webnovel

The Fleeing Chaos Demon

Asheel Doom, iblis yang lahir dari kekacauan, dan orang yang terlahir sebagai raja, kabur karena takut dengan mimpi yang dia alami. Dia pergi sambil mengajak rekan-rekannya yang ia temui di masa lalu, dan mereka tiba di sebuah dunia modern yang terdapat iblis, malaikat, malaikat jatuh, dan dewa. Ini hanyalah kehidupan sepasang Dewa yang dibuang ke Alam Fana.

Nobbu · Anime & Comics
Not enough ratings
289 Chs

Kegentingan

Zerdite hanya terlalu banyak berpikir.

Asheel datang ke sini juga karena mengetahui jika Sera berada di tempat ini. Adapun Zerdite, dia sama sekali tidak memikirkannya.

Orang yang mengaku sebagai perwujudan dari kebanggan itu bagi Asheel hanya seperti semut baginya.

Mudah diinjak.

Bahkan saat mati pun, dia tidak akan menyadarinya. Tapi Asheel merasa marah karena kejadian ini, sementara dia tidak bisa melampiaskan kemarahannya pada Sera, dia membutuhkan samsak lain untuk membuatnya lega.

Asheel sejak awal tahu jika Sera akan bisa dengan mudah kabur ataupun tidak tertangkap oleh Zerdite meskipun kondisinya yang melemah saat ini.

Julukan wanita terkuat bukanlah lelucon.

Saat ini, Asheel menginjak tanah gersang dan tidak subur sambil menetapkan tujuannya menuju Kota Bloodsteal.

Langkahnya terasa lamban, karena dia memang tidak terlalu terburu-buru, atau lebih tepatnya, dia sedang menstabilkan dirinya sendiri.

Pada setiap langkahnya akan meninggalkan bekas asam yang menjiplak dari jejak yang ditinggalkannya. Kembali ke penampilan iblisnya, dia tidak pernah mengaktifkan seluruh fungsi tubuh aslinya.

Tubuh sejati iblis memiliki sifat yang mengerikan, dengan racun di pembuluh darah, dan asam korosi sebagai keringatnya. Intinya, tubuh iblis Asheel mengandung cairan pelarut di seluruh tubuh, dan bahkan retakan di sekujur tubuhnya memiliki kekuatan yang tidak terduga.

Sosoknya yang kuno, memancarkan keagungan seorang Raja yang sulit untuk disembunyikan. Seolah-olah dia adalah matahari yang bangkit di kegelapan malam.

Dunia tidak mampu menahan sosoknya yang bersinar, yang bahkan sinar itu memiliki berkat untuk menyembuhkan dunia.

Asheel termasuk dalam jenis itu, setidaknya untuk saat ini. Doomland berada dalam keadaan membutuhkan penyelamat, dan orang itu haruslah Asheel.

Asheel, yang tidak pernah berpikir bisa menjadi seorang pahlawan untuk orang lain, sebenarnya akan menjadi satu setelah ini.

Di Omniverse, dia adalah Dewa Penghancur yang telah memusnahkan dimensi yang tidak terhitung jumlahnya. Tapi kali ini, dia akan menjadi messiah untuk menyelamatkan negara yang pernah didudukinya.

Sepertinya terlalu berlebihan untuk menyebut dirinya seorang messiah.

Asheel hanya orang yang selalu berubah-ubah dan tidak terduga.

...

Sementara itu, di kastil kerajaan.

Melihat Asheel mendekatinya secara perlahan, Zerdite semakin bingung. Biasanya, seseorang akan langsung menembak ke arahnya dan langsung meminta pertengkaran, tapi Asheel sepertinya sedang meluangkan waktunya dan tidak terburu-buru.

Dengan keadaannya yang menguntungkan itu, dia menjadi memiliki waktu untuk mempersiapkan apa yang akan dia lakukan. Meski kedatangan Asheel pernah menjadi hal yang dia duga, tapi dia tidak menyangka orang itu akan menemukannya semudah itu...

Tunggu!

Tiba-tiba, Zerdite menjadi pusing saat berbagai pikiran melintas dibenaknya sekaligus. Skema, konspirasi, dan rencana yang dia atur dengan hati-hati, meski berjalan sesuai rencana sejauh ini, tapi ketidaknyamanan yang dia rasakan selama ini membuatnya telah terbukti dengan rencananya yang keluar jalur.

Buktinya, kedatangan Penguasa Kekacauan lebih cepat dari yang dia bayangkan.

Orang yang telah menyarankannya untuk bersembunyi disini, hanya dengan sedikit memikirkannya, Zerdite langsung memahami jika dia telah ditipu.

Zerdite mengerutkan kening, menyadari hal fatal yang telah dia lakukan.

Benar saja, tidak ada kepercayaan pasti di dunia ini, hanya manfaat.

Pada waktu itu, saat merasakannya sendiri ambisi orang yang memberinya informasi akan kekacauan Omniverse, dia tergerak dan memutuskan untuk menggunakannya.

Hati jahat yang hanya mendambakan kehancuran, siapa lagi jika bukan pemimpin para Outer God, Daevon yang legendaris.

Dia pernah menyelidiki jika Daevon dan Penguasa Kekacauan pernah memiliki hubungan di masa lalu, dan sekarang, semuanya terhubung di pikirannya.

Saat dia pertama kali bertemu informan, dia tidak tahu jika orang itu adalah pemimpin para Outer God.

Tapi dia tahu jika orang itu tidak menipunya. Bagaimanapun, dia membeli informasi tentang tempat yang tidak akan bisa dijangkau oleh Supreme One, dan informan itu memberinya dua jawaban, yaitu Alam Kekacauan dan suatu tempat bernama Abyss.

Informan mengatakan kebenaran mutlak. Lagipula, tempat ini memang tidak bisa dijangkau oleh Supreme One, tapi karena alasan itu, mereka juga menjadi lebih mudah untuk menemukan keberadaannya.

Bahkan dia sebagai putra kebanggaan Supreme One, tidak mengetahui segalanya tentang Omniverse, dan lebih dari itu, dia tentu saja tidak akan bisa menyimpulkan jika Administrator D dan Daevon adalah orang yang sama.

Dia tidak mengetahui kengeriannya, karena itu dia bisa dengan mudah jatuh dalam permainannya.

Mungkin dia hanya memikirkannya dengan tenang, tapi ekspresinya menunjukkan kemarahan saat ini.

Sebagai putra kebanggaan, dia tidak pernah dipermainkan seperti ini, dan saat mendapat pengalaman yang tidak menyenangkan ini, secara alami dia akan sangat marah.

Wajahnya yang selalu tabah akhirnya menunjukkan kerutan yang dalam. Giginya saling bergesekan dengan keras, menangkup dan bergetak.

Luapan urat nadi akan kemarahannya atas takdir yang telah dipermainkan untuknya, sama sekali tidak bisa menerima kenyataan yang dia terima kali ini.

Penghinaan ini, dia pasti akan membayarnya!

Setelah marah dalam sesaat, Zerdite memutuskan untuk kabur sambil membawa Sera untuk mengancam Penguasa Kekacauan.

Adapun tempat dia akan berada setelah ini, secara teknis dia tidak bisa kembali ke tempat Ayahnya. Untuk tempat persembunyian berikutnya, dia akan mencarinya sendiri.

Setelah mengalami kejadian pahit ini, dia hanya bisa percaya pada dirinya sendiri.

Zerdite berjalan terburu-buru menuju ruang bawah tanah, tempat di mana Sera ditahan. Tapi saat sampai di sana, dia tercengang dan tubuhnya tertegun sejenak.

Sera telah ... menghilang!

"Ini konspirasi lain!" Zerdite memikirkannya, membuatnya menggertakkan giginya dengan keras.

Fakta jika saudara tiri yang telah dia culik juga menipunya, membuat mentalnya mengalami kerusakan jangka panjang. Kepercayaan dirinya secara alami menurun.

Bahkan seorang sandera telah mempermainkannya, bukankah dia orang yang mudah ditipu?

Saat ini, dia tidak mempedulikannya lagi dan berniat langsung kabur dari tempat ini. Ketika dia akan membuka gerbang untuk keluar, tubuhnya menegang, sebelum bergetar hebat.

Matanya menunjukkan ketidakpercayaan!

Sebenarnya, dia tidak bisa membuka portal untuk keluar dari dimensi ini, seolah-olah ruang telah dikunci!

Orang yang bisa melakukan ini hanya Supreme One, dan hanya orang itu yang bisa dia pikirkan. Ekspresinya sangat panik, pikirannya dipompa hingga batasnya, tapi tidak menemukan jalan keluarnya.

Tapi tiba-tiba, dia ingat dan mengeluarkan sebuah orb gelap dari penyimpanannya. Dia tidak tahu apakah benda ini akan berguna di situasi saat ini, tapi hanya ini satu-satunya harapan terakhir yang dia punya.

Segera, dia mencoba mengedarkan kekuatannya untuk memengaruhi orb, tapi yang dihasilkan, energi yang dia kerahkan hanya berputar di sekitar orb itu.

"..." Zerdite terdiam sejenak, sebelum kerutan di wajahnya menjadi sangat dalam.

Saat ini, dia menyadari ... jika sejak awal, dia hanya dipermainkan.

Orb itu palsu!

Inti Kekacauan yang dikatakan mampu mengendalikan Alam Kekacauan ternyata hanya mampu menstabilkan energinya, dan fungsinya hanya itu saja, tidak ada yang lain.

"Ayah mampu melihat melalui niatku, dan dia hanya membiarkannya begitu saja. Sejak awal, dia hanya mengujiku...!" Dia menggertakkan giginya dengan marah.

Kenyataan jika semuanya hanya menjadi ajang untuk menguji dirinya membuatnya sangat marah sampai ke intinya. Untuk orang sepertinya, tentu saja dia tidak bisa menerimanya begitu saja.

Sekarang, harapan satu-satunya sudah sirna, mungkin dia akan menjadi tidak masuk akal setelah ini.

Tapi meski begitu, dia masih berharap penuh pada Inti Kekacauan, berharap bisa memberinya secercah harapan, bahkan jika cahaya itu hanya setingkat dengan kunang-kunang.

Namun mau berapa banyak pun dia mengotak-atik Inti Kekacauan, tidak ada reaksi yang dia inginkan.

"Kurasa, aku harus menggunakan rencana awalku..."

Sorry, lupa uploud.

Nobbucreators' thoughts