248 Kekejian sang Pencipta

"Bagaimana menurutmu tentang Zerdite?" Supreme One bertanya sambil menangkupkan tangannya.

Asheel yang sudah selesai memikirkan Robin, menatap Supreme One dengan curiga. Melihat senyumannya itulah yang membuat perasaan aneh muncul.

Dia berdehem dan menjawab, "Yah, dia cukup kuat. Samsak yang lumayan tahan lama."

"....." Supreme One masih mempertahankan senyumnya, "Bahkan untuk seseorang sepertimu, kau masih mengakuinya."

Asheel memutar matanya, "Bocah itu sepertinya sangat memperhatikanmu. Apa kau memelihara ular dalam selimut?"

(Maksudnya; Supreme One masih menempatkan pengkhianat di pihaknya.)

Supreme One mengangguk ringan, "Aku masih memperhatikannya."

"Tidak seperti biasanya, kau tidak langsung menyingkirkannya."

"Untuk potensinya, akan sia-sia. Tapi jika dia memang berniat melakukannya, maka tidak ada pilihan lain lagi. Untuk kesekian kalinya, aku akan membunuh anakku sendiri. Tentu saja bukan dengan tanganku~" Supreme One menampilkan senyum riang.

"Kau mengharapkan sesuatu yang sudah jelas."

Mengetahui ekspresi riang Supreme One saat membahas menyingkirkan anaknya sendiri, Asheel menjadi bertanya-tanya apakah gagasan membunuh Robin jika Sera memang menginginkannya berasal dari Oyaji-nya sendiri?

Asheel tiba-tiba menggelengkan kepalanya sambil menghela napas, "Huh, sepertinya, aku tidak boleh terlalu banyak terpengaruh olehmu."

Supreme One bingung, "Ada apa?"

"Bukan apa-apa."

"Oke, intinya kamu sudah membuat prolog yang menarik mengenai kisah anakku, dan kuharap kamu mau terlibat didalamnya." Supreme One menangkupkan tangannya sambil tersenyum saat menawarkan.

"Ini terjadi karena aku, ya?" Asheel tidak berdaya.

Hanya karena mengeluarkan Inti Kekacauan dengan sengaja di depan Zerdite, Asheel secara tidak langsung sudah menciptakan sebuah kisah dari putra pencipta yang mengejar posisi ayahnya.

Asheel dan Supreme One bisa sangat yakin jika Zerdite akan bergerak mencuri Inti Kekacauan dari tangannya.

Padahal, yang berkontribusi besar dalam penciptaan Inti Kekacauan milik Asheel adalah Supreme One sendiri, karena dia menanamkannya pada Asheel sejak awal.

Tapi saat bermain peran sebelumnya, Supreme One bertingkah seperti dia sangat menginginkan Inti Kekacauan karena bisa mempermudah pekerjaannya.

Padahal, Inti Kekacauan tidaklah sehebat itu. Fungsi utama Inti Kekacauan yang selama ini menjadi pusat kekuatan dalam diri Asheel adalah menstabilkan Energi Kekacauan miliknya.

Berperan sebagai generator, Inti Kekacauan mampu memproses Energi Kekacauan yang mengalir apakah itu dari tubuh Asheel ataupun dari Alam Kekacauan.

Asheel sendiri tidak tahu darimana Supreme One menciptakan Inti Kekacauan yang bahkan bisa mengendalikan energi yang sangat kacau. Tapi sejak Inti Kekacauan bisa lebih stabil jika diisi dengan Aura Primordial, Asheel berspekulasi jika itu tercipta dari Origin Primordial.

Sekarang, Inti Kekacauan sudah tidak berguna lagi untuk Asheel karena dia sudah memiliki Big Tree, versi yang lebih maju dari Inti Kekacauan.

"Tapi, aku mempunyai syarat." Asheel tiba-tiba berkata.

Tapi tanpa dia menyebutkannya pun, Supreme One sudah tahu apa yang akan dikatakan Asheel: "Mengerti, kau hanya berada di sini sampai kelahiran anakmu, kan? Kalau begitu, aku akan terus memancingnya agar Zerdite bisa melakukannya segera."

Asheel mengangguk, tapi kemudian dia memikirkan sesuatu di benaknya. "Berpikir jika kamu akan menguji anakmu sendiri karena dia menginginkan posisimu, apa kau tidak ingin seorang penerus?"

Supreme One sedikit melebarkan matanya saat dia kemudian tersenyum. "Bagaimana jika aku mengatakan bahwa penerusku adalah anak yang sebentar lagi akan lahir darimu?"

'Anakku menjadi Supreme One berikutnya?' Asheel memikirkannya dan merasa takjub. Bukankah itu membuatnya bisa memerintah Omniverse dari balik layar?

Tapi...

Bagaimana jika dia malah mengalami apa yang sedang dialami Supreme One saat ini, dimana anaknya sendiri ingin menyingkirkannya? Saat itu, apakah dia akan sanggup membunuh anaknya sendiri?

Bagaimanapun ... anak itu adalah bayi yang dia lahirkan bersama Sera...

Pada akhirnya, Asheel menggelenglan kepalanya. "Lupakan, terserah."

Seperti biasa, Supreme One masih menampilkan senyumnya yang menawan. "Untuk sekarang, aku tidak membutuhkan penerus. Tapi siapa tahu aku akan bosan dan menginginkan seorang penerus, yah, siapa tahu."

"Aku tidak tahu mengapa kau menaruh kepercayaan buta padaku, tapi ... yah, semoga berhasil." Asheel tidak menyelesaikan apa yang ingin dia katakan karena dia sendiri tidak tahu bagaimana mengatakannya.

Sebenarnya, dia hanya bingung karena tidak seperti anaknya yang lain, Supreme One malah mengistimewakan anak angkatnya sendiri, yaitu Asheel. Bahkan anak biologisnya sendiri, seperti Tuan Muda Yogghgod, Supreme One masih menyingkirkannya tanpa ragu-ragu karena dia sedikit tidak berguna.

Tapi itu masih benar karena Supreme one tidak pernah melakukannya dengan tangannya sendiri, dan membiarkan orang lain melakukan pekerjaan kotor untuknya. Jika bukan Asheel ya pasti Meido yang akan menjadi orangnya.

Asheel sudah lama tidak melakukan pekerjaan kotor untuk Supreme One, karena itu dia tidak masalah saat harus memusnahkan para Outer God sebelumnya.

"Omong-omong, sudah lama kita tidak minum bersama. Mau bergabung denganku?" Asheel tiba-tiba mengajak saat dari balik pakaiannya, dia mengambil kendi wine.

Mengamati kendi wine di tangan Asheel, Supreme One tertegun sejenak, menggunakan lebih banyak waktu untuk melihat benda yang berada di tangan Asheel lebih jelas. "Itu..... dasar bocah nakal! Kau mencuri harta bendaku lagi!"

"..." Asheel masih tanpa ekspresi saat lebih menggoyangkan kendi wine di tangannya. "Jadi, mau atau tidak?"

"Tsk, berpikir jika kau dengan mudah menembus pertahanan yang sudah aku pasang untuk melindungi koleksi alkoholku. Kau benar-benar menjadi lebih kuat." Supreme One merasa tak berdaya.

Tanpa sadar, Supreme One menampilkan sosoknya lagi saat dia menjadi orang tua.

...

Pagi berikutnya.

Tanpa sadar, Asheel mabuk dan tidak pulang ke rumahnya yang berada di Alam ini.

"Apakah ini bisa disebut jika aku telah mengingkari janjiku pada Sera? Aku bahkan belum memanjakannya, tapi aku seperti sudah melupakannya. Yah, kuharap dia tidak marah."

Asheel bangun dan merapikan pakaiannya yang berantakan karena mabuk semalam.

Buk!

"Hmm?" Asheel tiba-tiba merasa jika dia telah menginjak sesuatu. Setelah melihat apa itu, dia menyipitkan matanya: "Oyaji?"

Setelah dengan cepat sadar jika itu adalah Supreme One, Asheel tahu jika ini adalah kesempatanmya untuk memukul wajahnya.

Tidak, bukan memukul, tapi menginjak wajahnya!

Saat Asheel melakukan aksinya, Supreme One tiba-tiba membuka matanya, langsung menghindarinya seketika.

Kaki Asheel mendarat di lantai, tidak mengenainya, tapi dampak dari tekanan yang dibawa oleh serangan kaki itu berdampak pada seluruh bangunan ini.

BOOM!

Lantainya hancur saat seluruh bangunan bergetar hebat. Retakan terus menyebar hingga merambat ke dinding.

Salah satu sisi bangunan terpaksa harus hancur karena injakan kaki biasa.

"Kamu mengawali harimu dengan sangat meriah, Asheel-kun."

Asheel tidak kecewa karena tidak berhasil menyerangnya, dia sudah terbiasa gagal saat lawan yang dihadapinya adalah Supreme One. Setelah menghela napas, Asheel menatap senyum puas di wajah Supreme One, membuatnya kesal.

"Aku akan pulang, Sera sedang menungguku."

Melihat Asheel akan berjalan keluar ruangan, Supreme One menghentikannya:

"Tunggu, Asheel-kun. Aku ingin memperkenalkanmu pada seseorang. Nanti sore, datanglah padanya."

"Apakah anakmu lagi, kau ingin aku membunuhnya atau apa?" Asheel merasa tidak sabar.

"Tidak, tidak. Dia adalah seorang kultivator dari Alam bawah."

Supreme One kemudian memberitahu alamatnya sebelum dia juga kembali ke kantornya. Tentu saja setelah dia memulihkan bangunan yang hancur ini.

Beberapa saat kemudian, Asheel sudah sampai rumahnya.

Rumah itu terlihat biasa, letaknya berada di pinggir hutan, di halaman depan terdapat taman yang luas. Di teras halaman, terdapat kursi yang biasa digunakan untuk bersantai.

Hanya saja, duduk di kursi itu adalah Sera...

avataravatar
Next chapter