webnovel

The Fleeing Chaos Demon

Asheel Doom, iblis yang lahir dari kekacauan, dan orang yang terlahir sebagai raja, kabur karena takut dengan mimpi yang dia alami. Dia pergi sambil mengajak rekan-rekannya yang ia temui di masa lalu, dan mereka tiba di sebuah dunia modern yang terdapat iblis, malaikat, malaikat jatuh, dan dewa. Ini hanyalah kehidupan sepasang Dewa yang dibuang ke Alam Fana.

Nobbu · Anime & Comics
Not enough ratings
289 Chs

Lokasi Penstabilan Inti Kekacauan

Saat berada dipelukan Lucia, Asheel bisa mengenang semua itu hanya dalam sekilas. Dia rindu dengan Sera yang bersikap baik padanya, yang selalu tersenyum untuknya...

Dia lalu melihat ke arah Sera.

"...."

Pada akhirnya itu hanya masa lalu, yang bisa dia lakukan hanyalah mengenangnya. Tapi tidak masalah, perasaan itu tidak akan pernah berubah.

Sementara itu, Sera yang ditatap oleh Asheel menjadi aneh, dan dia memiringkan kepalanya: "Ada apa?"

"Bisakan kita berpelukan? Tentu saja bertiga," kata Asheel sambil tersenyum.

"Tentu," Sera mengangguk.

Dia tahu jika emosi Asheel saat ini tidak stabil, dan dia tidak mempermasalahkan tindakannya selama ini.

Jika Asheel ingin berpelukan, maka mereka akan berpelukan.

Jika Asheel ingin berciuman, maka mereka akan berciuman.

Jika Asheel ingin....

"...."

Lupakan.

Mereka bertiga langsung berdekatan dengan Lucia yang memeluk Asheel dan Sera dengan masing-masing tangannya.

Setelah dalam keadaan itu sesaat, Asheel kemudian menoleh ke Ophis. "Kemarilah!" Dia memanggilnya.

Ophis yang masih bingung dan hanya melihat interaksi mereka bertiga dengan tatapan tanpa ekspresi lalu melangkah menuju Asheel karena yang terakhir telah memanggilnya.

Saat jarak mereka menjadi begitu dekat, Asheel langsung menarik Ophis dan mendekapnya. Pada akhirnya Lucia, Sera, dan Asheel saling berpelukan dengan Ophis ditengah-tengahnya.

"....."

"Ahem," Dalam kenyamanan itu, tiba-tiba sebuah suara terdengar dari samping.

"Bagaimana jika aku ikut kehangatan kalian?" Pemuda itu tiba-tiba berkata sambil mendekati mereka.

"Diamlah, penipu!" Asheel langsung menendang wajahnya.

"Ouch!" Pemuda itu terbang sampai membentur meja.

"Ara, Asheel-kun. Kalian masih bertengkar seperti biasanya."

"....."

"Hah ?!"

Setelah mendengar perkataan Lucia, Asheel dan Sera tercengang kemudian saling memandang dengan tidak percaya.

Mereka lalu bolak-balik melihat antara pemuda itu dan Lucia.

"Apakah itu benar-benar Ayah?" gumam Sera dengan heran.

"Oh, kamu belum mengetahuinya? Aku juga terkejut saat melihat perubahan penampilannya yang begitu tiba-tiba," kata Lucia sambil meletakkan telapak tangannya sendiri di pipinya.

"Kalian benar-benar kejam karena tidak bisa mengenali Ayahmu sendiri..." Pemuda itu bangkit dan menghela nafas.

"Pak tua, bisakah kamu merubah penampilanmu seperti dulu. Aku benar-benar tidak terbiasa," kata Asheel sambil menatapnya tanpa ekspresi.

"Bilang saja jika kamu iri dengan penampilan masa mudaku~?" kata Pemuda itu ketika tiba-tiba melakukan pose keren.

"....." Asheel tidak bisa berkata-kata pada perubahan yang tiba-tiba pada sosok Ayah angkatnya. "Dan apa apaan semua pose itu, apakah akhirnya kamu mengidap penyakit mental atau apa?"

Pemuda itu tidak terganggu dengan Asheel yang menghinanya, "Bukankah aku selalu seperti ini~?"

"Nggak!" Asheel dan Sera langsung menepisnya tanpa ragu-ragu.

Supreme One yang akrab baginya adalah orang tua playboy dengan aura agung dan kebijaksanaan yang mencolok. Pemuda didepannya adalah orang yang sama, tetapi tampak berbeda. Semua keagungan dan kebijaksanaan yang mengalir dari dirinya telah hilang, menjadi aura tenang dan menyegarkan.

Asheel lalu menghela nafas, "Lupakan, ayo kita membahas tujuanku berada disini terlebih dahulu."

Melihat pemuda itu yang duduk dikursinya kembali, dia bertanya dengan ekspresi serius: "Pak tua, apakah kamu telah memutuskan tempat dimana penstabilan Inti Kekacauan-ku?"

"Tentu saja," Supreme One tersenyum.

"Oh, baguslah. Kalau begitu ayo lakukan dengan cepat!"

"Jangan terburu-buru, kamu masih memiliki beberapa waktu sebelum itu terjadi." Supreme One menghentikannya.

Asheel mengangguk karena dia lah yang paling tahu tentang dirinya.

"Sebelum itu, aku ingin kamu tahu tentang sesuatu." Supreme One berkata sambil menangkupkan tangannya di meja.

Dia melanjutkan, "Pada penstabilan Inti Kekacauan-mu terakhir kali, kamu pasti merakannya sendiri jika sisa-sisa kekuatanmu tersebar ke dalam Omniverse yang luas."

"Omniverse?" Asheel memiringkan kepalanya.

Supreme One tertegun sejenak sebelum dia sadar, "Benar juga, kamu masih menggunakan istilah lama. Abyss sekarang disebut Omniverse."

"Terserah kamu, aku sudah terbiasa dengan Abyss."

"Jadi, apakah kamu masih ingat?" tanya Supreme One sekali lagi.

"Terakhir kali, ya?" Asheel menggaruk kepalanya, "Aku sudah lupa."

Supreme One tidak terganggu dan malah mengangguk dengan ekspresi mengerti, "Seperti yang diharapkan darimu."

Asheel mengabaikan komentarnya dan kemudian bertanya, "Jadi apa yang terjadi dengan sisa kotoran kekuatanku yang lepas?"

"Setelah aku menyelidikinya secara langsung, kekuatan sisamu yang terbuang itu menyatu secara tidak sengaja dengan sebuah wawasan yang berasal dari Bumi Utama. Penyatuan itu membuatnya menjadi Chaos yang baru dan melahirkan sebuah dunia di dimensi tingkat rendah."

Asheel dan Sera terkejut. 'Secara tidak sengaja menciptakan dimensi baru ?! Apakah hal seperti ini bisa terjadi?'

"Jadi, apa yang ingin kamu katakan adalah...?"

"Aku ingin kamu berbuat sesuatu pada dimensi itu."

Asheel berpikir sejenak lalu berkata, "Kalau begitu aku akan menghancurkannya."

Dia tidak ingin melihat isi dimensi itu apalagi mengurusnya. Menghancurkannya adalah pilihan terbaiknya.

"Bagaimana kamu akan melakukannya?" tanya Supreme One dengan antisipasi.

"Aku akan menghancurkannya dengan pikiranku," kata Asheel dengan percaya diri.

"Dengan keadaanmu saat ini?"

Kepercayaan dirinya langsung hilang saat wajahnya menjadi gelap.

Supreme One menghela nafas, "Kamu bebas berbuat apapun terhadap dimensi itu karena aku tidak memiliki otoritas terhadapnya."

"Bukankah kamu bisa mencuri otoritasnya?" Asheel bertanya dengan bingung.

"Aku ingin kamu yang melakukannya."

Asheel terdiam dan tidak bisa berkata apa-apa lagi.

"Ngomong-omong, dimensi itu berada di dekat Alam Kekacauan dan letaknya di antara batas tingkatan Alam. Jika kamu melakukannya disana saat dimensi berada pada kondisi itu..." Supreme One tidak menyelesaikan kalimatnya dan tiba-tiba menggelengkan kepalanya. Dia lalu terbatuk, "Intinya, aku ingin kamu melakukan penstabilan Inti Kekacauan-mu di dimensi yang secara tidak sengaja kau buat dengan kotoran kekuatanmu itu."

"Hah....?!"

Asheel dan Sera, bahkan Lucia terkejut bukan main.

"Apa kau serius ?!"

"Ya, aku tahu jika penstabilan Inti Kekacauan-mu harus berhubungan langsung dengan Alam Kekacauan. Bagaimana jika kamu melakukannya di dimensi yang kamu ciptakan dari kekuatanmu sendiri? Toh, itu masihlah Chaos."

"Tapi-"

"Tidak masalah, kan? Letak dimensi itu juga berada di dekat perbatasan Alam Kekacauan," kata Supreme One meyakinkannya.

"Jika tidak berjalan mulus, dimensi itu akan hancur, lho."

Supreme One tersenyum, "Itu tujuan awalmu, kan?"

"Ya..." Asheel tidak bisa menyangkalnya.

Asheel belum pernah menciptakan dimensi menggunakan kekuatannya sendiri sebelumnya, dan sekarang dia diberitahu jika sisa-sisa kekuatannya yang lepas telah melahirkan sebuah dimensi melalui wawasan dari Bumi Utama. Terlebih lagi, Ayah angkatnya menyuruh dia untuk melakukan penstabilan Inti Kekacauan di dimensi itu, yang letaknya sendiri berada di batas Alam Kekacauan.

Mempertimbangkan lokasinya, dia bisa langsung dipindahkan ke Alam Kekacauan bila terjadi situasi buruk.

Supreme One bertepuk tangan, "Baiklah, masalah ini sudah selesai. Selanjutnya kita akan membicarakan tagihanmu, Asheel-kun~!"

Asheel merasakan firasat buruk saat mendengar kata-katanya, dan dia ingin segera melarikan diri.

Supreme One terus berkata, "Kamu tercatat telah mengacaukan beberapa dimensi yang kami ciptakan, totalnya hampir seratus dimensi diantaranya. 49 dimensi rusak ringan, 27 dimensi mengalami kerusakan menengah, 11 dimensi rusak berat, dan 5 dimensi hancur. Baik, tagihannya~~?"

Supreme One terus mengetik pada layar tembus pandang didepannya.

Asheel benar-benar dikutuk saat ini dan dia berkeringat deras, "Oi, hentikan!"

Dia lalu menoleh ke Sera, dan seketika Sera langsung membuang muka karena tidak ingin terlibat dalam masalah itu. Kemudian dia mengalihkan pandangannya ke Lucia dan menatapnya dengan mata memohon, tapi Lucia hanya menatapnya tajam. Lalu ke Ophis, dengan Ophis yang hanya memiringkan kepalanya dan menatapnya dengan bingung.

"...." Asheel sudah pasrah dan tubuhnya jatuh tanpa tenaga ke lantai.

"Ya, Asheel-kun. Pembayaranmu adalah....."

"Aku tidak ingin membayar! Aku akan menuruti perkataanmu!" teriak Asheel.

"Baguslah, aku mengharapkan jawaban itu darimu." Supreme One tersenyum.

"Eh?!" Asheel tertegun. "Apa maksudmu?"

"Haha, kau tahu sendiri. Bahkan jika aku terus menagihmu, kamu tidak akan pernah membayarnya, dan kamu selalu mempunyai cara untuk kabur dariku."

"..... kau menipuku."

Supreme One mengabaikannya dan mengangkat jari telunjuknya, "Aku hanya ingin kamu melakukan satu hal."

"Apa itu?"

"Kudengar kamu baru saja merusak dimensi yang aku ciptakan secara langsung. Bukan begitu, Ophis-chan?" kata Supreme One saat pandangannya jatuh pada Ophis.

Ophis terdiam sejenak lalu menatap ke Asheel yang matanya membuat isyarat untuk menyangkal perkataannya, kemudian melanjutkan menatap Supreme One yang hanya tersenyum.

"Um," Pada akhirnya, Ophis mengangguk.

"... Ophis-chan, kenapa?" Asheel terjatuh dalam air mata penderitaaan, merasa baru saja dikhianati.

"Dia yang menciptakanku," Ophis menjawab dengan tanpa ekspresi.

"Tapi aku sudah memberimu nama...!"

"Nama asliku diberikan langsung oleh-Nya."

Supreme masih tersenyum melihat interaksi mereka berdua saat dia berkata, "Baik, terima kasih, Ophis-chan. Ngomong-omong, ini pertama kalinya kita bertemu secara langsung. Perkenalkan, aku #!#!*※※##, orang yang menciptakanmu."

Ophis tidak bisa mendengar namanya saat dia memperkenalkan diri.

"Aku lupa jika keberadaanmu belum cukup tinggi untuk bisa mendengar namaku, tapi panggil saja aku Supreme One, atau Ancient One, atau Ayah."

Ophis mengangguk.

"Jadi apa yang harus aku lakukan sejak kamu menyebutkan dimensi tempat aku berada sebelumnya?" tanya Asheel menyelanya.

Supreme One menyeringai, "Hehe, aku hanya ingin kamu membantu Kehendak Dimensi disana."

"Kehendak Dimensi pasti mengeluhkan tindakanku padamu. Jadi, kenapa aku harus membantunya?"

Supreme One menghela nafas dan menatapnya langsung ke matanya, "Begini, Asheel-kun. Bukankah hukumanmu sangat ringan dibandingkan dengan semua dimensi yang telah kamu rusak?"

"Apakah begitu?"

"Lihat, kau bahkan sulit untuk mengakuinya."

Asheel kemudian merenung sejenak dan mengangguk dalam berat hati, "Oke, aku akan melakukannya."

Supreme One bertepuk tangan sekali lagi, "Baik, masalah ini juga sudah selesai."

"Tunggu, aku ingin bertanya!" Asheel tiba-tiba berkata.

"Ada apa, Asheel-kun?"

"Apa apaan caramu memanggilku?"

"Apakah ada masalah dengan itu, Asheel-kun?"

"Banyak masalah! Bukankah kamu selalu memanggiku bocah, brat, anak nakal, dll !!!"

Supreme One menyeringai saat dia tiba-tiba berdiri dan berpose keren, "Aku yang sekarang bukanlah yang dulu."

"....."

Asheel dan Sera tidak bisa berkata-kata.

"Kyahh! Suamiku sangat keren!" Suara Lucia terdengar fanatik.

"....."

'Apa yang terjadi selama kami tidak ada disini?' Asheel dan Sera berkata dalam benaknya secara bersamaan.