webnovel

The Fleeing Chaos Demon

Asheel Doom, iblis yang lahir dari kekacauan, dan orang yang terlahir sebagai raja, kabur karena takut dengan mimpi yang dia alami. Dia pergi sambil mengajak rekan-rekannya yang ia temui di masa lalu, dan mereka tiba di sebuah dunia modern yang terdapat iblis, malaikat, malaikat jatuh, dan dewa. Ini hanyalah kehidupan sepasang Dewa yang dibuang ke Alam Fana.

Nobbu · Anime & Comics
Not enough ratings
289 Chs

Fall

Sekarang adalah malam setelah Diane dan King kembali. Tujuh Dosa Mematikan pulang ke Boar Hat, markas tidak resmi mereka.

Sementara Diane dan King ditenangkan oleh Elizabeth dengan bantuan Merlin agar keduanya bisa cepat pulih, yang lain bertingkah seperti biasa.

Yaitu membuka layanan Boar Hat kembali.

Ban menjadi koki dan Escanor bertugas sebagai bartender. Elizabeth sesekali menjadi pelayan di sana. Meski seperti biasanya, suasana sangat tidak biasa karena ketidakhadiran sang kapten di sana.

...

Saat ini Merlin sedang berada di salah satu ruangan Boar Hat, berniat untuk mengamati Camelot dengan penglihatan magis yang ditingkatkan.

Dia merapal beberapa mantra sekaligus:

"«Fake Cover»! «Counter Detect»! «Clairvoyance»! «Crystal Monitor»!....."

Setelah memastikan semua aman dengan melakukan tindakan pencegahan, dia mengalihkan fokusnya ke riak mengambang yang menampilkan pemandangan Camelot di sana.

"Situasinya lebih parah dari yang kuduga." Merlin hanya melihat kehancuran banyak bangunan yang dibiarkan begitu saja. "Hmm?"

Tiba-tiba dia merasakan sesuatu yang aneh. "Dengan kalahnya Melascula, seharusnya tidak ada medan dimensi yang terpasang di sana. Lalu, apa ini... ? Apakah ini alasan keseimbangan dunia orang mati dan yang hidup menjadi kacau?!"

Merlin menggeser pandangan terus menerus sampai dia selesai mengamati seluruh Camelot. "Aku merasakan kekuatan sihir yang sangat kuat sedang berkumpul di sana...."

Semakin dia selidiki, semakin aneh rasa janggal yang dia rasakan. "Haruskah aku melihat apa yang terjadi didalam istana? Seharusnya aku tidak bisa menelusuri sampai didalam ruangan tertutup, tapi jika aku meningkatkannya dengan sihir organ sensorik, maka harus berhasil."

Kemudian Merlin merapal mantra sekali lagi, sebelum menaruh fokusnya pada riak monitor.

"Yang berdiri di atas takhta adalah ..... Meliodas!?" Dia berteriak kaget. "Sepertinya yang dia katakan bukan main-main! Dan orang-orang didepannya adalah ... tidak mungkin!"

Merlin merasa sangat terkejut saat ini. "Bukankah keduanya telah mati?!"

Saat dia mencoba menenangkan dirinya, apa yang seharusnya menjadi inti sihirnya mengalami lonjakan dalam kekuatan yang berlawanan. Arus mana naik didalam dirinya, dan dia mengalami kekacauan mana.

"Argh!" Merlin tiba-tiba muntah darah, sebelum pingsan dan bergumam: "Zeldris...!"

Blak!

Pintu dibanting terbuka.

"Apa yang terjadi, Merlin-san!?" Escanor datang masih mengenakan seragam bartender karena dia datang tergesa-gesa setelah samar-samar mendengar teriakan Merlin. Setelah memeriksa, dia hanya menemukan Merlin yang tergeletak di lantai.

"Aku merasakan kekuatan hidup Merlin menurun drastis! Apa yang sebenarnya terjadi?!" King juga tiba-tiba muncul sebeum Dosa lainnya juga hadir.

...

Kerajaan Camelot, istana.

"Aku masih menentang keputusanmu menjadi Raja Iblis, Meliodas!" Zeldris menuntut tepat di depan kakaknya.

Meliodas duduk di atas takhta yang seharusnya Zeldris duduki saat ini.

"Raja Iblis sudah memutuskan, sayangnya aku harus menggantikan posisimu untuk sekarang. Tapi, Zeldris. Aku berjanji akan memberikan apa yang kau inginkan selama ini!" Meliodas tidak bergeming dan tetap teguh pada ambisinya.

"Apa yang aku inginkan?!" Zeldris mengulangi perkataannya dengan marah. "Memangnya apa yang kau ketahui tentangku?! Aku hanya ingin kau menyerah menjadi Raja Iblis!"

"Zeldris," Meliodas bangkit dari takhtanya dan berjalan mendekati Zeldris. Kemudian dia mendekatkan mulutnya ke telinga Zeldris, dan berbisik: "Aku akan mempertemukanmu dengan Gelda kembali."

Ucapannya membuat mata Zeldris membelalak, sebelum menatap Meliodas dengan serius. "Apa yang kau katakan itu benar?"

"Ya, untuk apa yang kau inginkan itu, kau harus membantuku memperoleh kekuatan Raja Iblis."

Zeldris terdiam sejenak dan jatuh pada perenungan, sebelum akhirnya menghela napas: "Baiklah, aku akan membantumu. Tapi kau harus menepati janjimu!"

Zeldris menuntut Meliodas sebelum keluar dari ruangannya.

"Hei, hei. Kalian menyakiti hatiku. Dengan mengabaikan kakakmu ini, rencana seru apa yang kalian pikirkan?"

Estarossa tiba-tiba muncul sambil tersenyum sinis pada mereka. Kemunculannya membuat Zeldris berhenti di langkahnya.

"Anija, kau baik-baik saja?" Zeldris bertanya tanpa kepedulian di matanya.

"Dingin sekali~! Hei, kalian pasti merencanakan sesuatu yang asik, kan?!" Estarossa tetap menampilkan ekspresi main-main sekaligus malasnya yang biasa.

"Estarossa," Meliodas memanggil. "Aku akan menjadi Raja Iblis. Apa yang kau inginkan? Apakah akan membantuku, atau menentangku? Jika itu pilihan terakhir, aku akan mengalahkanmu saat ini juga!"

"Meliodas?" Estarossa masih saja terkejut atas kembalinya Meliodas sebagai Komandan dari Sepuluh Perintah Tuhan. "Hei, serius, nih? Bukan hanya memutuskan sesuatu seenaknya, tapi juga mengklaim takhta tanpa memberitahuku terlebih dahulu. Tapi sepertinya menarik, aku akan membantumu."

Estarossa mengeluarkan seringai yang agak dipaksakan, tetapi Zeldris dan Meliodas tidak terlalu memperhatikannya.

"Hohoho, memang posisi yang cocok untuk Meliodas-sama. Saya melihat sosok Anda yang menduduki tahta, sangat mulia! Bukankah begitu, Shinigami Mengantuk?"

"Cih, tempat itu seharusnya menjadi kursi untuk Pangeran Zeldris. Muridmu hanya merebutnya begitu saja."

"Apa yang kau katakan tepat didepan Meliodas-bocchan? Apakah kau ingin kedua kumismu kupotong?"

"Aku akan mencabuti semua jenggotmu terlebih dahulu sebelum kau bisa melakukannya, Iblis Dot!"

Kedua orang tua berjalan mendekati ruang takhta, yang kemudian penampilan keduanya terungkap.

"Oi, oi. Apa yang dilakukan dua Iblis tingkat tinggi disini? Apakah akan berubah menjadi sesuatu yang lebih menyenangkan?" Estarossa terkekeh saat menyambut keduanya.

Cusack meliriknya, menampilkan ekspresi tidak senang ketika melihat Estarossa. Dia merasakan perasaan yang asing dalam dirinya.

"Chandler, Cusack. Aku ingat kalian seharusnya sudah mati. Bagaimana kalian bisa berada disini?" Zeldris mengerutkan kening.

"Tentu saja karena kasih sayangku pada Zeldris-ouji yang selalu terhubung, pada akhirnya mempertemukan kita seperti saat ini." Cusack menjawab berlebihan.

"Kau menjadi semakin menjijikan tahu," Chandler mencibir tepat di sebelahnya.

"Ini bukti aku sangat menghormati Zeldris-ouji." Cusack menyangkalnya.

"Cukup," Meliodas memgangkat tangannya sebagai isyarat untuk membuat mereka diam. Kemudian dia menatap ke arah dua Iblis veteran itu. "Lalu, katakan tujuan kalian kemari."

"Hm, saya hadir disini untuk melihat kemuliaan dan kekuasaan Meliodas-bocchan, tentu saja!" Chandler merasa sangat bersemangat saat melihat Meliodas.

"Jangan berbicara sembarangan, kita diutus oleh Raja Iblis untuk menjadikan Meliodas sebagai penerusnya." Cusack menjawab.

'Jadi itu memang sudah ditentukan sejak awal, ya? Sialan!' Zeldris hanya bisa menggigit bibirnya karena merasa usahanya selama ini tidak diakui.

"Baguslah, aku berniat melakukannya sejak awal." Meliodas duduk kembali ke takhtanya.

"Hmm?" Chandler tiba-tiba menengok ke langit.

"Kita sedang di awasi, ya?"

"Sepasang mata merangsang naluriku," Estarossa tersenyum tidak peduli.

"Pengawasan ini disamarkan dengan baik. Pasti itu Merlin." Meliodas menyilangkan lengannya sambil memberitahu.

"Putri Belialuin itu? Dia lawan yang merepotkan." Zeldris kemudian hanya menyentakkan sebagian aura Dewa-nya yang dipinjam dari Raja Iblis untuk menyerang balik si penguntit.

Aura Dewa meluap dari punggung Zeldris dan menyodok mata tak terlihat yang mengawasi mereka.

"Sudah teratasi."

"Hebat juga bisa menembus pertahanan yang kupasang secara mulus." Chandler mengelus tongkatnya sambil memuji.

"Jadi kau yang memasang lapisan penghalang ruang itu?" Meliodas bertanya memastikan.

"Benar, Meliodas-bocchan. Meski ruang menjadi kacau, tapi itu menguntungkan kita jika dibiarkan begitu saja." Chandler menampilkan senyum konyol di wajahnya.

Meliodas lalu mengalihkan pandangannya ke saudara lainnya. "Estarossa, aku menugaskanmu untuk mengambil «Perintah» milik Galand. Seharusnya dia masih berada di Camelot memulihkan diri."

"Oke." Estarossa langsung berbalik dan melambai.

...

"Dimana aku?"

Merlin membuka matanya untuk sesaat, dan setelah pandangannya menjadi lebih jelas, dia disambut oleh gurun ungu yang bisa dilihat sejauh mata memandang. Merasa bingung dan belum terbangun sepenuhnya, dia memindai tubuhnya sendiri dan merasa terkejut:

"A-Aku tak bisa mengakses inti manaku! Dan ini.....!?"

Merlin merasa aneh saat pandangan penglihatannya memendek, sebelum memeriksa tangannya sendiri dan menemukan jika kedua lengannya telah mengecil. "Apa ini!? Apakah aku terbangun di tubuh seseorang?!"

Setelah memeriksanya lebih jauh, dugaannya ternyata salah. "Tidak, ini tubuhku saat berumur 12 tahun!"

Setelah keadaan tubuhnya terkonfirmasi, Merlin kemudian mengalihkan pandangannya ke gurun tak berujung dengan mata kosong.

"Sebenarnya ... apa yang terjadi???"

"Hah, Merlin-chan?"

Merlin merasa suara yang sangat akrab terdengar di telinganya, dan dia seperti sudah mendamabakan suara itu sejak ribuan tahun yang lalu. Matanya membelalak setelah dia menengok dan melihat seorang wanita berambut putih salju dengan mata merah. 'Ilusi?'

"Kenapa kau bisa berada disini, Merlin-chan?"

'Perasaan ini ... tidak salah lagi!' Merlin mengonfirmasi sekali lagi dibenaknya. "Sera-nee?"