webnovel

The Fleeing Chaos Demon

Asheel Doom, iblis yang lahir dari kekacauan, dan orang yang terlahir sebagai raja, kabur karena takut dengan mimpi yang dia alami. Dia pergi sambil mengajak rekan-rekannya yang ia temui di masa lalu, dan mereka tiba di sebuah dunia modern yang terdapat iblis, malaikat, malaikat jatuh, dan dewa. Ini hanyalah kehidupan sepasang Dewa yang dibuang ke Alam Fana.

Nobbu · Anime & Comics
Not enough ratings
289 Chs

Pertempuran para Dewa

BAM!

Baru saja Naga Emas memusnahkan jiwa Titan, tiba-tiba lubang yang sama yang digunakan Titan itu untuk masuk berdentum keras lagi.

Sebuah gerbang tidak hanya dimasuki satu orang, kan?

Jadi tidak aneh jika makhluk kolosal lain masuk lewat jalan yang sama.

Kali ini yang keluar adalah raksasa dengan wajah monster. Penampilannya seperti Orc dari dunia fantasi. Wajahnya terlihat sangat garang, taringnya mencuat ke atas, dan seluruh tubuhnya dipenuhi oleh bulu. Ukurannya hanya setengah dari ukuran Titan sebelumnya.

Tapi sebenarnya, dia adalah iblis. Kekuatannya berada di atas Titan sebelumnya.

Iblis itu melirik sekeliling sejenak sebelum menemukan tubuh kolosal Titan yang hanya tersisa cangkangnya. Wajahnya masih acuh tak acuh bahkan setelah mengetahui Titan itu telah mati.

Lengannya bersilang, ekspresinya tampak bermatabat. Tapi sebenarnya, dia panik di dalam. Iblis itu sedang mengalami konflik internal!

'Apa yang terjadi? Kekuatanku ... kenapa begitu lemah? Aku tidak bisa mengakses Qi Abadi-ku... Rasanya, aku menjadi fana sekali lagi...' Matanya terpejam, keringat dingin mengalir di punggungnya.

Whoosh!

Kepalanya tiba-tiba miring ke samping, menghindari serangan nafas yang dilancarkan oleh Naga Emas.

Naga Emas menatap iblis itu dengan mata membara. Dia ingin mengonsumsi jiwanya!

Iblis itu yakin jika dia tidak menghindar, wajahnya akan terbakar. Karena semua energinya adalah Qi Abadi, dan dia berada dalam kondisi tidak bisa mengaksesnya, terpaksa dia harus mengandalkan kekuatan fisiknya yang telah dia olah selama bertahun-tahun.

Naga Emas dan Iblis itu mulai bentrok!

...

Tujuh Dosa Mematikan dan yang lainnya hanya bisa menyaksikan pertarungan para Dewa dengan takjub. Setiap gerakan yang Naga Emas kerahkan mampu mengubah cuaca, langit berwarna-warni saat sosok perkasa itu mengerahkan kekuatannya.

Langit terkoyak saat bumi terpecah belah di bawah tekanan bentrokan keduanya. Tanah dibawahnya hancur lebur, teraduk hingga terbalik, menghasilkan tanah longsor yang menenggelamkan hutan sepenuhnya.

"Jadi ini pertarungan para Dewa!" Meliodas melebarkan matanya saat menyaksilan kedua Dewa yang saling bertarung.

Seorang Immortal sudah bisa disebut seorang Dewa bagi para makhluk fana, jadi menyebutnya Dewa juga tidak berlebihan.

"Danchou, dibelakangmu!"

Suara Gowther mengingatkannya, dan Meliodas dengan cepat menebaskan Pedang Iblis Lostvayne ke belakang. Mengikuti tebasannya, Outsider yang masuk ke dalam jangkauannya langsung terbelah berkeping-keping.

Karena Merlin sudah menyelesaikan tugasnya dalam mengevakuasi penduduk, dia juga ikut membantu membasmi Outsider. Namun, apa yang dia lakukan saat ini adalah melamun, tampak tenggelam dalam pikirannya. Yang bekerja adalah Aldan yang selalu melayang di sampingnya, menembaki Outsider dengan laser mini warna-warni, menembus tubuh mereka dalam genangan darah.

"Aku sudah mengamatinya berkali-kali, dan sekarang aku yakin jika Dewa yang mirip dengan Iblis itu sedang ditekan." Merlin berkata sambil mengelus dagunya.

"Dewa Naga Emas mampu menekannya!? Hebat!" Diane tanpa terlalu banyak berpikir langsung berseru memujinya.

Tapi Merlin menggelengkan kepalanya, "Bukan Naga Emas yang sedang menekannya, tapi kekuatan lain. Tampaknya itu adalah kehendak Britannia. Keberadaan Meliodas sudah direstui oleh Britannia, jadi seharusnya tidak apa-apa jika menggunakan kekuatan Raja Iblis sekarang."

"Betulkah?!" Meliodas yang mendengarnya langsung menyentak ke arahnya. Setelah memindai dirinya sendiri, memang, sepertinya dia bisa mengerahkan kekuatan Raja Iblis tanpa konsekuensi saat ini.

"Lagipula, Britannia sedang menghadapi bencana besar. Tentu saja dia akan menggunakan segala cara agar Britannia bisa bertahan. Menyetujui keberadaanmu di Britannia adalah salah satunya."

Segera, penampilan Meliodas berubah menjadi setelan ketat berwarna putih yang merupakan Mode Raja Iblis miliknya. Dua lengan tambahan mencuat dari punggungnya.

"Benar-benar nyaman!" Meliodas menghela napas setelah merasakan kekuatannya tidak lagi ditekan.

Itu memang ditekan sebelumnya, dan jika Meliodas berada di Britannia lebih lama, bencana alam akan terus terjadi, yang pada akhirnya akan merugikan Britannia itu sendiri. Menggunakan kekuatannya secara paksa hanya akan membuat Britannia menangis lebih keras.

Pada saat ini, Meliodas seperti telah kembali ke habitatnya. Merasakan kekuatannya sendiri benar-benar menakjubkan!

Kekuatan Raja Iblis!

Sebelumnya, Raja Iblis mampu membuat Britannia kacau hanya karena kemunculannya. Sekarang kekuatan itu dimiliki oleh anaknya, dan digunakan untuk berjuang bersama teman-temannya untuk mempertahankan Britannia.

Meliodas dengan cepat menekan rasa senangnya saat dia menoleh ke Merlin yang sekali lagi tenggelam dalam pikirannya. "Apakah kamu menemukan sesuatu, Merlin?"

"Sepertinya kita harus bersyukur karena Asheel, kekuatan para Outsider yang menyerang benar-benar ditekan. Jika tidak, bahkan menghadapi satu serangga pun, aku yakin akan sangat menyulitkan kita."

"Apa maksudmu?" Ban mengerutkan kening, diikuti oleh yang lainnya.

"Jutaan Outsider, atau bahkan lebih, makhluk-makhluk itu memiliki kekuatan yang berada di luar jangkauan kita. Tapi setelah memasuki Britannia, kekuatan mereka ditekan oleh sesuatu yang tak terlihat hingga bahkan kita bisa dengan mudah membunuh mereka."

"...." Mereka terdiam sejenak, sebelum Meliodas bertanya: "Apakah ini perbuatan pria itu, Asheel?"

"Kurasa begitu." Merlin mengangguk, sebelum tiba-tiba dia merasakan tangan besar sedang membelai rambutnya. Sebelumnya dia berpikir jika itu adalah kehendak Britannia, tapi setelah memikirkannya lebih jauh, Asheel mungkin juga telah menyiapkan sesuatu. Yah, mungkin juga bisa keduanya.

"Kau sangat pintar, Merlin."

Asheel tiba-tiba muncul di belakangnya, dan kedatangannya benar-benar mengejutkan mereka semua.

Asheel kemudian memindai sekeliling, sebelum pandangannya jatuh ke kelompok Tujuh Dosa Mematikan. "Hanya kalian yang tersisa?"

Arthur bersama Nanashi sekarang sedang menghibur warga, Elaine dan Elizabeth ikut kelompok Tujuh Dosa Mematikan. Para Ksatria Suci sedang beristirahat di balik dinding. Jadi hanya sembilan orang itu terlihat di garis depan. Tentu saja Hawk juga ada disana.

"Kenapa kau disini? Apa kau tidak bertarung di luar lubang itu?" Meliodas dengan hati-hati bertanya.

Diantara mereka, mungkin hanya Meliodss yang berani memulai percakapan dengan Asheel. Di sisi lain, Escanor menatap Asheel dengan tatapan rumit.

Pihak lain sebelumnya memukulinya seperti anjing, tapi pada saat yang sama juga merekonstruksi tubuhnya. Haruskah dia berterima kasih padanya? Kesombongannya membuatnya sulit untuk melakukannya.

Asheel sepertinya hanya melihat Merlin dan mengabaikan yang lain.

Merlin terpaksa bertanya menggantikan Meliodas, "Dari mana saja kamu? Kenapa kau baru sampai disini?"

"Aku baru saja keluar dari kuil, dan aku disini untuk ... hmm, mungkin melihatmu bertarung dengan pakaian Gadis Penyihir."

"Teruslah bermimpi." Merlin memutar matanya.

"Kebetulan sekali, aku baru saja memimpikanmu bercosplay sebagai Gadis Penyihir."

"Dasar pembohong!" Merlin mendengus.

"Kau sedang membicarakan dirimu sendiri?"

Merlin tersedak oleh kata-katanya. Memang, akhir-akhir ini, dia sering membohongi teman-temannya.

"Merlin-chan."

Suara lembut memanggilnya, dan Sera juga muncul bersama dengan Ophis yang sedang mencengkram kepala berbulu Galla.

"Sera-nee?" Dari pada Asheel, mata Merlin lebih berkaca-kaca setelah melihat Sera kembali.

Kemarin, mereka berdua sudah pernah bertemu, namun suasana saat itu tidak mendukung mereka untuk saling berbahagia.

"Ini adalah pertama kalinya kita bisa berbicara dengan baik setelah kami bangun. Bagaimana kabarmu, Merlin-chan?" Sera tersenyum padanya.

"Aku baik-baik saja." Merlin menahan diri untuk tidak berlari dan memeluk Sera.

Tapi Sera merentangkan tangannya sambil memasang ekspresi seolah mengundang Merlin untuk memeluknya.

Merlin tersipu terlebih dahulu sebelum tubuhnya melesat dengan cepat ke arah Sera. Mereka berdua saling berpelukan.

Sementara Merlin sepenuhnya menampilkan ekspresi bahagia yang tidak bisa disembunyikan, Sera hanya tersenyum lembut padanya.

Teman-temannya tercengang menyaksikan interaksi mereka berdua.

Siapa wanita itu?

Mereka bertanya-tanya dalam benaknya. Tapi muka itu sangat familiar dengan Zora, tapi mereka yakin jika keduanya bukan orang yang sama.

Kecuali Elizabeth dan Meliodas, yang lain masih kebingungan.

Setelah Merlin puas, Sera melepaskannya. Elizabeth melangkah maju dan tiba-tiba membungkuk dihadapannya.

"Terima kasih telah menyelamatkan kami terakhir kali!"

"....." Suasana menjadi hening untuk sesaat. Teman-temannya menjadi lebih bingung.

Sera memiringkan kepalanya, menatap Elizabeth sambil mengingat-ingat. "Oh, aku ingat. Kamu adalah orang yang menentang Asheel saat itu. Yah, tidak jarang melihat orang-orang seperti kalian."

Banyak orang yang pernah menentang Asheel saat pria itu mencoba menghancurkan dunia, tapi pada akhirnya mereka semua musnah.

"Harus kuakui, kamu sangat spesial dibandingkan dengan yang lain."

Elizabeth tidak tahu dengan siapa dia dibandingkan, tapi dia terus membungkuk dengan sungguh-sungguh sebelum menegakkan tubuhnya.

Meski banyak orang yang ingin menghentikan Asheel, tidak ada orang yang begitu pemaaf seperti Elizabeth. Bahkan Meliodas masih mengembangkan kebencian padanya.

Tapi tentu saja Asheel tidak akan repot-repot mempedulikannya.

"Merlin, kenapa kau tidak memelukku juga?"

Suara Asheel terdengar, dan pria itu juga sedang merentangkan kedua tangannya dengan ekspresinya yang mengatakan jika dia sudah siap.

"....." Merlin ingin memukul wajahnya ke tanah.