webnovel

The Fleeing Chaos Demon

Asheel Doom, iblis yang lahir dari kekacauan, dan orang yang terlahir sebagai raja, kabur karena takut dengan mimpi yang dia alami. Dia pergi sambil mengajak rekan-rekannya yang ia temui di masa lalu, dan mereka tiba di sebuah dunia modern yang terdapat iblis, malaikat, malaikat jatuh, dan dewa. Ini hanyalah kehidupan sepasang Dewa yang dibuang ke Alam Fana.

Nobbu · Anime & Comics
Not enough ratings
289 Chs

Vs Meido 1

"Itu karena kau memperlakukan dirimu sendiri seperti alat. Apakah kamu takut jatuh seperti jenismu yang lain, Seraph-san?"

Meido masih menampilkan ekspresi yang sangat tenang di wajahnya. Ketabahannya menunjukkan jika dia tidak mengalami pergolakan emosi sedikitpun. Atau kalau tidak, dia bahkan tidak mempunyai emosi karena telah memperlakukan dirinya sendiri sebagai alat untuk orang lain gunakan.

"Saya tidak akan menyangkal jika saya takut jatuh seperti jenis saya yang lain. Ini semua saya lakukan juga demi diri saya sendiri."

Ekspresi Asheel tampak melembut sejenak, tapi matanya masih mengancam saat menatap Meido. Bagaimanapun, dia menjadi memikirkan wanita ini.

Dari kesan awal, bahkan sampai sekarang, Asheel tidak terpikir jika Meido adalah jenis orang yang tergila-gila dengan kekuasaan. Jika Meido mempunyai sifat seperti itu, dia pasti sudah memiliki wilayahnya sendiri dan tidak akan menjadi bawahan Supreme One.

Meski tidak segelap D, apapun yang berhubungan dengan pemikiran Meido masih sebuah kabut tebal baginya. Asheel tidak bisa memahaminya sama sekali mengenai motifnya yang melayani D dan menjadi bawahan Supreme One.

Asheel hanya bisa menggelengkan kepalanya, "Aku tidak bisa mengetahui apa yang menjadi prioritasmu. Jika kamu melakukannya untuk kebaikan dirimu sendiri, kamu tidak akan menjadi alat orang lain seperti itu."

"Meski saya adalah sebuah alat sekalipun, saya masih memiliki harga diri dan tanggung jawab. Orang yang tidak memilikinya seperti Anda bahkan tidak akan bisa memegang perkataan Anda sendiri."

"Jadi, dengan kata lain, kamu ingin bertanggung jawab atas apa yang telah kamu ucapkan? Bahkan saat kamu mengatakannya tanpa berpikir?"

"Tepat sekali. Tapi ini sudah melenceng dari topik. Saya mengerti Anda membenci saya secara tidak masuk akal. Saya percaya pada kausalitas, yang membuat saya berpikir bahwa pasti ada penyebab Anda membenci saya, apakah itu dari diri saya sendiri atau berasal dari Anda sendiri."

Asheel terdiam sejenak, mengonfirmasi di pikirannya jika sebenarnya ada sesuatu pada Meido yang membuat dia membencinya. "Dengarkan baik-baik! Kamu benar, segala sesuatu yang terjadi di dunia ini pasti ada alasannya. Ingat pertemuan pertama kita? Saat itu aku akan benar-benar memukuli tua bangka itu, tapi kamu menghentikannya, membuat tua bangka itu mengejekku lebih jauh. Aku tidak menyukaimu sejak saat itu."

"..." Meido meneteskan keringat atas alasan yang diberikan Asheel. "Mohon maaf, tapi ... hanya itu?"

Reaksi Asheel tidak seperti yang diharapkan Meido, alih-alih mengonfirmasinya dengan tenang, wajah Asheel malah menjadi gelap karena kekesalan yang menumpuk.

"....'Hanya itu', katamu? Apakah kau tahu apa yang diwakilkan dari kata-kata 'hanya itu'?! Kau tau tua bangka itu, Supreme One?! Dia adalah Dewa Origin yang sesungguhnya! Memukuli wajahnya adalah sebuah kenikmatan yang tidak akan bisa kau dapatkan!!! Apakah kau tau betapa puasnya aku saat memikirkan kepalan tanganku mendarat di wajahnya? Tapi kau selalu menghalangiku setiap kali aku mencoba menyerangnya! Aku kehilangan rasa puas diriku karenamu!!!"

"... Sangat tidak masuk akal!" Bahkan Meido tidak bisa mempertahankan ekspresi tabahnya setelah mendengar keluhan Asheel tentangnya. "Sepertinya saya hanya membuang-buang waktu dengan mencoba berbicara dengan Anda. Saya akan melanjutkan dengan cara pertama."

Ekspresi Asheel berubah serius untuk pertama kalinya. Bertarung melawan Meido ... sungguh gila!

Meski dia tahu jika dia akan dipukuli, dia merasa sangat bersemangat!

Ah, perasaan ini ... apakah ... emosi....?!

Asheel menundukan kepalanya, menciptakan siluet diwajahnya yang membuat ekspresinya tertutup oleh bayangan rambutnya. Tiba-tiba, bahunya bergetar, sebelum dia tertawa terbahak-bahak:

"FUHAHAHAHAHAHA! Aku ucapkan selamat kepada dirimu karena sudah berhasil membangkitkan emosiku. Kenyataan bahwa melihatmu saja sudah membuatku kesal, kau adalah yang sangat kubutuhkan saat ini. Ayo bertarung!"

Meido membalasnya dengan menundukkan kepalanya, "Saya merasa sangat terhormat."

BOOM!

Sekali lagi, Meido tiba-tiba sudah muncul disamping Asheel, melayangkan pukulannya.

Tidak seperti sebelumnya saat Asheel menyambut pukulannya, kali ini dia benar-benar siap.

Memikirkan Big Tree, dia hanya bisa tersenyum. 'Aku mengandalkanmu, kawan!'

BOOM!

Dampak dari tabrakan keduanya sangat menghancurkan ruang. Gempa kolosal terjadi di celah Omniverse. Hanya karena satu pukulan yang saling bertemu, celah Omniverse sudah menghasilkan retakan yang tak terhitung jumlahnya.

BOOM! BOOM! BOOM!

Bentrokan lainnya terjadi secara berturut-turut. Kali ini, ruang yang sangat kuat ini benar-benar akan runtuh.

Setelah melayangkan empat pukulan, Meido tiba-tiba melangkah mundur. "Saya sangat menyayangkan dampak kerusakan yang terjadi akibat tindakan kita berdua, apakah Anda masih ingin melanjutkannya?"

Diberi pilihan seperti itu, Asheel mengerutkan kening. Kemudian dia menoleh ke arah Britannia.

...

Britannia.

Situasi saat ini memasuki keadaan dimana ketidaktahuan menjadi ketakutan terbesar yang bisa dimiliki seseorang.

Langit berubah menjadi pemandangan yang tabu, setidaknya itulah pandangan penduduk Britannia dan makhluk yang tidak memiliki kualifikasi untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi. Kecuali satu orang, yaitu Sera, orang lain tidak bisa melihat apa yang sedang terjadi pada Asheel.

Sebenarnya, ada situasi yang lebih gawat jika Sera tidak ada disana.

"Untung aku tepat waktu, jika tidak, dunia ini akan lenyap seketika. Bahkan gelembung pelindung itu tidak akan bisa bertahan lebih lama lagi." Sera mengerutkan alisnya tidak senang saat dia mengangkat tangannya sambil mengerahkan «Void» untuk melenyapkan semua tekanan yang datang menghampiri Britannia.

"Sera-nee, apa yang terjadi? Aku tidak bisa melihat ke atas...!"

Suara panik Merlin disampingnya terdengar.

Sera melihat sekeliling dan menemukan jika semua orang benar-benar tidak mampu menatap ke arah langit. 'Apakah itu pelindung rahasia? Asheel, kau sudah mempersiapkan banyak hal ternyata. Dipikir kau menyiapkan ini agar kau bisa memukuli ayah dengan nyaman? Tapi...'

"Asheel, dasar bajingan! Apa kau tidak tahu jika kau tidak boleh menyianyiakan «Void»ku untuk hal semacam ini?!" Sera berkata dengan marah, membuat Merlin sedih karena merasa diabaikan.

Tidak seperti Asheel yang memiliki energi tak terbatas karena pasokan energi dari Alam Kekacauan yang tak terhitung jumlahnya, «Void» adalah sebaliknya karena energinya sangat terbatas. Untuk meneteskan energi yang sangat tenang itu saja membutuhkan waktu yang sangat lama. Sera tidak boleh menggunakannya secara sembarangan.

"Sera-nee....." Merlin sangat penasaran pada apa yang terjadi di atas, tapi dia tidak berani mendongak untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi.

...

"Ini memang sangat disayangkan karena medan ruang ini harus hancur karena pertarungan kita berdua. Tapi aku sudah menemukan solusi."

Meido langsung memahami apa yang akan dilakukan Asheel. Pria itu berniat mengubah area ruang ini menjadi ketiadaan awal, tempat yang sudah ada sebelum celah Omniverse tercemar oleh energi dari berbagai dimensi.

Asheel mengarahkan tangannya ke Britannia, sebelum kabut padat meluas dari tangannya dan menyelimuti Britannia seutuhnya.

Britannia diseret secara paksa dan direduksi ukurannya ke dalam diri Asheel, membuat dunia dalam jiwanya bertambah satu. Asheel berniat menyimpan Britannia dan akan menyatukannya dengan dimensi miliknya nanti setelah masalah dengan Meido selesai.

"Dengan ini, tidak ada gangguan lagi."

Meido menaruh rasa hormat padanya, "Anda benar-benar serius melakukannya. Kuharap Sera ojou-sama tidak tersinggung setelah saya memukuli Anda."

"Kamu menjadi sangat cerewet." Asheel meski merasa kesal, tapi dia tetap menyeringai padanya. Dia benar-benar merasakan dirinya mengalami kehidupan yang sebenarnya saat ini!

"Maaf saja, tapi saya akan langsung habis-habisan. Menghadapi Anda yang memiliki pasokan energi tak terbatas, saya harus menjatuhkan Anda dengan lebih cepat."

"Dasar dungu, dipikir aku adalah sasaran yang mudah hanya karena kau menerima kekuatan dari D dan tua bangka itu. Aku akan membuatmu membuka mata lebar-lebar!"

BOOM!

Keduanya bentrok sekali lagi.