webnovel

Bawa cucuku, pulang.

Setelah mendapatkan perawatan intensif selama hampir 12 jam akhirnya Julian sadar meski belum bisa diajak berbicara, Yohanes Sanders yang sangat menyayangi putranya nampak sangat shock mengetahui Julian terkena serangan jantung saat usianya masih sangat muda dan sehat.

Sementara itu Barbara Sanders tak lepas dari Rosario di tangannya, selama Julian tak sadarkan diri Ia terus berdoa kepada Tuhan agar putra semata wayangnya itu di selamatkan.

"Untuk saat ini saya minta kepada anda semua tolong jangan membuatnya marah, karena dapat membuatnya mendapatkan serangan yang lain dan menjaga emosinya agar tetap stabil,"ucap seorang dokter spesialis jantung kepada Yohanes saat selesai melakukan pemeriksaan terakhir kepada Julian.

"Baik dok terima kasih atas sarannya kamu pasti akan kulakukan semua yang anda katakan,"jawab Yohanes Sanders sambil tersenyum.

Setelah berkata seperti itu sang dokter pun pergi meninggalkan ruangan Julian untuk melanjutkan pekerjaannya kembali, karena hanya berdua di ruang perawatan Julian Barbara Sanders kemudian menarik tangan suaminya untuk duduk di sofa. Barbara Sanders pun mulai mengatakan keinginannya kepada sang suami.

"Tidak, aku tak menyetujui rencanamu itu. Lagi pula kita sudah memiliki banyak cucu dan aku tidak menginginkan anak itu bergabung dengan cucu-cucuku yang lain,"sahut Yohanes Andreas dengan suara meninggi menolak keinginan istrinya untuk mencari putri Sandra yang belum pernah mereka lihat.

Barbara meraih tangan suaminya dan mencengkeramnya kuat. "Kita hampir kehilangan Julian putra kita satu-satunya yang langsung mendapatkan serangan jantung begitu mengetahui Sandra meninggal, kalau suatu saat nanti dia mendengar perihal putrinya yang hidup menderita di luar sana kau bisa bayangkan sendiri apa yang akan terjadi pada putramu."

"Kita sudah melakukan kesalahan besar 19 tahun yang lalu dengan memisahkan mereka, Julian bahkan dengan lapang dada menerima permintaanmu untuk menikahi Vanessa yang saat itu sudah berstatus janda anak satu di saat istrinya sedang hamil. Kau juga akan melarangnya untuk bertemu dengan Sandra dan putrinya lagi sampai akhirnya Sandra meninggal, ayolah Yohanes aku tahu kau adalah seorang pria berhati lembut sekalipun kau tak suka pada menantumu tapi kau harus tetap ingat anak itu adalah cucu kita. Darah daging kita, keturunan Julian. Kalau terjadi sesuatu padanya bukan hanya Julian yang akan pergi meninggalkanmu tetapi aku juga, aku sudah diam ketika kau memaksa putraku meninggalkan istrinya yang hamil 19 tahun yang lalu. Tapi kalau saat ini kau mengabaikan permintaanku untuk mencari anak itu, maka bersiaplah aku akan segera meninggalkan rumah dan kembali ke rumah keluargaku bersama anak itu tentunya. Kita sudah menyia-nyiakannya sejak ia ada di dalam kandungan ibunya, Yohanes. Dan sekarang ketika ibunya meninggal kau juga akan mengabaikannya? Tolong tunjukkan sisi kemanusiaanmu, setidaknya dengan cara ini kita bisa menebus rasa bersalah kepada Sandra. Satu-satunya wanita yang dicintai putramu,"ucap Barbara Sanders kembali panjang lebar dengan menggebu-gebu.

Yohanes diam, ia tak merespon perkataan istrinya. Kebenciannya pada Sandra yang dianggap sudah membuat keterangan menghianatinya dulu membuat Yohanes gelap mata dan mengabaikan cucunya sendiri, apalagi ia pernah mendengar kabar jelek tentang Sandra dari anak buahnya yang ia minta untuk memata-matai Sandra ketika ia baru melahirkan putrinya 18 tahun yang lalu. Karena itulah sampai saat ini Yohanes masih tak mau menerima anak dari wanita yang sudah menjual dirinya itu, padahal kabar Sandra yang menjual dirinya itu tidak benar. Julian sendiri yang memastikan kebenarannya waktu itu, namun Yohanes yang sudah terlanjur benci pada Sandra tetap tak mau menerima penjelasan apapun dari putranya.

Karena suaminya tak bahkan ucapanmu Barbara pun langsung bangun dari sofa dan menatap suaminya dengan tajam. "Baiklah kalau kau memang tidak menginginkan anak itu maka aku akan pergi dari rumah dengan membawa 65% aset keluarga kita dan akan kuberikan padanya, pada cucuku yang kau buang. Aku pernah menjadi orang yang sangat berdosa karena mengabaikannya sejak masih dalam kandungan ibunya dan kini aku tak mau mengulangi kesalahanku yang sama lagi."

"Barbara kau tak bisa seperti itu, ibunya adalah seorang pelacur bukan tidak mungkin kalau anak itu adalah…"

Plak

Selama menikah lebih dari 40 tahun baru kali ini Barbara Sanders melayangkan tangannya ke wajah sang suami.

"Cukup Yohanes cukup, kau sudah banyak sekali menghina wanita itu. Kita semua tahu siapa Sandra, tak cukupkah kau membuatnya menderita selama ini? Sampai kapan kau terus menuduhnya sebagai perempuan tidak baik-baik seperti itu, hah?! Bahkan disaat dia sudah meninggal pun kok masih saja menuduhnya, di mana hati nuranimu, Yohanes? Aku benar-benar sangat yang membencimu, ternyata yang dikatakan oleh orang tuaku dulu benar. Kau ada laki-laki yang tidak pantas untuk aku nikahi, aku menyesal menikah denganmu. Aku akan pulang dan menghubungi pengacara untuk mengurus surat perceraian kita dan akan kucari sendirian lagi itu cucuku." Barbara bicara dengan suara keras penuh emosi, air matanya bahkan sampai menetes saat bicara.

"Tidak Barbara, kau tak bisa melakukan ini! Kita sudah bersama lebih dari 40 tahun, mau tak bisa meninggalkan aku hanya karena masalah ini,"sahut Yohanes Sanders panik, pria tua itu ketakutan ditinggal pergi oleh istrinya. Rasa sakit di pipinya pun tak terasa saat ini.

Barbara yang sudah bersiap pergi langsung menoleh ke arah sang suami. "Baik, aku beri waktu 3 x 24 jam. Temukan dan bawa pulang cucuku, Georgina Sanders."

"Tiga hari? Mana mungkin, kita tak tahu dimana dia berada saat ini dan…"

"Anak itu ada di Barcelona,"tiba-tiba Patrick Davidson yang baru datang langsung memotong perkataan Yohanes. "Setelah ibunya meninggal, anak malang itu datang ke kota ini untuk mencari ayah kandungnya atas amanat ibunya."

Bersambung

Next chapter