webnovel

The Fleeing Chaos Demon

Asheel Doom, iblis yang lahir dari kekacauan, dan orang yang terlahir sebagai raja, kabur karena takut dengan mimpi yang dia alami. Dia pergi sambil mengajak rekan-rekannya yang ia temui di masa lalu, dan mereka tiba di sebuah dunia modern yang terdapat iblis, malaikat, malaikat jatuh, dan dewa. Ini hanyalah kehidupan sepasang Dewa yang dibuang ke Alam Fana.

Nobbu · Anime & Comics
Not enough ratings
289 Chs

Bintang Tanuki

Setelah berendam air panas dengan beberapa gadis, Asheel segera kembali ke kamarnya. Penginapan ini sangat besar tapi sangat sepi di dalam, setelah dia bertanya kepada Albedo, dia tahu bahwa sebenarnya seluruh penginapan ini telah dipesan olehnya.

Asheel saat ini sedang mengenakan yukata hitam longgar dengan pola naga dan iblis di punggungnya. Dia juga menggunakan sandal kayu membuatnya terlihat seperti sikap pendekar pedang jepang, walaupun ini hanya gaya.

Saat kembali, dia bertemu juga dengan para lelaki yang baru saja kembali membersihkan diri. Pakaian mereka sudah berubah menjadi piama atau baju tidur. Terutama Mare yang sangat manis setelah menggunakannya.

Asheel maju ke arahnya dan tanpa sadar mengacak-acak rambutnya.

"Asheel-sama?" Mare mendongak saat dia sangat bahagia.

Asheel menyadari apa yang dia lakukan, dia akan berhenti tapi saat melihat wajah bahagia Mare, dia hanya memperlambatkannya.

"Ayo kembali, aku ingin memakan sesuatu yang enak." Asheel mengajak mereka, lalu pergi memimpin.

Mereka mengangguk dan mengikuti Asheel. Setelah sampai di ruang makan, Asheel menggeser pintunya. Yang dilihatnya adalah makanan yang sangat banyak, kebanyakan masakan ikan tradisional. Makanan disusun di meja besar, cukup untuk semua orang duduk mengelilinginya.

Di sana tidak ada orang yang duduk karena Asheel keluar sebelum para gadis selesai dengan kegiatan mereka.

Setelah melihat sekeliling, dia disambut dengan gadis muda yang sedang menunggu mereka. Gadis itu menyambut mereka dengan senyuman.

"Saya adalah cucu dari pemilik penginapan. Setelah memastikan semua baik-baik saja, saya akan pergi. Silahkan nikmati makanan Anda."

Gadis itu lalu membungkuk dan beranjak pergi. Yang lain tidak mempedulikannya dan duduk di tempatnya masing-masing. Sebelum itu, Asheel harus mengajari mereka cara berperilaku orang jepang saat mereka makan di lantai tatami. Mereka menunggu semuanya hadir sebelum memakannya.

Tidak lama kemudian, lantai digeser kembali. Para gadis masuk dan mata mereka berbinar saat melihat makanan. Mereka segera duduk di tempatnya.

Albedo dan Sera kecewa tidak duduk di sebelah Asheel karena tempatnya sudah ditempati Mare dan Demiurge.

Mereka semua saling memandang sebelum Asheel memimpin mereka, "Karena semua sudah berada disini, maka langsung saja. Selamat makan~"

""Selamat makan!""

...

Semua orang kenyang setelah sesi makan malam itu, beberapa bahkan tidak sopan saat saling berebut. Asheel tidak mempermasalahkannya karena itu membuat suasana menjadi lebih berisi. Makanannya walaupun tidak seenak yang di masak oleh koki Nazarick, semua orang menikmatinya.

Asheel kembali ke kamarnya bersama para pria setelah itu. Di kamar, mereka tidak memiliki kegiatan apapun yang membuat suasana menjadi kaku. Dia mengajak mereka menyusun futon mereka lalu bermain sesuatu.

Asheel mengeluarkan kartu uno dari penyimpanannya lalu mereka semua bermain bersama. Karena jumlah pria yang sedikit yang mengikuti liburan kali ini, suasananya tidak terlalu ramai. Tetapi walaupun begitu, Asheel berhasil mengubahnya menjadi masing-masing orang bersemangat.

"U-uno!"

Mare dengan kaku berteriak karena dia samgat pemalu. Asheel hanya menganggapnya imut. Semua orang sudah terbiasa dengan cara bicara Mare yang seperti itu karena hal itu sudah dirancang oleh penciptanya, jadi mereka baik-baik saja.

Mereka bereempat bermain dengan penuh semangat sampai tanpa sadar hari telah sangat larut.

"Hahh, karena sudah sangat larut, tidurlah untuk saat ini! Kita harus dalam keadaan maksimal untuk besok karena kita akan pergi ke pantai!"

Walaupun beberapa dari mereka tidak membutuhkan tidur, Asheel tetap mengatakannya seperti itu. Mereka pergi ke futonnya masing-masing, mematikan lampu, dan tidur.

"Selamat malam!"

...

Asheel terbangun di tengah malam, dia mengusap matanya dan melihat sekeliling. Dia melihat Mare, Demiurge, dan Sebas yang masih tertidur. Entah bagaimana caranya, dia ingin keluar dan akhirnya memutuskan untuk pergi ke kamar mandi.

"Sangat dingin!" Asheel merasa hawanya dingin saat keluar. Dia hanya memakai selembar kain yang menutupi tubuhnya yaitu kimono hitamnya. Walaupun jika suhunya negatif ratusan derajat, dia masih baik-baik saja, tetap saja dia merasa tidak nyaman.

Saat berjalan dia melihat siluet putih yang sedang bergerak di sekitar taman batu. Dia mengusap matanya mencoba mengetahui apakah yang dilihatnya benar, akhirnya dia benar-benar melihat sesuatu.

Berhenti sebentar, dia bertanya-tanya apa yang harus dia lakukan. Apakah harus menghampirinya? Mungkin hanya hantu acak yang sedang menempati penginapan ini. Akhirnya dia mengabaikannya dan berjalan menuju kamar mandi.

Saat menuju kamar mandi, dia melihat seseorang yang dikenalnya. Rambut perak panjang, mata merah, dan sosok menggairahkan.

"Sera!"

Asheel memanggil yang membuat wanita itu menoleh ke arahnya.

"Kebetulan sekali, apakah kamu akan ke kamar kecil?"

"Ya, aku terbangun karena itu."

"Kalau begitu, ayo jalan bersama!" Sera mengajaknya.

Asheel mengangguk dan mereka berjalan bersama.

Mereka sampai di kamar mandi dan masing-masing mengurus urusan mereka. Setelah mencuci muka, Asheel keluar dan menunggu Sera. Dia menatap langit dan melihat langit berbintang yang kilaunya tampak jelas.

'Di dunia manapun aku berada, bintang-bintang di langit terlihat sangat indah. Masing-masing menunjukkan keistimewaannya tersendiri, membuatku tidak akan bosan hanya dengan menatapnya.'

Asheel berpikir sendiri saat melihatnya. Dia menoleh saat suara pintu terdengar dan Sera muncul darinya.

"Apakah kamu ingin minum sebentar denganku?" Asheel mengajaknya saat dia mengulurkan tangannya.

Berpikir sejenak, Sera mengangguk. "Tentu!" Dia meraih tangan Asheel dan diseret ke suatu tempat. Asheel mengajaknya ke balkon penginapan di lantai paling atas. Dia mengetahuinya setelah memindainya sejenak tata letak penginapan ini.

Setelah sampai di atas, Asheel dan Sera tidak bisa menahan seruan. Bintang-bintang terlihat sangat jelas di langit malam, masing-masing dari mereka bersinar dengan caranya sendiri. Bahkan bintang paling redup pun tampak cantik saat mereka saling melengkapi di lukisan alami ini.

Tidak bisa menahan lagi, Asheel mengeluarkan botol sake untuk mengapresiasi keindahan ini. Dia menuangkannya ke gelas dan langsung meneguknya.

"Fuahh.. kombinasi ini memang yang terbaik!" Asheel berseru setelah itu.

Sera juga minum dengan anggun dari botol sake yang sama. Dia juga kagum dengan suasana saat ini, bersama orang yang dicintainya dan dihiasi dengan lukisan alami sebagai latar belakang mereka.

Dia tidak bisa menahan senyum, "Aku merasa kita sangat spesial di bawah langit malam ini."

"Sama disini." Asheel berkata saat dia meneguk sekali lagi. "Mungkin, keindahan ini hanya ditujukan untuk kita berdua."

Sera bersandar di bahu Asheel, "Aku sangat senang jika begitu, sampai langit repot-repot menunjukkannya kepada kita. Dia melakukan pekerjaannya dengan baik."

Asheel tidak bisa berkata-kata mendengar Sera. Dia memandang langit dan sedikit terkejut, 'Dia memang hidup!'

Asheel akhirnya mengingat hal yang dilihatnya di taman. Dia memandang ke bawah menatap taman yang dia lalui sebelumnya sejak mereka berada di atas. Akhirnya, dia dengan jelas melihat sosok itu.

"Sera, lihatlah itu!" Asheel menunjuk ke taman. "Aku mengira dia hantu saat aku melihatnya sebelumnya."

"Apakah dia?" Sera melihat seorang gadis dengan pakaian tradisional putih yang sedang menari di taman. Di tangannya terdapat tongkat kecil yang digantung beberapa cincin di gagangnya, sementara bagian atasnya terlihat seperti kepala binatang. Gadis itu menggoyangkannya seirama dengan tarian yang sedang dia lakukan.

Tapi yang membuatnya kagum bukan itu, di kepala gadis itu terdapat telinga hewan menempel di sana. Di balik pakaiannya juga menggantung ekor yang terlihat berbulu.

"Apakah ekor dan telinganya asli?" Asheel sedikit terkejut saat melihat hal berbulu itu di dunia ini, dia mengira bahwa hal seperti itu hanya terdapat di dunia fantasi. Setelah dipikir-pikir, sisi dunia ini yang lain juga memiliki genre fantasi sejak ada naga di dunia ini.

"Mungkinkah itu yang ingin Albedo lihat, apa namanya.." Sera mencoba mengingat apa yang dibicarakan Albedo saat dia mengusulkan Kyoto untuk liburan mereka.

"Youkai!" Kata-kata Asheel menjawab rasa penasaran itu.

"Benar, itu Youkai! Aku ingin tahu jenis Youkai apa itu?!" Sera terlihat penasaran.

Tiba-tiba, mereka berdua mendengar suara langkah mendekati mereka. Mereka menoleh ke sumber suara dan melihat seorang nenek tua yang memegang tongkat. Nenek tua itu bungkuk dan rambutnya sudah memutih, tapi bukan itu yang menjadikannya khusus, di kepalanya terdapat telinga hewan dan diatas pantatnya juga terdapat ekor berbulu.

"Ini adalah salah satu markas Youkai Tanuki seperti kita, anak muda." Nenek tua itu berkata saat dia mendekati mereka.

"Jadi begitu, Youkai Tanuki, ya?! Kamu adalah nenek gadis itu?" Asheel bertanya.

"Benar, dia adalah cucuku. Dia sangat keras kepala saat mencoba mengambil tanggung jawabnya. Padahal, aku tidak berharap seperti itu."

Asheel dan Sera tetap diam, mereka mengetahui bahwa nenek tua di depannya juga seorang Youkai Tanuki, dan mungkin juga seseorang orang penting di salah satu fraksi youkai sejak mereka merasa dia cukup kuat.

"Sebelumnya, aku harus memperkenalkan diriku terlebih dahuku. Namaku Chimafuru, pemimpin Youkai Tanuki. Sepertinya kalian juga penghuni dunia supernatural?"

"Hahaha, kami masih pemula di sini." Asheel menggaruk bagian kepalanya dan tertawa kecil. "Ngomong-ngomong, namaku Asheel dan ini pacarku Sera. Kami meminta maaf karena telah memasuki wilayahmu tanpa izin."

Asheel menunjuk Sera sebelum menundukkan kepalanya saat mengatakan itu. Dia tidak terlalu peduli apakah dia Dewa Kekacauan atau dia lebih tua dari nenek itu, dia menghormatinya juga bukan karena dia tidak ingin terlalu mencari masalah. Yah, dia melakukannya karena itu akal sehat yang harus dilakukan manusia.

"Haha, anak muda! Senang melihatmu menyanjung yang tua! Tidak masalah tentang itu juga, aku tahu kalian tidak mengetahuinya sebelumnya, aku disini hanya ingin memperkenalkan diri. Hahaha.." Chimafuru tertawa sebelum tersedak sendiri. "Senang juga menjadi yang muda, aku tidak akan mengganggu kalian terlalu lama. Nikmati waktu berdua kalian!"

"Terima kasih!"

Asheel mengucapkan terima kasih. Sera juga tidak mempertanyakan tindakannya karema dia paling tahu tentang Asheel. Dia adalah orang yang bisa berteman dengan siapa saja, tapi bisa tanpa ampun jika seseorang menjadi musuhnya. Tidak seperti dulu saat Asheel masih menjadi penguasa kekacauan di High Abyss, sekarang sikapnya sudah jauh lebih baik. Tapi dia juga masih memunyai sifat kejam khas iblis, contohnya; dia tidak peduli saat bawahannya Demiurge merencanakan pembantaian besar-besaran di Kingdom hanya karena mengikuti permainannya.

Toh, tangannya sudah banyak terkena darah. Menambah beberapa digit tidak terlalu masalah baginya.

Tambahan acak

Nobbucreators' thoughts