webnovel

The Fleeing Chaos Demon

Asheel Doom, iblis yang lahir dari kekacauan, dan orang yang terlahir sebagai raja, kabur karena takut dengan mimpi yang dia alami. Dia pergi sambil mengajak rekan-rekannya yang ia temui di masa lalu, dan mereka tiba di sebuah dunia modern yang terdapat iblis, malaikat, malaikat jatuh, dan dewa. Ini hanyalah kehidupan sepasang Dewa yang dibuang ke Alam Fana.

Nobbu · Anime & Comics
Not enough ratings
289 Chs

Imitasi?

Asheel, Sera, Ophis, dan Merlin sedang berdiri di depan sebuah patung babi. Patung babi itu seperti sedang di muliakan dan di agungkan, karena pilar yang menopang patung itu diukir dengan indah dan diselimuti dengan kain mewah.

Asheel sedikit curiga dengan sosok patung ini. Dia tahu jika Chaos yang merupakan kotoran kekuatannya telah memanifestasikan dirinya menjadi seekor babi. Melihat patung itu sekali lagi, dia menjadi semakin yakin.

Lagipula, siapa yang akan menyembah seekor babi di dunia yang kacau ini?

"Apakah aku harus berperan sebagai Zora disini?"

Suara Sera tiba-tiba terdengar di benaknya yang membuat lamunannya terputus. Dia lalu menjawab, "Terserah kamu."

Dia bisa melihat Sera menyeringai yang membuatnya tahu jika hal buruk akan terjadi.

"Flora-sama datang!"

Suara teriakan terdengar yang membuat mereka semua menoleh.

Seorang wanita muncul dari pintu masuk kuil. Wanita itu berjalan dengan anggun, mengenakan pakaian tradisional khas Celestial, dan akhirnya duduk di kursi yang berada tepat di sebelah patung babi itu.

Saat melihat sosok wanita itu, Asheel dan Sera sangat terkejut dan mata mereka membelalak. Ophis juga menunjukkan sedikit reaksi, tapi itu saja. Reaksi teman-temannya hanya membuat Merlin bingung.

Alasannya adalah, wanita kuil itu memiliki penampilan yang mirip dengan Lucia!

Asheel dan Sera menyipitkan matanya sebelum mereka berdua menjadi tenang kembali.

Wanita yang bernama Flora memindai mereka sejenak sebelum pandangannya jatuh ke Sera, "Zora, aku dengar kamu berniat kabur ke dunia luar dan melarikan diri dari pengaturan yang telah Klan kami tetapkan?"

Sera menunjukkan akting profesional saat dia menjawab dengan gugup, "Ya.. itu..."

"Jadi memang benar," Flora menghela napas saat tatapannya terus menyelidiki Sera sebelum pandangannya menyapu mereka semua. "Dan kalian adalah kelompok yang membantunya, semuanya adalah anak kecil."

Alis Asheel berkedut mendengar perkataannya, dia ingin menampar pantat wanita ini beberapa kali. Tapi dia menenangkan diri.

Menampar pantat wanita yang memiliki sosok persis seperti cinta pertamanya, betapa memuaskannya hal itu?

Tapi setelah dipikir-pikir lagi, semua makhluk, benda, nyawa, atau apapun yang ada di dunia ini tercipta dari kekuatannya. Jadi apakah orang-orang ini merupakan keturunannya atau tidak membuatnya sakit kepala. Tapi dia tidak akan memandang mereka semua seperti itu.

Asheel hanya akan menganggap dirinya sebagai pengembang game, dan semua makhluk ciptaannya adalah NPC.

Seperti game perang yang melibatkan strategi, mungkin dia akan membuat mereka saling berperang satu sama lain. Pikiran itu benar-benar berbahaya dan melenceng dari aturan kemanusiaan, tapi setelah dipikir-pikir lagi klan yang saling berperang bukanlah manusia.

Dia bertanya-tanya apakah di masa depan saat naskah dunia ini telah dimulai, sang tokoh utama akan berjuang demi kemanusiaan? Jika memang seperti itu, maka ceritanya akan menjadi sedikit klise.

Ngomong-omong, walaupun dia telah mencatat masa depan tertentu di buku Catatan Akashic, sebenarnya dia belum pernah membaca naskah setting dunia ini. Itu karena dia belum membuka segelnya, dan dia tidak akan pernah membukanya karena itu akan menjadi tidak seru.

Dia mungkin hanya akan menonton bagaimana cerita dunia ini akan berjalan seperti sedang menonton sebuah film. Tapi dia sangat yakin jika keberadaan Merlin adalah tokoh penting dalam cerita ini.

Selama ini, dia tidak pernah menganggap Merlin sebagai seorang NPC. Tapi dia ragu-ragu akan menerima Merlin atau tidak sebagai wanitanya karena Merlin juga merupakan keturunan yang terlahir dari kekuatannya. Itulah kenapa dia sangat canggung saat Merlin terus menggoda dia untuk melamarnya. Dia bertanya-tanya bagaimana Oyaji-nya yang bajingan bisa begitu tidak tahu malu untuk meniduri ciptaannya sendiri.

Memikirkan tentang NPC, dia menjadi mengingat Nazarick yang dulunya juga merupakan kumpulan NPC dan tidak nyata. Namun sekarang, beberapa dari mereka bahkan telah menjadi wanitanya.

Membicarakan hal itu, menciptakan seorang entitas secara khusus sempat terbesit dalam benaknya, tapi dia memutuskan untuk tidak melakukannya. Toh, satu NPC ciptaannya telah sangat membuatnya kerepotan, apalagi satu lagi. Terlebih lagi, dia telah menciptakan Naga Emas yang memiliki potensi untuk menjadi Makhluk Trascend sempurna.

Dia bertanya-tanya bagaimana kabar NPC yang dia ciptakan secara pribadi saat Nazarick masih merupakan sebuah game Yggdrasil, dia ingat jika NPC itu telah dia segel di bawah gunung tertentu di dimensi lain tepat di mana asal salah seorang wanitanya berasal.

Sekarang, dia hanya bisa menghela napas dan menggelengkan kepalanya untuk menyingkirkan ingatan-ingatan itu. Saat ini dia mempunyai masalah lain yang harus segera dia selesaikan, yaitu memulihkan kondisi tubuhnya seperti semula. Dia lalu menaruh fokusnya kembali ke wanita yang memiliki penampilan familiar itu.

"Kalian akan menjadi tahanan rumah selama seminggu untuk merenung diri kalian sendiri, setelah itu kalian akan bebas." Flora membuat keputusan dan segera berdiri dengam membanting tongkatnya ke tanah. Dia lalu menyapu para prajurit Celestial itu dan segera berkata, "Kalian kembalilah dulu, aku ingin berbicara dengan mereka."

"Tapi, Flora-sama. Kami harus tetap di sisi Anda-"

"Kembalilah dulu."

Salah satu prajurit itu akan menolak tapi Flora memotongnya dengan perkataannya yang tenang dan dingin.

Para prajurit itu segera keluar dengan enggan. Mereka tidak pergi jauh tapi hanya berdiri di luar kuil.

Setelah para prajurit Celestial sudah tidak terlihat, Flora langsung berlari ke arah Sera dan memeluknya.

Sera sebenarnya sedikit terkejut dan merasa tidak nyaman, tapi dia tetap menahannya. Lagipula, sosok yang memeluknya saat ini memiliki penampilan yang sama persis seperti Ibunya.

"Sudah kuduga, kamu bukanlah Zora." Flora berkata setelah di mundur beberapa langkah, matanya menajam saat dia mengarahkan tongkatnya ke arah Sera. "Cepat katakan dimana Zora berada!"

Sera hanya terdiam dan menatap Flora dengam tenang sebelum menghela napas, "Jadi kamu sudah tahu, ya? Kenapa baru mengungkapkannya sekarang?"

"Tidak, kamu salah. Aku hanya memastikannya saat memelukmu sebelumnya," Flora terkekeh saat matanya bergerak menjadi menyipit.

"Hanya dengan pelukan?" Merlin bertanya tanpa sadar.

"Fufu, aku mengetahui semuanya tentang adikku yang manis, Zora. Aku tahu tentang aromanya, bentuk maupun ukuran tubuhnya, rambutnya, tatapannya, serta kebiasaannya." Ada ekspresi kecintaan yang gila saat Flora mengatakan itu. Dia lalu menunjuk Sera sekali lagi menggunakan tongkatnya, "Sedangkan kamu, meskipun aku malu untuk mengakui jika kamu lebih cantik dari pada adikku, tapi kamu tetap bukanlah adikku!"

"Uwah, seorang siscon..." Asheel bersiul sambil menekuk lengannya di belakang kepalanya. Dia bertanya-tanya apakah itu akan menjadi Yuri tentang hubungan terlarang antara saudara?

"Cepat katakan di mana Zora!" Flora berkata dengan nada berat dan mengancam.

Sementara itu, suasana menjadi canggung untuk kelompok Asheel. Mereka semua saling memandang dengan bingung. 'Siapasih Zora itu? Kita bahkan belum pernah bertemu dengannya!'

"Apakah adik perempuanmu, Zora, benar-benar memiliki penampilan yang mirip dengan Sera-nee?" Merlin bertanya dengan penasaran. Ini adalah pertama kalinya dia melihat makhluk seperti doppleganger seperti itu, walaupun bukan.

"Apakah semua yang kita bicarakan sebelumnya kurang jelas, bocah?" Flora memandang rendah Merlin, membuat yang terakhir kesal dengan tatapannya.

"Aku hanya bertanya! Kenapa kau tidak bisa lembut dengan gadis manis sepertiku...! Hmph!" Merlin mendengus dan memalingkan muka saat tubuhnya melayang sekali lagi dengan posisi tangannya yang terlipat di depan dadanya.

Perasaan baru saat dia melayang dengan sepasang sayap di punggungnya.

"Kau hanyalah bocah nakal yang mencoba menyembunyikan adikku!" Flora melototinya dengan marah.

'Jadi seperti ini ekspresi saat Lucia-san marah,' Asheel berpikir sendiri dalam benaknya. 'Tapi kecantikan wanita ini benar-benar tidak layak jika dibandingkan dengannya.'

Sementara Sera juga memikirkan hal yang sama, Flora dan Merlin saling melotot satu sama lain.

"Asheel, kenapa kau diam saja atas perilaku wanita ini?!" Merlin dengan kesal mengadu kepada Asheel.

"Yah, sebenarnya aku sangat ingin menampar pantatnya. Dia benar-benat membuatku mengingat seseorang," Asheel mengangkat bahu.

"Kamu...!" Flora juga melototi Asheel tapi dia menenagkan diri dengan cepat dan menyadari tidak ada untungnya untuk terus berdebat dengan sekelompok bocah di depannya.

Flora bertanya setelah menenangkan dirinya, "Karena kamu tidak ingin memberitahu di mana Zora berada, aku ingin memastikan sesuatu pada kalian. Apakah kalian berasal dari dunia luar?"

"Ya, kami memang dari dunia luar." Jawab Asheel sederhana.

"Aku sudah menebaknya karena Orion menemukan kalian di Mata Air Terlarang. Apa kalian tahu situasi yang sebenarnya tentang dunia luar?"

"Situasi yang sebenarnya?" Merlin bergumam dengan bingung. Dia lalu memandang Flora dengan tatapan mengejek dan berkata, "Apa kalian mendapat informasi palsu atau semacamnya?"

Pijakan Flora sedikit goyah sebelum dia memantapkan dirinya, "Kalian orang luar tidak perlu tahu tentang situasi kami."

"Jadi memang benar, ya?" Merlin menunjukkan senyum kemenangan.

Flora lalu menghela napas sebelum berjalan kembali ke kursi dan duduk di atasnya. "Satu-satunya yang bisa kami hubungi saat ini adalah utusan yang dikirim oleh Klan Dewi. Tapi sejak beberapa tahun yang lalu utusan yang dikirim berubah, aku menjadi meragukan informasi yang dia bawa."

"Kenapa begitu?" Asheel bertanya saat matanya memiliki pusaran ungu pada pupilnya.

"Pertama dan paling utama, dia bajingan!"

Perkataannya benar-benar membuat Merlin bertanya-tanya bagaimana rupa utusan itu.

"Kedua, dia datang terlalu sering. Ketiga, sikapnya sangat bertolak belakang dengan kehormatan yang dia bawa sebagai utusan dari Klan Dewi. Dan keempat, dia sebenarnya merupakan Celestial tapi garis keturunannya didominasi oleh darah Klan Dewi di tubuhnya, yang membuatnya dipercaya sebagai utusan. Bahkan dia mendapat nama malaikat dari Ludociel-sama."

"Siapa dia?" Merlin menelan ludah dam bertanya dengan tidak sadar.

"Zekiel, si bajingan. Sekaligus tunangan yang sebenarnya dari Zora." Flora lalu mengeluarkan senyum licik saat menatap Sera. "Kamu benar-benar berkah dari Surga. Siapa yang menyangka jika ada seseorang diluar sana yang memiliki penampilan yang sama dengan adikku, Zora. Aku akan menggunakanmu untuk menyelamatkan adikku dari pertungangan bodoh ini!"

Setelah kalimat itu jatuh, suasana menjadi muram dan berat.