webnovel

The Fleeing Chaos Demon

Asheel Doom, iblis yang lahir dari kekacauan, dan orang yang terlahir sebagai raja, kabur karena takut dengan mimpi yang dia alami. Dia pergi sambil mengajak rekan-rekannya yang ia temui di masa lalu, dan mereka tiba di sebuah dunia modern yang terdapat iblis, malaikat, malaikat jatuh, dan dewa. Ini hanyalah kehidupan sepasang Dewa yang dibuang ke Alam Fana.

Nobbu · Anime & Comics
Not enough ratings
289 Chs

Duel Tragis

Tepat setelah Flora tiba, penonton bersorak dengan semangat. Mereka secara melingkar melihat Sera dan Zekiel yang berada di panggung arena dan bersiap memulai duelnya.

Di sisi lain, Asheel merasa kursinya saat ini sangat tidak nyaman di pantatnya. Dia lalu menjentikkan jarinya dan tiba-tiba, kursi itu berubah menjadi kursi mewah seperti takhta.

Dengan jentikan jarinya sekali lagi, buah-buahan muncul di meja didepannya.

Asheel merebahkan tubuhnya dan bersandar di kursi empuk itu secara horizontal dengan kepalanya bertumpu menggunakan tangannya dan kakinya naik. Dia meraih buah anggur dan meletakannya di mulutnya.

"....."

Ophis dan Merlin menatapnya sejenak dan tidak mengatakan apa-apa. Melihat Asheel yang bertingkah seperti boss, kilatan inspirasi muncul di mata Ophis.

Dia juga menjentikkan jarinya dan kursi yang didudukinya juga berubah menjadi takhta yang cocok untuk karakter goth loli sepertinya.

"...." Merlin memiliki mata yang berkedip-kedip sebelum berkata dengan nada yang menyedihkan. "Eetto, bagaimana cara kalian melakukannya....?"

Asheel meliriknya dan mengejek, "Jentikan jarimu, mungkin sebuah kursi akan jatuh tepat di atas kepalamu."

"...." Merlin menyipitkan matanya sebelum menjentikkan jarinya.

Tik!

"...." Tidak terjadi apa-apa.

"Kamu bohong."

Asheel hanya menatapnya tanpa ekspresi, "Kurasa kamu menjadi bodoh."

Suaranya sangat pelan karena dia mengatakannya dengan lembut, tapi Merlin tetap mendengarnya.

"Kau hanya mengejekku!"

"Ssht, tonton saja aksi Sera saat ini, ya?"

...

Zora saat ini menggunakan penutup kepala berupa jubah untuk menyembunyikan sosoknya. Jika dilihat dari sudut pandang orang lain, yang bisa mereka lihat hanyalah wajahnya dan itupun masih tidak bisa dilihat dengan jelas.

Dia berdiri di atap dan menonton arena dari kejauhan. Saat ini, suasana hatinya sangat rumit karena apa yang dilakukan Sera.

"Ini tidak benar, seharusnya aku yang berdiri di arena itu. Tapi..." Dia bergumam dengan lembut, dengan tangannya mengepal di depan dadanya. "Percuma saja, ini sudah tidak bisa dihentikan. Aku akan dihantui oleh rasa ketidakberdayaan ini..."

Dia hanya bisa menghela nafas dengan cemas sambil menonton duel yang akan datang.

...

Sera dengan bosan berdiri di arena, berhadap-hadapan dengan pria pirang yang terus menggeram ke arahnya dari waktu ke waktu.

Dia saat ini mengenakan armor fullplate wanita, yang hanya menutupi bagian-bagian penting dari tubuhnya seperti lengan, kepala, paha, dada, dan lainnya.

Alasan dia mengenakan setelan ini karena dia ingin memamerkan sosoknya pada Asheel. Saat dia melirik Asheel, dia melihatnya sedang bersandar di kursi mewah. Tapi dia memperhatikan tangannya sedang bergerak-gerak.

Sebenarnya dia sudah tahu ini, banyak kamera tak terlihat terbang di sekitar dirinya dan sedang mengambil fotonya.

Entah bagaimana, dia mulai menyesali ini.

Setelah menghela napas, dia melihat Flora yang berjalan ke atas arena dan berdiri tidak jauh dari kedua penantang itu berada.

"Ehm, karena ini adalah pertama kalinya aku melakukannya, maka langsung saja. Duel antara Zora dan Zekiel yang akan menentukan kesepakatan pernikahan diantara mereka resmi dimulai!"

Tepat setelah kata-kata itu jatuh, sorakan dan seruan penonton menggelegar di arena. Mereka semua mendukung 'Zora', terutama para pria.

Di sisi lain, Flora buru-buru mundur keluar arena setelah mengatakan itu. Wajahnya sangat tenang, bahkan saat Zekiel baru saja menatapnya dengan tatapan hewan liar. Dalam hatinya, dia memiliki kepercayaan penuh pada Sera.

Dia lalu berjalan ke tempat Asheel berada dan berdiri di sebelahnya, masih menunjukkan ekspresinya yang tabah.

"Ahh, akhirnya dimulai juga..." Zekiel dengan wajah angkuh melambai-lambaikan tombaknya. "Nah, sekarang. Bagaimana aku harus berurusan denganmu? Tentu aku tidak akan terlalu menyakitimu, kan? Kahahaha!"

Sera dengan tatapan yang merendahkan lalu menghunus pedangnya. "Sampah, jangan bicara terus. Mulutmu sangat bau, aku tidak ingin kau membuka mulut lagi!"

Wajah Zekiel mengerut setelah mendengar perkataannya, dia menggetarkan giginya dengan marah. "K-Kau..! Wanita sialan, aku akan membereskanmu dengan cepat!"

Setelah mengatakan itu, dia berlari dengan tombaknya ke arah Sera. Dia mengayunkannya dan berniat menyerangnya.

Tombak melaju melalui udara dan membelah angin. Tampaknya kuat, tapi Sera dengan mudah menghindari semua serangannya.

Sera hanya menggeser sedikit posisi kakinya untuk mengelak dari semua serangan itu. Setelah beberapa saat seperti menghindar, dia sudah bosan dan memutuskan untuk melompat mundur beberapa meter.

Zekiel dengan kesal berhenti mengejarnya. "Apa kau kabur, sialan?!"

Sera mengabaikannya dan apa yang dia lakukan selanjutnya sangat tidak terduga di mata penonton. Di mata semua orang yang sedang menatapnya, dia menyarungkan pedangnya kembali.

Penonton sangat terkejut beserta Zekiel yang tertegun, sebelum tertawa terbahak-bahak.

"Hahahahaha! Jadi kamu menyerah semudah itu? Dimana semua kesombonganmu sebelumnya? Baiklah, karena kamu memutuskannya sendiri, ikutlah denganku dengan patuh-"

Cih!

Sera memotong perkataannya dengan meludah. Dia lalu menatapnya dengan tatapan merendahkan, "Jangan salah paham dulu, ayam. Hanya saja, aku tidak menduga kau selemah ini, aku ternyata hanya melebih-lebihkanmu sebelumnya. Teknik tombakmu sangat menyedihkan, apa kau belajar dengan benar?

"Lalu...

"Apakah hanya ini kekuatan dari utusan Klan Dewi? Sangat lemah hingga aku kehilangan minat untuk menarik pedangku kembali! Aku akan menghajarmu dengan pukulan omong kosong ini!"

Sosoknya tiba-tiba menghilang setelah dia menyelesaikan kalimatnya. Dia muncul kembali dengan pukulan yang diarahkan ke dagu Zekiel hingga yang terakhir terbang ke atas.

Zekiel tidak bereaksi atas serangan kejutannya dan dia hanya bisa mengepakkan sayapnya di udara untuk menyeimbangkan dirinya.

"K-Kau, sialan..!"

BAM!

Sera kemudian muncul di atasnya dan menginjak wajahnya ke bawah hingga membentur lantai arena, menciptakan retakan kecil dengan bebatuan yang hancur.

"Bukankah sudah kubilang, mulutmu sangat bau! Beraninya kau membuka mulutmu lagi!"

Sera memberi lebih banyak tenaga ke kakinya yang mana sepatu tempurnya berada tepat di atas wajah Zekiel. Akibatnya, tekanan yang dibawa hampir menghancurkan tengkorak Zekiel. Itu bisa dilihat dari retakan seperti jaring yang terus menjalar di rantai arena.

Penonton terdiam sangat lama setelah melihat eksekusi gerakan yang dilakukan Sera sebelumnya. Itu sangat mengejutkan bagi mereka karena bahkan mata mereka tidak bisa melihatnya.

Salah satu dari mereka akhirnya tersadar dan mulai bersorak. Dengan satu memulai, yang lain mengikuti.

Sorakan yang mengagungkan sosok 'Zora' menggelegar di arena saat para penonton mengangkat tangannya dan menyemangatinya.

"Woooooaaaahhhhh...!"

"Zora-sama sangat kuat....!"

"Zora-sama akan memimpin Klan kita ke ketinggian baru!"

"Zora-sama akan menjadi pelindung kita!"

"Zora-sama...!"

"Zora-sama.....!"

"Zora-sama....!"

"Zora-sama...!"

"Zora-sama..!"

"....."

Krauk! Krauk!

Asheel mengunyah apelnya dengan wajah bosan, sementara Ophis dengan senang hati memakan kue yang dikeluarkan Asheel sebelumnya. Hanya Merlin yang memiliki mata fanatik saat menatap Sera dengan kekaguman baru.

Sera dengan narsis mengangkat dagunya dan mengibarkan rambutnya. Itu terlihat sangat anggun di mata orang lain.

Saat Sera mengangkat kakinya, dia bisa melihat jika wajah Zekiel telah bengkok ke dalam. Tapi tatapan mata Zekiel telah berubah saat dia menatapnya.

"Dia..." Sera menatap Zekiel dengan seksama sebelum menyipitkan matanya. Keinginan untuk membunuh orang ini tiba-tiba muncul dan dalam sekejap sangat memenuhi hatinya, tapi dia memendamnya dengan baik. Alasan dia begitu marah seperti itu karena...

"Dia menikmatinya... dasar menjijikan!"

Sera bertingkah seperti gadis sekolah menengah yang mengeluhkan jika ada pria jelek yang sedang menatapnya dengan mesum.

Zekiel ini sangat senang saat dia menginjak wajahnya. Apa perkembangan masokis ini?

Dia lalu memperhatikan celana di bagian selangkangan Zekiel sedikit naik. Alisnya berkedut saat dia tidak bisa menahan rasa jijik di hatinya.

"Aaargggh!" Sera meraung dan mengangkat kakinya ke langit hingga tampak vertikal, sebelum menurunkannya ke bawah dengan keras.

BAM!

Hentakan itu jatuh tepat bagian selangkangannya. Suara letupan terdengar di arena yang sebelumnya sunyi ini, hingga beberapa orang menyadari jika kain yang menutupi selangkangan Zekiel telah berdarah.

Semua lelaki disana segera melindungi permata keluarga mereka masing-masing dengan ngeri, sementara para wanita menatap Sera dengan kekaguman di wajahnya.

"Sera-nee... sangat keren!"

Merlin memiliki bintang di matanya saat menatap sosok Sera yang melakukan pose kemenangan dengan kakinya menginjak musuhnya yang telah terbaring kalah dan tidak sadarkan diri.

Sementara Asheel, dia ingin bersembunyi di suatu tempat saat ini.

'Matilah aku. Aku sudah melakukan banyak hal buruk di belakang Sera yang bisa membuatnya mempertanyakan kesetiaanku padanya. Kasihanilah bocah malang sepertiku...!'

Tatapannya dengan takut menatap Sera, dan tatapan mereka secara tidak sengaja saling bertemu. Dia segera memalingkan muka dan berusaha menghentikan tubuhnya yang mengigil.

Sera yang memperhatikan Asheel telah menghindarinya tetap mempertahankan senyum 'ramah'nya saat ini. Dengan mata yang menyipit dan senyum yang dipaksakan itu, dia mengangkat kakinya sekali lagi sebelum menghentakannya ke bawah berulang kali.

BAM! BAM! BAM!

Wajahnya seperti Iblis saat ini!

Para pria sudah berkeringat dingin sambil memegang harta pusakanya sekuat tenaga. Masing-masing dari mereka ingin melarikan diri dari tempat ini.

Tapi melihat senyum Sera yang hampir berubah menjadi seringai, apalagi kakinya yang terus menghantam tanpa henti, hal itu membuat mereka semua takut.

Orion, yang merupakan Ayah dari Zekiel yang kondisi kejantanannya telah dipertanyakan saat ini sudah pingsan karena tak tahan melihat Anaknya yang berharga diperlakukan seperti itu.

'Hentikan, itu terlalu kejam!'