249 Perubahan Diri

"Sepertinya kamu menikmati dirimu sendiri."

Asheel tertegun di tengah jalan saat melihat Sera yang tersenyum padanya sambil duduk santai di kursi teras. Hari ini masih pagi, ditemani oleh coklat panas, Sera seperti sedang menikmati harinya dengan tidak biasa.

Ya, tidak biasa.

Pada waktu saat ini, Sera biasanya sedang tidur dan akan bangun saat siang. Atau kalau tidak, dia akan begadang selama beberapa hari sambil mengurung dirinya di kamar.

Saat Asheel masih dalam perjalanan menuju rumahnya, dia berdoa dalam hati jika Sera akan melakukan hal-hal yang biasa dia lakukan setiap hari.

Tapi ... Sera seperti sedang menunggunya di depan rumah.

"Sera..."

Sementara itu, Sera merasa bingung saat melihat ekspresi Asheel yang dipenuhi oleh rasa bersalah. "Jangan bilang jika kamu kecewa pada dirimu sendiri karena tidak langsung menemuiku setelah mengatakan laporanmu pada Ayah?"

Melihat Asheel yang tertegun mendengar perkataannya, Sera menghela napas tak berdaya. "Kamu tampak akrab setiap kali bertemu dengan Ayah, jadi aku tidak akan menyalahkan kesenanganmu."

"Aku sama sekali tidak akrab dengannya." Asheel menyangkal hubungan dekatnya dengan Supreme One. "Tapi kemarin, aku sudah berjanji padamu..."

"Janji? Oh, saat kamu bilang akan memanjakanku sampai puas? Kamu bisa melakukannya kapan saja."

Asheel ikut-ikutan menghela napas, tapi kali ini dia melakukannya dengan lega. "Sungguh kekhawatiran yang tidak berguna..."

"Kenapa kau berpikir aku akan menyalahkanmu? Aku bukan wanita yang akan mencari masalah jika kau tidak pulang semalaman. Lagipula, kau sudah memiliki beberapa wanita."

"... Tidak, aku pernah mendengar jika wanita hamil sering bersikap labil..."

"Bukankah kau yang sering bersikap labil? Terlebih, jangan samakan aku dengan wanita-wanita manusia itu, aku juga tidak tahu kau mendengarnya dari mana informasi seperti itu, tapi kegelisahan seorang wanita juga harus ada penyebabnya."

"...Oh, kamu terdengar bijaksana!"

"Apakah kamu mengejekku?" Sera memandang Asheel dengan kesal.

"Kalau begitu, bisakah aku memanjakanmu mulai sekarang?" Asheel tersenyum saat dia sudah duduk di samping Sera.

"Ya, silahkan."

Asheel lalu menempel didekat Sera, dan membiarkan tubuh Sera bersandar padanya. Aroma wangi menyerang hidungnya, membuat Asheel mendekam Sera lebih erat.

Saat itu, Asheel membuka mulutnya: "Omong-omong, apakah kamu sedang merubah kebiasaanmu?"

Asheel menanyakannya karena fakta bahwa Sera bangun pagi sambil berjemur di bawah sinar matahari pagi. Dia pernah mendengar jika seseorang akan berubah saat sesuatu juga berubah didalam dirinya.

... Mungkin, itu adalah kasus Sera saat ini?

Dia merasa tidak yakin.

Lagipula, Sera sedang hamil, membuat Asheel terpikirkan hal itu.

Sera tampak berpikir sejenak sebelum menjawab, "Aku mencoba merubah kebiasaanku mulai saat ini."

Asheel sedikit melebarkan matanya saat mendengar langsung dari mulut Sera, tapi...

"Tapi aku hanya melakukannya sampai aku melahirkan."

"....." Asheel terdiam sejenak. "Bukankah itu menjadi sia-sia?"

"Terserah aku." Sera mendengus ringan saat dia tenggelam lebih dalam ke pelukan Asheel.

Asheel tidak membahas topik itu lagi saat dia mengalihkannya, "Kamu sudah makan?"

"Belum."

"Kalau begitu, aku akan memasak. Baru saja, aku mengambil beberapa bahan makanan dari dapur kantor orang tua itu."

"Bilang saja jika kamu mencurinya."

"Ugh, itu sama sekali tidak menjadi masalah, oke? Lagipula, kamu sedang dalam situasi dimana membutuhkan nutrisi terbaik. Lihat yang kubawa, gingseng berusia empat kuadriliun tahun, kamu mau? Bisa langsung dikunyah."

Melihat gingseng gemuk di tangan Asheel, Sera menatapnya sejenak sebelum mengambilnya. Tanpa ragu, dia kemudian menggigitnya.

"Rasa herbal." Sera berkomentar saat dia merasakan perutnya semakin hangat. "Oh, si kecil memakan sebagian besar nutrisinya."

Sera menatap perutnya sendiri saat merasakan janin kecil itu tumbuh lebih besar. "Jika kamu terus memberiku herbal itu, mungkin kelahiran anak kita bisa dipercepat."

Asheel juga merasa senang saat ini, lalu dia mengangguk. "Kalau begitu, aku akan mencuri-- Ehem! Membawakan lebih banyak."

"Semangat."

"Omong-omong, kau tahu dimana alamat ini?" Asheel lalu mengeluarkan kertas yang diberikan Supreme One dan menyerahkannya pada Sera.

Sera mengambilnya dan membacanya, "Kalau tidak salah ..."

Tangannya lalu menunjuk ke gunung tinggi yang menembus awan. "Disana."

"....Sangat tinggi?"

"Ada apa? Perlu sesuatu disana?" tanya Sera dengan penasaran.

"Oyaji ingin aku berkenalan dengan seseorang." Asheel memberitahukannya.

"Perempuan?"

Asheel mengangkat bahu, "Aku tidak tahu. Tapi kudengar dia seorang kultivator dari alam bawah."

"Oh, seperti wanita yang baru saja kamu selamatkan." Perkataan Sera mengacu pada Shen Ying. "Meski aku tidak tahu bagaimana kamu mengenal wanita es itu, tapi dia tampaknya terlibat karma yang besar denganmu."

"Aku lah yang secara tidak sadar telah memulai kisahnya." Asheel memberitahu sambil mengingat-ingat kenangannya saat bertemu Shen Ying pertama kali dahulu. Kemudian dia teringat, "Omong-omong tentang sebuah kisah, sepertinya aku baru saja memulai satu secara tidak sadar."

"Kisahmu?"

"Tidak, sepertinya saudara tirimu. Kalau tedak salah, namanya ... Zel..." Asheel menunjukkan ekspresi sulit untuk mengingat.

"Zerdite." Sera menyelesaikannya. "Kudengar dia jenius yang lebih muda dariku. Apakah dia akan menentang Ayah atau bagaimana?"

"Sepertinya begitu." Asheel mengangkat bahu sekali lagi. "Aku bisa menghilangkan kebosananku karena aku sendiri harus terlibat didalamnya."

"Yah, semoga berhasil."

Setelah itu, mereka berbincang-bincang lebih lama sebelum Asheel memasak makanan untuk sarapan mereka.

...

Sore hari.

Sebenarnya Asheel terlalu malas untuk beranjak dari rumahnya, tapi karena sepertinya Supreme One sangat serius saat akan mengenalkannya pada seseorang, dia menjadi penasaran.

Langit sudah mulai memerah, menandakan matahari akan terbenam.

Meskipun tempat ini adalah Alam Dewa yang mengatur Omniverse, dunia terlihat sama seperti pada dunia fana pada umumnya. Konsep siang dan malam, cuaca, dan sebagainya juga ada disini.

Tapi tempat ini terlalu kecil karena hanya seukuran suatu negara. Tidak banyak penduduk disini, jadi Supreme One mengatur alam ini tidak begitu megah.

Kemewahan yang ditawarkan hanya energi disini sangat padat, yang bahkan udara yang lewat memiliki kekuatan untuk menghidupkan sebuah planet.

Benar-benar tak terbayangkan saat seseorang terlahir di tempat yang diberkahi seperti ini. Saat orang itu turun ke Alam yang lebih rendah, mereka akan menjadi tak terkalahkan.

Misalnya, Tuan Muda Yogghgod.

Berasal dari Alam ini, Tuan Muda Yogghgod secara alami sangat kuat. Apalagi dia adalah anak Supreme One sendiri, meskipun tidak mewarisi satu tetespun kekuatannya, tapi karena faktor lingkungan, dia sebenarnya sangatlah kuat.

Sayang sekali dia menjadi kambing hitam pada saat kematiannya, dan yang lebih parahnya lagi dia masih memendam kebenciannya terhadap Penguasa Kekacauan, yang lebih menjadi alasan bagus untuk kematiannya.

Melupakan masa lalu sejenak, Asheel menatap gunung menjulang tinggi ke atas tepat didepannya. "Aku harus menaiki tangga? Terlebih..."

Asheel juga merasakan jika disekitar gunung itu diselimuti oleh formasi susunan yang sangat rumit.

"Serius? Tempat ini sangat damai, apakah ini tindakan pencegahan terhadap pencuri? Mungkin ..."

Asheel berpikir jika di gunung ini, terdapat sesuatu yang berharga. Yah, dia akan mencurinya kalau bisa.

Bercanda.

"Tapi formasi susunan ini, serius ..."

Saat Asheel menginjakkan kakinya di tangga, dia bisa merasakan jika kekuatannya di tekan oleh sesuatu yang misterius. Sebuah formasi susunan yang mampu menekan para Dewa!

Sayangnya yang sedang ditekan saat ini adalah Asheel, musuh alami para master array.

Asheel hanya mengedarkan Energi Kekacauan di tubuhnya, dan pembatas yang menekannya langsung tidak bekerja padanya lagi.

"Yah, ini menarik ..."

avataravatar
Next chapter