webnovel

The Fleeing Chaos Demon

Asheel Doom, iblis yang lahir dari kekacauan, dan orang yang terlahir sebagai raja, kabur karena takut dengan mimpi yang dia alami. Dia pergi sambil mengajak rekan-rekannya yang ia temui di masa lalu, dan mereka tiba di sebuah dunia modern yang terdapat iblis, malaikat, malaikat jatuh, dan dewa. Ini hanyalah kehidupan sepasang Dewa yang dibuang ke Alam Fana.

Nobbu · Anime & Comics
Not enough ratings
289 Chs

Keraguan dalam Pembunuhan

Beberapa hari setelah duel, semuanya berjalan seperti biasa. Asheel ingin pergi dari tempat ini secepatnya, tapi Sera menghentikannya karena dia masih harus melakukan sesuatu untuk mengatasi dampak yang telah dia timbulkan sebelumnya.

Asheel dengan waktu luang itu banyak menghabiskan waktunya di altar Oshiro-sama. Dia tidak tahu mengapa, tapi dia sangat bosan dan memutuskan untuk pergi ke sana.

Chaos telah memotong sisi jahat dan destruktif dari dirinya, dan hanya menyisakan keinginannya untuk menciptakan sebuah kesempurnaan. Sekarang, entitas kuno itu telah puas dengan terciptanya manusia, dan dia hanya akan menunggu lagi sampai wadah dari ras manusia terlahir cocok untuk menampung kekuatannya.

Cath Palug.

Dalam dimensi yang akrab, Asheel tahu sesuatu tentang makhluk ini. Pada dasarnya, itu adalah monster kucing pembunuh primata. Dalam legenda Raja Arthur, makhluk ini juga pernah muncul dan sempat bentrok dengannya.

Beberapa sumber mengatakan jika Raja Arthur membunuhnya, tapi pada akhirnya legenda itu hanyalah fiksi dan banyak versi lain dari cerita mereka berdua.

Dalam dunia ini, Raja Arthur akan lahir 3000 tahun kemudian, dan akan menjadi Raja Kekacauan karena dirinya mampu menjadi wadah untuk kekuatan Chaos.

Cath Palug disini masih merupakan Chaos, tapi makhluk itu hanyalah wujud dari kejahatan dan keinginan destruktifnya. Rupanya, Cath Palug sangat mendambakan kekuatan Chaos dan berusaha merebutnya.

Selain menyebutkan Cath Palug, Oshiro-sama atau wujud dari kekuatan Asheel yang terbuang (Chaos) juga menyebutkan satu entitas lain yang menjadi kunci kebangkitannya.

Danau Salisbury pada tanah Britannia, disana terdapat gumpalan energi magis yang sangat besar dan berfungsi untuk menopang Britannia seorang diri. Danau Salisbury juga merupakan pusat Leyline berada.

Yang mendiami danau itu adalah Lady of the Lake. Dalam Legenda Arthurian, Lady of the Lake juga pernah muncul saat wanita itu memberikan Pedang Suci Excalibur kepada Raja Arthur. Walaupun beberapa versi cukup berbeda satu sama lain, tapi dapat dipastikan jika Excalibur berasal dari Lady of the Lake.

Dalam versi dunia ini, tidak ada Pedang Suci Excalibur, karena pedang suci itu masih merupakan pedang biasa dan akan menjadi Excalibur di masa depan.

Pedang yang ditempa melalui darah dan jiwa penggunanya, hingga setiap generasi baru pedang itu akan menjadi lebih kuat. Dan di masa depan, pedang itu akan menjadi harapan umat manusia dalam menghadapi peperangan antar Empat Klan lainnya.

Menurut Oshiro-sama, pedang itu diberikan oleh Lady of the Lake kepada seorang manusia bernama Carfen. Setelah itu, nasib pedang itu tidak diketahui, setidaknya untuk saat ini.

Asheel tidak peduli dengan pedang itu, dan menaruh pikirannya pada Lady of the Lake. Setelah beberapa saat berpikir, dia memutuskan.

Dia tidak akan menstabilkan Inti Kekacauan-nya di Kuil Kekacauan, dia akan melakukannya tepat di bawah Danau Calisbury. Setelah keluar dari Kuil Langit, dia juga memutuskan untuk mengunjungi tempat itu dan melakukan survey di sana.

Bagaimanapun, dia merasa bosan dengan kesehariannya karena dialah yang harus menunggu Sera menyelesaikan urusannya. Padahal, dia tidak tahu apa yang dilakukan Sera.

Seperti biasa, dia berteleportasi ke atas bongkahan batu Oshiro-sama. Babi berlumut ini sangat malas, bahkan belum lama dia keluar, tubuhnya sudah kembali menjadi bongkahan.

Saat dia bersantai di sana, dia melihat seseorang di bawahnya. Ini juga pemandangan yang biasa untuknya saat melihat Zora yang berlatih sangat keras di tempat ini.

"Kamu datang lagi."

Zora menghentikan gerakannya dan menatap Asheel yang baru saja tiba. Dia juga sudah terbiasa dengan bocah ini, bahkan kebencian yang dia rasakan padanya semakin memudar dari waktu ke waktu.

"Untuk apa kau berlatih begitu keras?" Asheel bertanya dengan penuh minat.

Sejak duel antara 'Zora' yang diperankan oleh Sera melawan Zekiel, sang utusan sekaligus penghubung antara dua Klan sedarah, dia bisa melihat jika Zora berlatih sangat keras setelah kejadian itu.

Saat sebelum duel mereka, Asheel yakin jika Zora sangat jarang untuk berlatih sekeras ini setiap hari. Bukankah seharusnya Zora juga harus giat seperti ini untuk berusaha mengatasi pertunangan yang pernah terjadi sebelumnya?

Untuk pertanyaan yang baru saja ditanyakan Asheel, Zora menjawab: "Aku harus memenuhi persyaratan Sera-san untuk bisa menjadi lebih kuat!"

"Oh..!" Asheel menopang kepalanya dengan telapak tangannya sendiri, lalu menguap: "Awwwhh, kau pasti telah ditipu olehnya..."

Asheel tidak menunggu reaksinya dan berbaring malas sambil menutup matanya.

Zora hanya menatapnya dan tersenyum, lalu bergumam dengan suara rendah: "Kurasa tidak..."

Setelah memastikan jika Asheel telah tertidur, dia melanjutkan pelatihannya untuk memperkuat tubuhnya. Menurut instruksi Sera, tubuhnya harus menjadi lebih kuat terlebih dahulu sebelum bisa belajar sebuah teknik pedang darinya.

Tiga puluh menit berlalu dengan cepat, tidak terasa bagi Zora atas semua usahanya selama ini. Dia terengah-engah dan meminum air dari botol yang dia bawa sebelumnya.

Setelah mengatur napas sebentar, dia mengepakkan sayapnya dan terbang ke atas bongkahan besar itu dengan sopan. Bagaimanapun, itu masih Oshiro-sama yang menciptakan Kuil Langit ini.

Dia mendarat tepat di sebelah Asheel. Sebuah senyuman bisa terlihat saat dia mengamati wajah imut Asheel saat tertidur.

Hari sudah agak sore, jadi tidak aneh jika bocah ini tidur siang. Bagaimanapun, tampilannya masih anak-anak.

"Jika jaraknya sedekat ini, bisakah aku membunuhnya...?" Gumaman dengan suara rendah itu mewakili pikirannya saat ini.

Dia mengalami sedikit konflik di benaknya. Untuk membersihkan kebencian yang tersisa di hatinya, dia bisa saja menikamnya saat ini. Bagaimanapun, bocah di depannya merupakan ancaman terbesarnya sejak awal.

Tapi, sisi kasih sayang masih mendominasi pikirannya dari konflik internal di kepalanya. Keraguannya menjadi lebih besar pada gagasan membunuh Asheel.

"Memangnya, pencipta dunia ini dapat dengan mudah terbunuh hanya dengan menikam jantungnya?"

Dia baru saja menertawakan kebodohannya. Tentu saja makhluk perkasa seperti Asheel tidak akan mati dengan mudah, kan?

"Tapi, tetap saja..."

Walaupun kebencian terhadapnya semakin memudar, tetap saja bocah ini masihlah ancaman terbesar untuk dirinya dan kakak perempuannya.

Bahkan, kakak perempuannya yang tersayang telah menjadi fanatik terhadap Asheel. Itu tetaplah sebuah ancaman, dan dia harus membereskannya jika ada kesempatan.

Sekarang adalah kesempatan terbesarnya, dengan Asheel yang tertidur tanpa peduli dunia, dan bocah ini mungkin juga cukup mempercayai keamanan di tangannya.

Itu sangat ceroboh saat dia sendiri masih memiliki kebencian tanpa sebab terhadapnya.

Pada akhirnya, dia menghunus pedang yang dia gunakan untuk latihan sebelumnya dan mengarahkannya ke jantung Asheel.

Melihat wajah tidurnya yang imut, dia menjadi lebih ragu. Siapa yang akan waras untuk menikam bocah imut sepertinya?

Memikirkan jika Asheel juga sedang berusaha untuk mencoba untuk mempercayai dirinya juga menambah keraguan di hatinya.

Ngomong-omong, penyebab adanya kebencian di hati Zora adalah karena dia sendiri telah merasakannya saat dirinya dianiaya oleh Asheel dan kakak perempuannya dalam kenyataan lain.

Jika dia tidak mengalaminya dan masih terus mempercayainya terlepas apakah dia tahu sifat jahat Asheel atau tidak, jika itu dirinya yang dulu, dia pasti akan dengan keras kepala akan mempercayainya meskipun Asheel mungkin akan membencinya.

Tapi sayangnya dia telah mengalami ilusi yang sangat nyata itu, hingga dia tidak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah.

Hanya butuh sebuah dorongan untuk pedangnya bisa menikam jantung Asheel, tapi tangannya bergetar hebat saat keraguan memenuhi hatinya.

Dia memejamkan mata dan banyak keringat baru menetes ke wajahnya. Saat itulah dia mendengar suara:

"Untuk apa kau ragu-ragu?"

Zora segera tersadar dan membuka matanya, dia tidak bisa bereaksi sejenak sebelum dengan panik menarik pedangnya. Tapi dia merasa tubuhnya terlalu kaku dan tidak bisa digerakkan saat ini. Hal itu membuatnya menjadi lebih panik.

Suara Asheel terdengar sekali lagi:

"Jika kamu ingin aku mati, maka tusuk pedang itu ke jantungku. Seperti ini..."

Memanfaatkan Zora yang tidak bisa bergerak dengan benar, lengan Asheel terulur dan telapak tangannya menggenggam bilah pedang itu hingga berdarah. Tanpa ragu-ragu, dia menariknya ke bawah hingga menikam tubuhnya tepat di mana jantungnya berada.

"Ahhh !!!"

Zora berteriak karena tindakan Asheel yang tiba-tiba. Matanya dengan gugup menelusuri tubuh Asheel dan melihat dadanya berdarah, dia juga bisa melihat darah mengalir dari mulutnya.

Dia mundur dengan takut dan menjatuhkan pedangnya, "A-Apa yang terjadi? Apa yang telah kulakukan....?"

Mulutnya berkata dengan tidak percaya, menatap tangannya sendiri yang telah menikam Asheel hingga berdarah-darah.

"I-Itu tidak mungkin kulakukan, kan....?"

Seluruh pandanganya kacau dengan banyaknya pikiran yang memenuhi benaknya tentang apa yang baru saja terjadi.

"Asheel...."

Matanya lalu melirik Asheel yang telah menutup matanya dengan damai.

"Asheel, bangun! Bangunlah dan katakan jika ini tidak nyata! Tolong katakan jika ini juga realitas lain! Tolong.....!"

Dia berteriak dengan putus asa saat matanya kering dengan mengalirnya air mata yang membasahi wajahnya.

"Ha ha ha...!

"Aku adalah orang yang berdosa...

"Apa yang telah kulakukan pada penciptaku sendiri...

"Bahkan jika keberadaanku hanya untuk pemuas pikirannya...

"Tetap saja...

"Jika kejadiannya seperti ini...

"Mana mungkin aku sanggup...!"

Sosoknya jatuh tanpa tenaga, kepalanya menunduk, dan rambutnya acak-acakan dengan semua latihan dan rasa frustasi yang dia rasakan saat ini.

"Ahh, aku ingin mati...!"

Hanya memikirkan apa yang akan terjadi pada kakaknya jika dia tahu adik perempuannya telah menikam 'Tuhan'nya, itu sangat menakutkan hingga dia tidak berani memikirkannya lagi.

Terlebih lagi, apa nasibnya setelah Sera mengetahuinya? Dia telah melihat kekuatan Sera sebelumnya dan tahu berapa brutalnya dia, bahkan dengan semua itu, dia masih akan berpikir untuk menghadapinya.

Dia tidak bisa memikirkan apa yang akan terjadi padanya setelah ini.

Dia adalah orang yang selalu memikirkan orang lain setelah kakak perempuannya. Walaupun dia sering memikirkan diri sendiri dalam ketidakberdayaan, tetap saja dia masih peduli pada orang lain.

Dia masih akan menerima hukuman apapun yang akan datang padanya.

Itu karena dia telah berdosa.

"Kenapa kamu begitu putus asa, bukankah kamu belum puas menikamku sekali. Ayo, aku menunggumu untuk menikamku beberapa kali."

Suara lemah Asheel segera membuat Zora tersadar dari kegelisahannya. Dia lalu melihat Asheel yang sedang menatapnya dengan...

Simpati.