webnovel

The Fleeing Chaos Demon

Asheel Doom, iblis yang lahir dari kekacauan, dan orang yang terlahir sebagai raja, kabur karena takut dengan mimpi yang dia alami. Dia pergi sambil mengajak rekan-rekannya yang ia temui di masa lalu, dan mereka tiba di sebuah dunia modern yang terdapat iblis, malaikat, malaikat jatuh, dan dewa. Ini hanyalah kehidupan sepasang Dewa yang dibuang ke Alam Fana.

Nobbu · Anime & Comics
Not enough ratings
289 Chs

Kencan dengan Narberal 4

"Setelah itupun aku berkeliaran di alam yang lebih rendah dan bertemu banyak orang, itu berlanjut sampai aku bertemu teman-temanku, orang yang kamu anggap sebagai Supreme Being."

Asheel menghela nafas setelah mengatakannya. Untuk dianggap teman, tidak juga. Dia berinteraksi dengan mereka hanya dalam beberapa tahun dan setelah itu mereka meninggalkannya, mengurus kehidupannya sendiri.

Dia sendiri tahu bahwa Yggdrasil hanyalah game dan itu tidak bisa menjadi prioritas hidup seseorang. Mereka masih harus bertahan hidup di masyarakat yang rusak itu.

Masyarakat saat itu jika bisa dibilang sangat mengerikan. Dimana orang kaya sangat berkuasa dan orang miskin diperlakukan seperti anjing. Pendidikan sangat buruk karena orang biasa hanya boleh bersekolah sampai mereka lulus sekolah dasar, setelah itu mereka masih harus bekerja untuk menghidupi diri mereka sendiri. Contohnya Momonga, dia hanya budak pekerjaan yang bekerja sebagai karyawan di perusahaan tertentu, dan dia pun hanya lulusan sekolah dasar.

Orang-orang kaya itu hanya memikirkan dirinya sendiri dan mengabaikan dunia, menyebabkan merusak bumi itu sendiri.

Dunia sudah seperti memasuki akhir zaman. Dimana langit merah, tanah kering, pohon tidak ada lagi, dan orang harus hidup menggunakan oksigen buatan. Itu semua perbuatan manusia di sana.

World 2138, tahun itu adalah terakhir kalinya Asheel dan Sera menginjakkan dunia itu sebelum terkirim ke dunia baru oleh entitas tak dikenal, yah mungkin itu sudah menjadi pengaturan Supreme One atau bisa juga kehendak dimensi yang harus memainkan plotnya.

Pada akhirnya, Asheel menghancurkan dunia itu, tidak mempedulikan apakah teman-temannya masih hidup atau tidak karena itu setengah abad kemudian.

Narberal selama ini yang mendengarkan menjadi bingung dan bertanya-tanya kenapa jedanya sangat panjang.

"Sampai ketika kita dikirim ke dunia baru, saat itu pun aku sadar jika aku tidak boleh mengabaikan apapun yang menjadi penting bagiku. Apakah itu teman-temanku, Sera, atau bahkan kalian semua. Aku menjadi penguasa Nazarick hanya untuk memperbaiki diriku sendiri. Bukankah aku buruk bagi kalian yang sudah menyerahkan kesetiaan kepadaku?"

Asheel menatap Narberal dengan mata kerinduan. Bukan berarti jika dia pernah menjadi penguasa Iblis di Abyss akan menjadikannya pemimpin yang ideal bagi Nazarick. Dia bahkan pernah bersikeras untuk menyerahkan tahta itu pada Momonga yang dia tolak dengan baik. Hanya Momonga yang bertahan sampai akhir dengannya.

Narberal berada dalam masalah internal sejenak sebelum menggelengkan kepalanya, "Asheel-sama, Anda sudah melalui banyak tantangan dalam hidup dan bertahan sampai sejauh ini. Saya secara pribadi merasa senang untuk melayani Anda. Sebagai penguasa Ainz Ooal Gown, Asheel-sama boleh menggunakan kita untuk menghibur diri Anda sendiri."

Asheel tersenyum pada Narberal, "Terima kasih telah menghiburku, tapi.. yang ingin kukatakan adalah bahwa seorang Chaos sepertiku sangat tidak stabil. Kalian tidak akan tahu kapan tiba-tiba aku akan mengamuk, atau menghancurkan semuanya. Itulah kenapa seorang Chaos sepertiku tidak akan bisa menjadi tenang selama sisa hidupku. Saat itulah Sera ada untuk menghentikanku jika kecenderungan Chaos-ku kembali."

"Tenang saja, Asheel-sama. Tidak peduli siapapun jati diri Anda yang sebenarnya, saya akan terus melayani Anda." Narberal mengatakannya dengan tegas dan bersungguh-sungguh.

"Sepertinya aku beruntung memilikimu disini, aku senang kamu berada di sisiku saat ini."

Entah bagaimana, Asheel ingin memeluk Narberal saat ini dan merasakan kehangatannya.

Mereka terus mengobrol tentang diri mereka sendiri dan hal-hal lain.

Saat itulah pesanan mereka datang. Mereka berdua memutuskan untuk memakan ramen Tonkotsu karena kedai ramen ini hanya fokus pada jenis ramen itu.

ICHIRAN adalah Perusahaan Ramen yang paling berdedikasi untuk mempelajari Ramen Tonkotsu di seluruh Dunia.

Tonkotsu menyiratkan kaldu tulang babi, biasanya merupakan persembahan sup yang sangat beraroma dan lembut.

Mereka memesan berbagai topping seperti telur asin setengah matang, daun bawang, ekstra irisan daging babi char siu, lauk pauk, dll. Untuk Asheel dia menambahkan mie ekstra atau kae-dama diantaranya.

Pada tampilan ramen, mereka dapat melihat supnya yang putih dengan kaldu sehingga menutupi mie. Mie-nya tenggelam di sup menampilkan sedikit wujudnya di permukaan. Di atas mie terdapat saus merah dan itu diapit oleh daun bawang dan daging babi yang melimpah.

Mangkuknya sendiri sangat unik karena berbentuk segi delapan berwarna hitam dan memiliki pola ukiran dipinggirnya.

Narberal menelan ludah saat mengamati isi mangkuk didepannya. Hanya melihat kaldu putih yang mengambang membuat tenggorokannya kering.

"Selamat makan!"

Setelah mematahkan sumpitnya, mereka langsung menargetkan mie-nya sebelum mengaduk sausnya.

Menyeruput!

Mie mengalir ke atas dan memasuki mulut mereka meninggalkan cipratan kecil yang jatuh di kuahnya. Rasanya manis dan kaldu yang menempel mengental di mulut saat sampai di tenggorokan.

Setelah itu mereka mengaduk mie dengan sausnya lalu daun bawang. Mengambil sendok di samping, mereka mengambil kuah dan menelannya.

Mencucup!

Harus diakui bahwa itu sangat enak. Kaldu tulang babi-nya sangat terasa di lidah, membuatnya menari-nari bahagia. Di tambah rasa saus yang tercampur membuatnya lebih enak.

Asheel terus memakan mie-nya dan lebih menghemat kuahnya karena dia memiliki mie ekstra.

Narberal merasa bahwa dia menemukan ketertarikan dalam hidupnya sendiri.

Begitulah mereka menghabiskan ramennya.

Mengambil tissue atau sapu tangan dan menggunakannya untuk membersihkan mulut mereka, lalu meletakkan sumpitnya yang menandakan selesainya makan.

"Terima kasih atas makanannya!"

Klak!

Pintu dibuka dan entah kenapa Asheel menoleh ke arahnya. Itu membuatnya sedikit terkejut karena pelanggan yang datang merupakan orang yang pernah ditemuinya.

Itu adalah Koizumi, gadis pecinta ramen.

Karena kursi di sebelah Narberal kosong, Koizumi menempatinya. Dia masih mengenakan seragam sekolah berwarna coklat dan masih membawa tasnya.

Dia menggantung blazernya di tempat khusus, dan menampilkan dirinya mengenakan kemeja putih lengan panjang dengan dasi.

Setelah mengisi formulir di kertas kecil, dia menoleh ke arah Narberal dan Asheel. Saat melihat Asheel, dia merasa sedikit familiar. Akhirnya mengingat saat dia berada di Kyoto dan bertemu wanita berambut putih dan mata merah itu. Dia mengangguk sedikit ke arahnya.

"Kamu mengingatku?" Asheel berkata dengan sedikit terkejut.

Lagipula dia berpikir bahwa orang seperti Koizumi akan bersikap acuh terhadap sekitarnya dan dia tidak akan mengingat orang-orang yang cukup dekat dengannya. Bagaimana dia tahu? Yah, dia sudah melihat cukup banyak orang.

"Ya," Koizumi mengangguk, lalu mengabaikannya.

"Aku salah menilaimu, maaf." Asheel meminta maaf padanya. Lagipula dia orang yang cukup terbuka, dan akan mengatakan langsung apa yang dipikirkannya.

Koizumi tidak merasa tersinggung atau apapun karena dia sudah terbiasa. Dia tahu sikapnya sendiri dengan jelas dan karena itulah dia tahu apa kesan awal Asheel terhadapnya.

"Tidak apa-apa, kamu spesial," dia hanya mengatakan itu.

"Kamu juga spesial dimataku," kata Asheel balik.

Dimatanya dia bisa melihat keilahian yang terpancar dari Koizumi dan itu sangat terang yang bahkan melebihi Odin saat itu.

Tapi dia tahu bahwa keilahian yang dimiliki Koizumi tidaklah fleksibel karena hanya berfungsi pada melindungi dirinya sendiri. Dia juga tidak bisa mengendalikannya, dan itupun ada batasnya.

Salah satu batasannya; jika dia tidak memakan ramen dalam sehari pun, keilahiannya akan menipis. Itu tidak masalah untuknya karena Koizumi adalah gadis pecinta ramen. Dia tidak bisa hidup tanpa ramen!

Kedua mata itu saling menatap sejenak. Mata merah buram Koizumi dihadapkan dengan mata hijau giok Asheel. Keheningan yang aneh pun terjadi.

Narberal bingung dengan perkembangan ini. Dia merasa ingin menegur Koizumi tapi seperti ada kekuatan yang menghalanginya. Dia pun hanya bisa menatap Asheel dalam diam.

"Aku merasa kamu tahu banyak tentang ramen." Koizumi hanya mengatakan itu dengan sederhana dan dingin. Dia merasa jika dia mengikuti Asheel, dia akan melangkah ke dunia ramen yang baru.

Asheel terkejut saat mendengarnya, lagipula dia pernah berkeliling dimensi hanya untuk mencoba ramen yang berbeda. Harus diakui bahwa insting Koizumi tentang ramen sangat menakutkan.

"Begitukah, jika kamu butuh bantuan atau mendapat masalah, kamu bisa datang ke Kuoh." Asheel memberikan alamatnya. "Aku tertarik padamu."

Koizumi mengambilnya dan melihatnya sejenak sebelum mengangguk. Dia merasa bahwa dirinya telah membuat langkah besar menuju dunia baru.

Untuk Asheel, dia merasa bahwa berhubungan langsung dengan Koizumi akan menyenangkan. Seperti hubungan para teman Otaku, dia bisa membicarakan ramen dengan Koizumi tanpa merasa bosan.

Itu seperti membicarakan hobi yang sama dan bersenang-senang dengan sesuatu yang memiliki ketertarikan yang sama.

Narberal melihat mereka berdua dan tidak tahu apa yang terjadi. Selama ini dia tidak mengatakan apa-apa. Kata-kata Asheel bisa membuat salah paham tapi dia tahu bahwa bukan itu maksudnya, karena itu dia hanya diam.

Saat itulah pesanan kedua mereka telah datang. Asheel dan Narberal memakan makanan penutup yang tersedia di toko ini berupa manisan yang terbuat dari matcha.

Setelah selesai, Asheel pamit dengan Koizumi dan melanjutkan kencannya dengan Narberal.

Hari sudah sore saat itu dan Asheel ingin mengakhiri kencannya setidaknya dengan meninggalkan kesan bagi Narberal.

Untuk itu, dia pergi ke sungai dekat stasiun. Mereka bisa melihat matahari terbenam secara perlahan di sana.

Berjalan-jalan selama satu jam mereka memutuskan untuk duduk di taman pinggir sungai.

Mereka duduk bersebelahan, diterangi lampu yang sudah menyala, dihiasi dedaunan di atasnya, dan dilatari sungai indah didepannya.

"Asheel-sama, terima kasih. Saya bisa bersenang-senang hari ini bersama Anda."

"Aku juga senang menghabiskan waktu denganmu hari ini, Narberal."

Setelah itu, keheningan terjadi di antara mereka berdua.

Angin sepoi-sepoi bisa dirasakan, dan itu terasa sedikit dingin.

"Musim dingin hampir tiba, ya."

Asheel melihat ke langit dan merasakan udara di kulitnya. Hampir setengah tahun telah berlalu sejak mereka semua liburan di Kyoto, dan sekarang sudah hampir musim dingin.

Melihat matahari tenggelam secara perlahan dalam keheningan yang nyaman, itu menjadi gelap setelah horizon.

"Hari ini sangat memuaskan," Asheel berdiri dan mengulet.

Dia berjalan ke depan Narberal dan mengulurkan tangannya.

"Ayo pulang!"

Narberal linglung sejenak sebelum menerimanya dengan tangannya sendiri. Saat ini dia tersenyum bahagia.

"Ya!"

Saya tidak bisa memikirkan hal indah apapun, sial.

Thx

Nobbucreators' thoughts