnya dengan Patrick Davidson yang terkekeh geli mendengar perkataan Gina bernada provokatif itu. Dia benar-benar suka pada kepribadian Gina yang sangat unik itu.

"Kau dilarang membicarakan orang luar di dalam rumah ini." Yohanes menegaskan, masih menatap tajam pada Gina yang terlihat tak memiliki rasa takut itu.

"Oh begitu, baik,"ucap Gina cepat secepat gerakannya yang langsung bangun dari sofa tempatnya duduk.

Melihat Gina bangun secara tiba-tiba Barbara memekik keras, begitu juga dengan Julian dan Patrick.

Gina yang siap melangkah merasa heran saat tangannya kini dicengkram sang nenek. "Ada apa lagi?"

"Kau mau kemana, sayang?"tanya Barbara serak.

Gina mengedarkan pandangannya dan berakhir pada Yohanes Sanders yang masih duduk dengan gagah di kursi kebesarannya. "Bukankah kakek tua itu memintaku untuk tak membicarakan ibuku yang dianggap orang luar, kalau begitu aku juga termasuk orang luar karena aku adalah Georgina Garcia putri Sandra Garcia yang tak ada hubungannya dengan keluarga ini."

Secara spontan kedua tangan Julian mengepal kuat. "Kau putriku, Gina. Sandra adalah istriku yang sah dimata hukum dan agama, namamu juga bukan Georgina Garcia. Namamu adalah Georgina Sanders."

"Ck, istri yang sah dimata hukum dan agama? Lalu bagaimana dimata keluargamu? Bukankah ibuku tak berarti dan dianggap orang luar?"

Blar

Kata-kata yang diucapkan Gina bagai peluru-peluru tajam yang menembus jantung Julian dan Barbara, ibu dan anak itu seketika kehilangan kata-kata untuk menjawab perkataan Gina.

"Jaga ucapanmu, jangan bicara tak sopan pada ayahku!!"pekik Rosa dengan keras, ia tak terima Gina bicara sekasar itu pada sang ayah yang masih belum sembuh 100%.

Gina terkekeh dan menatap Rosa yang memiliki warna bola mata dan rambut yang mirip dengannya. "Tenang saja, aku tak akan merebut ayahmu seperti yang dilakukan ibumu 19 tahun yang lalu."

"How dare you, jaga ucapanmu gadis liar. Jangan berani menjelekkan ibuku,"pekik Diego dengan keras, sebagai putra pertama Vanessa ia tak terima ada orang yang menghina ibunya.

"Siapa kau? Setahuku anak ayahku hanya dua gadis yang usianya tak jauh berbeda denganku?"tanya Gina sarkas.

Wajah Diego memerah, ia paham kemana arah pembicaraan gadis bar-bar yang baru datang itu.

"Dia Diego, putra pertama keluarga ini,"sahut Yohanes Sanders tegas.

Seketika dada Diego yang sebelumnya panas terasa dingin saat mendengar perkataan sang kakek yang menyebutnya sebagai putra pertama keluarga Sanders.

"Oh." Bibir Gina membulat sempurna merespon perkataan sang kakek, lagi-lagi perkataan Gina membuat Yohanes Sanders murka. Ia benar-benar belum pernah semarah ini setelah 20 tahun yang lalu saat Julian diketahui menjalin hubungan dengan gadis dari keluarga rendahan saat kuliah di London.

"Gina, tolong sayang. Tenanglah, semuanya bisa dibicarakan baik-baik. Grandma memintamu datang untuk melakukan pertemuan keluarga, jadi tolong..."

Gina terkekeh geli. "Keluarga? Siapa? Aku?" Jari telunjuk Gina langsung terarah ke hidungnya saat bicara.

"Gina..."

Gina langsung mengangkat tangannya kedepan menghentikan perkataan sang nenek. "Begini, sejak awal aku sudah katakan pada pria itu siapa namanya yang berdiri di belakang kursi roda itu kalau aku tak membutuhkan pengakuan apapun. dari orang yang tiba-tiba memproklamirkan diri sebagai keluargaku, sejak dulu aku tinggal dengan ibuku sampai dia meninggal satu bulan yang lalu. Dan selama itu pula yang aku tahu aku tak punya keluarga, jadi mana mungkin aku menjadi bagian dari keluarga ini. Mohon maaf Nyonya, sejak kecil aku diajarkan ibuku untuk tak mengambil apa yang bukan menjadi hak-ku. Jadi sebutan keluarga yang anda katakan tadi aku menolaknya karena aku bukan bagian dari keluarga siapapun, apalagi dari bagian keluarga Sanders yang terhormat ini. Keluarga hebat yang menjadikan seorang wanita hamil berjuang seorang diri untuk melahirkan dan membesarkan putrinya, disaat orang yang membuatnya menderita tengah tertawa penuh kebangagan menjadikan anak dari pria lain cucu pertama keluarga ini."

Damn, Gina kau terlalu pedas.

Air mata Barbara Sanders menetes deras mendengar perkataan Gina, ia tak percaya Gina akan berkata seperti itu di hadapan semua orang saat ini. Sementara itu Julian yang menjadi orang yang paling berdosa dalam kemalangan dalam hidup Gina perlahan bangun dari kursi rodanya dan berjalan mendekati Gina dengan tertatih. Ia bahkan menolak bantuan Patrick yang ingin memapahnya.

Gina diam melihat ayah kandungnya berjalan ke arahnya, tak ada raut khawatir sama sekali dalam sorot mata Gina saat ini ketika melihat betapa lemahnya Julian.

Saat sudah hampir sampai di hadapan Gina secara tiba-tiba saja Julian berlutut dengan kepala tertunduk yang sontak membuat semua orang terkejut. "Maafkan Daddy, Gina. Maafkan Daddy, kalau saja saat itu Daddy tak pengecut dan sedikit saja memiliki keberanian mungkin saja..."

"Stop, jangan playing victim. Kau tak perlu berakting seolah-olah sudah sangat menyesal atas apa yang menimpa ibuku, kalau kau menyesal kau tak mungkin bisa memiliki dua anak dari wanita yang dijodohkan padamu. Aku bukan anak kecil yang akan dengan mudah tersentuh karena kata-kata dan akting murahanmu itu, penderitaan ibuku jauh lebih berat asal kau tahu,"ucap Gina dengan cepat memotong perkataan sang ayah. "Dan ada Tuan besar Sanders, anda tenang saja. Ibuku sudah memaafkan anda, bahkan di surat wasiatnya dia masih memintaku untuk menghormati kalian. Luar biasa bukan hati wanita yang sudah kalian sakiti itu?"

Yohanes Sanders tak bersuara, ia bahkan memilih tetap menatap Gina dengan tatapan dingin dan tak bersahabat meski Gina mengatakan ibunya tak marah pada mereka.

Setelah berkata seperti itu Gina kemudian membalik tubuhnya dan bersiap pergi dari rumah keluarga Sanders, namun lagi-lagi Barbara Sanders menahannya.

"Tidak, kau tidak boleh pergi. Rumahmu disini, nak. Tolong berikan kesempatan Grandma untuk membayar semua kesalahan Grandma dimasa lalu, tinggallah bersama kami. Setidaknya nanti jika Grandma bertemu dengan Sandra di surga Grandma masih memiliki keberanian untuk menatap wajahnya."

Bersambung

Next chapter