webnovel

The Fleeing Chaos Demon

Asheel Doom, iblis yang lahir dari kekacauan, dan orang yang terlahir sebagai raja, kabur karena takut dengan mimpi yang dia alami. Dia pergi sambil mengajak rekan-rekannya yang ia temui di masa lalu, dan mereka tiba di sebuah dunia modern yang terdapat iblis, malaikat, malaikat jatuh, dan dewa. Ini hanyalah kehidupan sepasang Dewa yang dibuang ke Alam Fana.

Nobbu · Anime & Comics
Not enough ratings
289 Chs

Kembalinya Dosa Rubah

"Yah, yah. Kemunculanku sepertinya tidak terlalu epik. Dengan wanita sepertimu muncul di dunia ini, benar-benar tidak terduga!"

Seorang pria muncul dari balik awan debu yang terjadi akibat kepompong metamorfosis Raja Iblis telah hancur. Pria itu memiliki rambut kuning panjang, mata hijau, tubuh berotot dibalik setelan ketatnya, dan lengan logam tambahan di pundaknya.

"Kau Raja Iblis, kah?" Zora menyipitkan matanya, sambil juga merasa aneh di hatinya karena melihat Meliodas versi dewasa.

"Hoo, masih tetap tenang di hadapan Dewa, ya. Mengesankan." Raja Iblis memasang wajah sombong.

"Dibandingkan dengannya, kau bukan apa-apa." Zora mendengus.

"Kau benar-benar berhubungan dengan Penguasa Kekacauan?" Raja Iblis mengernyitkan dahinya tidak senang.

"Apa?!" Zeldris terkejut mendengarnya.

"Ya, lagipula aku adalah hambanya. Tidak sepertimu, ciptaan yang tidak taat." Zora mengejek.

Raja Iblis menahan diam dalam amarah. Dia masih tidak menjawab, lalu menatap Zeldris sebelum senyum muncul di wajahnya. "Wahai anakku, Zeldris. Sebagai Ayahmu, aku memintamu untuk membunuh wanita ini!"

"Oyaji?!" Zeldris merasa ragu.

Zora mendekatinya lalu menepuk bahunya, sebelum menunjukkan senyum merendahkan yang ditujukan pada Raja Iblis. "Menyuruh anakmu sendiri melakukan perbuatan kotor, apa kau tidak mampu melakukannya sendiri, Maou~?"

"Cih, akulah yang membesarkannya. Bukankah sudah sepantasnya seorang anak mendengarkan perkataan ayahnya!?"

"Bukankah kau membesarkannya tanpa kasih sayang sedikitpun?" Zora mengangkat alisnya.

"Hal semacam itu tidak diperlukan untuk putra Raja Iblis!"

"Hmph, benar-benar menyedihkan."

Raja Iblis akan mengutuknya, tapi suara Zeldris menghentikannya melakukan itu:

"Oyaji."

Mendengar Zeldris memanggilnya, Raja Iblis mengira anaknya itu akan mengikutinya, karena itu dia tersenyum. "Hmm, apakah kau akan menuruti perkataanku?"

Zeldris menggelengkan kepalanya, sebelum bertanya: "Apakah kau tahu aku berhubungan dengan Gelda?"

"Tentu saja, aku selalu mengawasi kalian." Raja Iblis menjawab.

"Tapi, kenapa...?! Jika seharusnya sudah tahu, kenapa malah memerintahkanku untuk memusnahkan ras Vampir saat Gelda ada disana?! Apa kau sengaja!?" Zeldris menatap tajam ke arahnya.

"Jangan bersikap manja seperti itu, anakku. Aku hanya menyelamatkanmu dari emosi manusia agar tidak terjadi suatu hal yang bodoh seperti yang dilakukan kakakmu. Kau harusnya berterima kasih padaku," jawab Raja Iblis.

Mendengar jawabannya, Zeldris menundukkan kepalanya saat wajahnya menjadi gelap. Tangannya mencengkram gagang pedang dengan erat, giginya tekatup karena amarah, dan urat nadi menonjol di seluruh tubuhnya.

"Itu ... niat membunuh? Dasar anak tak berbakti, apa kau ingin membunuh ayahmu sendiri?!" Raja Iblis menatapnya tidak senang, tapi dia sebenarnya sangat marah karena kehilangan kehormatan didepan musuhnya.

"Aku tak lagi menganggapmu sebagai ayahku!" Zeldris berkata di sela-sela kemarahannya.

"Pfft, kahahahahaha!" Zora tertawa terbahak-bahak sebagai reaksinya. Dia sampai meneteskan air mata karena tertawa seolah-olah baru saja mendengar lelucon paling lucu sedunia. "Bukankah sudah jelas? Meski kau Godfather sekalipun, mana mungkin ada anak yang akan mematuhimu setelah mengetahui sifat busukmu itu. Oh, maaf. Tapi sepertinya kau memang hidup untuk itu, ya. Kahahahaha!"

Raja Iblis menggigit bibirnya begitu keras, wajahnya sangat jelek hingga tampak seperti ayam yang akan disembelih.

"Jangan meremehkanku, aku adalah DEWA!!!"

Raja Iblis meraung meluapkan amarahnya, menghasilkan badai pasir dan gumpalan racun dari tekanan aura yang melonjak darinya.

Swoosh! Swoosh!

Dari tubuh Raja Iblis, angn yang sangat kencang muncul perlahan hingga sangat besar sampai bisa menutupi seluruh wilayah sekitarnya. Cuaca di Britannia terpengaruh oleh kekuatannya saat langit menjadi gelap, meniadakan «Aelius Zepedda» sepenuhnya.

Topan tajam mencabik semua hal yang melawannya, termasuk semua makhluk hidup dalam jangkauannya.

Badai yang diciptakan Raja Iblis mampu membuat Zeldris, Ludociel, Mael, dan Tujuh Dosa Mematikan kesulitan dan tidak bisa bergerak.

Ludociel langsung menggunakan «Sanctuary», sebuah oktahedron seperti kristal yang digunakan sebagai penghalang untuk melindungi dirinya dan Mael dari Energi Iblis yang mengamuk berwujud badai mematikan ini.

Merlin, Elizabeth, dan King melakukan kombinasi, dengan Merlin mengeluarkan «Perfect Cube», King mengerahkan «Tombak Roh Sejati Chastiefol bentuk ke-8: Pollen Garden», sementara Elizabeth juga mengerahkan «Sanctuary».

Merlin menamakan teknik gabungan itu «Teknik Kombinasi: Triple Guard», yang mana dikerahkan untuk melindungi si pengguna, Diane, Escanor, dan Gowther.

Teknik itu cukup ampuh untuk menahan badai mematikan, hanya saja King sangat bersusah payah hanya untuk mempertahankannya karena hampir tidak ada kekuatan lagi yang tersisa dari dirinya.

"Inilah kekuatan DEWA! Kalian makhluk yang lebih rendah hanya bisa mematuhinya!" Raja Iblis tertawa gembira seolah telah melepaskan semua emosi yang mengganggunya.

"Aku sudah menahannya dari tadi, tapi ... Dewa? Delusimu terlalu tinggi, Raja Iblis. Hanya seorang dungu sepertimu beraninya memanggil dirinya sendiri sebagai makhluk yang lebih tinggi. Kau hanyalah suatu keberadaan yang diciptakan sebagai antagonis, yang artinya takdirmu sudah terikat oleh dunia sejak lama. Kau berani sombong saat dirimu terkekang dan tidak bisa lepas dari aturan?"

Raja Iblis entah kenapa selalu merasakan amarah setiap kali Zora berbicara. Semua luapan emosi sebelumnya hanya sia-sia.

"Jalang, tidak ada ampun untuk makhluk lancang sepertimu!"

Cakar logam yang menempel pada tubuh Raja Iblis terulur hingga memutar, menyabet ke arah Zora bertubi-tubi.

Zora mempersiapkan diri dengan mengangkat perisainya, menangkis lengan yang menyerang dengan kecepatan tidak masuk akal itu hanya dengan menggerakkan perisainya. Memang terdengar mudah, tapi sebenarnya Zora terdorong mundur oleh serangannya.

"Meski berdiam diri di Purgatory selama miliaran tahun, kau tidak pernah menumpul dan masih tanpa ampun." Zora mengomentari serangannya.

"Sungguh lelucon, seorang Dewa tidak mengenal konsep waktu." Raja Iblis menyilangkan lengannya saat mulutnya membentuk senyum sombong.

Clang!

Pada akhirnya, Zora menghunus pedangnya dan menebas cakar kuningan itu. Cakar tidak terpotong, tapi hanya tergores. Meski begitu, Zora yakin bisa menghancurkannya jika dia memberi lebih banyak tenaga.

Raja Iblis mengernyitkan dahinya tidak senang. "Kau sangat menyusahkan, wanita."

Tidak tahan lagi, Raja Iblis melambaikan tangannya ke udara, dan badai racun tiba-tiba berhenti bersamaan dengan sebuah celah kekosongan terbentuk seperti tirai terbuka.

Semua orang baru bisa menghela napas lega, tapi naluri alami mereka tiba-tiba berteriak.

"Itu...!" Merlin terkejut melihat apa yang dilakukan Raja Iblis.

"Ada apa, Merlin?!" King bertanya.

"Raja Iblis berniat membuka Alam Iblis. Aku takut...!" Merlin tidak bisa menyelesaikan perkataannya karena suara nyaring terdengar dari balik tirai kekosongan itu.

ROOAAARRRRR!

Suara raungan terdengar, sebelum sebuah cakar muncul, merenggangkan celah dengan paksa.

"Jangan bilang...!" Ludociel dan Mael yang sedang berlindung membelakakan matanya.

"Indura!" Merlin menyelesaikan perkataannya.

"!!!"

"Apa itu Indura?" King dan Diane bertanya dengan bingung, karena bahkan dalam visi masa lalunya dia tidak diperlihatkan Iblis legendaris yang mengorbankan enam jantungnya hanya untuk menjadi makhluk yang menghancurkan segalanya.

Tidak seperti biasanya, Ludociel sukarela menjelaskan apa itu Indura, bukan Merlin.

"Makhluk yang sama kuatnya dengan Original Demon, atau bahkan lebih kuat?!" King terkejut.

"Mustahil, kita semua sudah tidak memiliki kekuatan untuk melawannya lagi!"

Saat semua orang meneteskan keringat karena munculnya situasi yang tak terduga itu, tirai yang menghubungkan kedua alam sudah melenggang menjadi lebih lebar.

Makhluk raksasa pemilik cakar itu akhirnya menampakkan dirinya. Sebuah binatang yang sangat aneh, seperti chimera, dengan penampilan lima kepala mirip reptil yang unik, satu ekor panjang yang ramping dan sepuluh kaki seperti kepiting. Ukurannya yang tipis dengan mudah mengerdilkan raksasa seperti Diane.

Bahkan Diane sendiri terkejut dan merinding melihat betapa besarnya monster itu.

"Jika kita berada dalam kondiri prima, aku yakin bisa kita mengalahkannya. Tapi saat ini, situasinya tampak lebih gawat...."

Crack!

Celah kekosongan yang menghubungkan ke Alam Iblis masih terus melenggang, saat makhluk kedua muncul.

Itu masih jenis yang sama, Chimera Indura.

"Bagaimana bisa...!?"

"Sepertinya kita tidak bisa lepas dari kematian." Ludociel tersenyum pahit, wajahnya terlihat pasrah melihat keadaan saat ini.

"Nii-san!" Mael mengkhawatirkannya.

Bahkan Merlin yang selama ini selalu tenang membelakakan matanya. Jika masih satu Indura, dia bisa yakin entah bagaimana. Itu karena Flora masih ada disini, tapi sekarang dia tidak bisa melihatnya di manapun sejak badai mematikan ini terus ada.

Tanpa melepaskan Super-Tier Magic, Merlin yakin dirinya tidak akan bisa mengalahkan Indura. Sihir itu membutuhkan waktu lama untuk merapalkannya. Pada akhirnya dia mengembalikan ketenangannya dan memilih percaya pada kedua saudari Celestial itu, atau pilihan terakhir, dia akan Nameless Spellbook atau mengungkapkan skill «Glutonny» miliknya.

"Kieekkk!" Salah satu Indura memekik, kakinya menembus tanah dan mengambil posisi, sebelum tiba-tiba melompat ke arah Merlin dan yang lainnya berada.

BAM!

Pendaratan monster raksasa itu menghempaskan awan debu disekitarnya.

"Kiek.. kiekk kiekkk!"

Salah satu kepala Indura terulur ke mereka, dengan mulut mengeluarkan air liur beracun, sosok itu tampak mengintimidasi mereka.

Merlin tetap berpikir bagaimana dia harus keluar dari situasi ini. Dia bisa saja mengundang Ophis dan meminta tinjunya untuk menghancurkan monster didepannya, atau bisa juga memanfaatkan permata yang diberikan Asheel untuk menggerakkan Saint Beast atau bahkan Dewa Naga Emas.

Saat dia akan memutuskan kedua pilihan itu, tiba-tiba suara nyaring terdengar.

"Hiyaaah!!!"

BAM!

Suara hentakan itu bukan karena lompatan Indura, tapi karena kepala terbesar Indura menghantam tanah hingga menciptakan kawah sebagai dampaknya.

Di atas kepala Indura yang hancur itu berdiri sebuah pria, dengan ciri-ciri tubuh tinggi, berotot, memiliki rambut biru cerah, mata merah, dan gigi bertaring.

"Ban!" King berseru menyambut kedatangannya.