webnovel

The Fleeing Chaos Demon

Asheel Doom, iblis yang lahir dari kekacauan, dan orang yang terlahir sebagai raja, kabur karena takut dengan mimpi yang dia alami. Dia pergi sambil mengajak rekan-rekannya yang ia temui di masa lalu, dan mereka tiba di sebuah dunia modern yang terdapat iblis, malaikat, malaikat jatuh, dan dewa. Ini hanyalah kehidupan sepasang Dewa yang dibuang ke Alam Fana.

Nobbu · Anime & Comics
Not enough ratings
289 Chs

Alam Jiwa

Pelangi.

Hanya itu yang bisa dilihat Asheel saat ini.

Tidak, pelangi bukan kata yang tepat untuk menggambarkannya, karena pelangi hanyalah kumpulan warna yang selaras satu sama lain. Sementara yang ada di depannya mirip dengan aurora yang hanya bisa dilihat di tempat-tempat tertentu.

Hanya saja, apa yang dilihatnya saat ini tidaklah seindah itu.

Seolah semua warna di dunia berkumpul menjadi satu kesatuan dan menciptakan warna baru.

Itu adalah Energi Kekacauan.

Energi Kekacauan adalah kumpulan semua energi di seluruh Abyss atau yang sekarang disebut Omniverse. Semua energi itu menyatu menjadi satu kesatuan dan melahirkan energi baru, yang disebut Energi Kekacauan. Dan warna-warna itu adalah masing-masing energi yang menyusun Energi Kekacauan.

Energi Kekacauan tidaklah serapi itu karena meski mereka masih bisa bersatu dalam bentuk energi, pada saat yang sama mereka saling bertentangan, dan dengan kedua sifat itu akan menjadikan Energi Kekacauan sangat berbahaya bagi entitas manapun.

Saat Energi Kekacauan telah terstruktur, apa yang dihasilkan akan menjadi sesuatu yang lain dan itu disebut Energi Chaos Primal. Pada tingkat selanjutnya adalah Energi Primordial, dan berikutnya lagi adalah Energi Origin Primordial.

Yah, itu pernah disebutkan sebelumnya, tapi tidak ada salahnya menyebutkannya lagi.

Pada saat ini, Asheel sedang berdiri di atas pasir ungu itu. Dunia tampak gelap karena tidak adanya cahaya di tempat ini. Hanya aurora di langit yang memperindah dunia tempat dia berada.

"Hal membosankan yang terus berulang. Yang benar saja, sampai kapan aku harus melakukan ini?" Asheel memiliki tatapan tanpa ekspresi saat melihat apa yang ada di depannya.

Walaupun telah melihatnya berulang kali, tetap saja itu akan selalu berlebihan untuknya.

Gurun hampa yang tampak warna-warni.

Walaupun dalam sudut pandang penglihatannya yang bisa dilihat hanyalah pasir ungu yang membentang sejauh mata memandang, tapi sebenarnya itu kumpulan dari berbagai warna yang mewakili masing-masing jenis energi yang dia terima.

Ya, itu adalah Energi Kekacauan, energi yang selalu mengalir ke dalam darah dan nadinya setiap saat.

Semua warna yang menyatu itu adalah Energi Kekacauan. Walaupun menyebutnya warna, tapi itu hanyalah kumpulan debu warna-warni.

Masing-masing debu mewakili energi yang berbeda, dan saat debu dengan banyak warna itu menyatu, maka akan menghasilkan warna baru.

Pada kasus Asheel, itu adalah ungu.

Misalkan saja itu Magic Sand, saat semua warna pasir itu disatukan, maka akan menjadi warna lain.

Itu masalah yang sama dengan Energi Kekacauan milik Asheel, dan sekarang dia harus memilah semua energi sekecil debu itu ke tempat yang sama.

Yah, karena debu yang dia injak saat ini juga termasuk energi yang ada dalam Inti Kekacauannya, maka akan membutuhkan waktu lama untuk memungut semua debu yang sama pada satu tempat.

Karena itu, dia mengeluh.

"Jika kamu terus mengeluh dan bermalas-malasan, maka tidak akan ada kemajuan sama sekali. Merlin-chan dan yang lainnya masih menunggumu, ingat?" Sera menyilangkan tangannya dan memperingatkan.

Asheel hanya meliriknya dengan pandangan lelah, sebelum berkata: "Tapi, aku tidak menyangka kamu bisa masuk ke Alam Jiwa-ku."

"Jangan meremehkanku! Bukankah aku pernah bilang jika aku akan terus mengawasimu!?"

"Ya, ya." Asheel mengangguk tak berdaya.

"Mulai saja pekerjaanmu, aku akan menunggumu di sana." Sera berbalik dan berjalan menuju rumah yang entah bagaimana ada di tengah gurun gersang ini.

"Setidaknya, bantu aku."

Sera mengabaikannya dan terus melangkah, sebelum membuka pintu dan langsung menutupnya.

"....."

Setelah menghela napas sekali lagi, Asheel memikirkan cara untuk menyelesaikan masalahnya dengan metode paling efektif.

Tentu saja dia tidak akan memilah semua debu warna-warni itu secara manual, kan?

"Mungkin aku harus membuat semacam sistem agar semuanya bisa berjalan secara otomatis..?"

Mempertimbangkan ide itu sejenak, dia akhirnya mengangguk setuju.

Setelah memutuskan rencana yang baru saja dia pikirkan, tubuhnya tiba-tiba menghilang dan dia tiba di tempat lain.

Kali ini bukan gurun gersang yang selalu tertutup tirai gelap, namun warna-warna indah yang menerangi kemuliaan dunia ini.

Yah, jika diibaratkan, maka itu seperti bunga warna-warni yang tumbuh di hamparan yang sama, dan itu terlihat di sejauh mata memandang.

Langit di tempat ini juga cerah dan berawan, tapi hanya itu saja, dan setelah berdiri di tempat ini dalam waktu lama, siapapun juga akan bosan.

Hanya ada bunga dan awan yang ada dalam penglihatannya. Tapi mau bagaimana lagi, semua yang ada disini sebenarnya adalah Alam Jiwa sejatinya.

Setidaknya, pemandangan inilah yang akan dihasilkan setelah dia menyelesaikan pemilahan energi yang tercampur dengan kacau di dalam Inti Kekacauan miliknya.

"Kali ini, aku akan menggunakannya!" Asheel memutuskan dengan tekad.

Sebenarnya, dia tidak ingin menggunakan benda berharga itu, tapi keadaan yang dia alami saat ini sangat kacau jika dibandingkan dengan Chaos Distraction sebelum-sebelumnya.

Dan begitulah, dia segera memulai rencananya.

...

Membutuhkan waktu lama untuk tunas sistem yang dia ciptakan akhirnya tumbuh.

Itu adalah pohon kecil, tentu saja dengan akar yang kuat. Dia menanamnya di antara lautan bunga warna-warni yang luas.

Kenapa solusi masalahnya pohon? Sederhana, itu agar terlihat klise.

Memiliki pohon sebagai penopang Alam Jiwa terlihat sangat mengesankan. Apalagi jika itu adalah pohon yang kuat dan hanya satu di Abyss yang memilikinya.

Alasan itu sangat langka karena pohon itu terbuat dari Energi Origin Primordial, energi yang sama dengan energi yang menciptakan Abyss.

Alasan dia bisa memilikinya adalah karena dia telah mencuri--, ahem, menerimanya dari Supreme One sebelumnya. Bahkan jika Supreme One tidak menyadari saat Asheel mengambilnya, dia pasti akan menyadarinya saat harta paling berharganya diambil. Tapi dia membiarkannya seolah tidak terjadi apa-apa. Itu seperti telah mengetahui Asheel akan menggunakannya seperti ini.

Dan Asheel menggunakannya saat ini untuk menopang sekaligus menyaring energi yang dia terima dari Alam Kekacauan.

Biasanya dia akan menggunakan pikiran pararel untuk menanam bunga-bunga itu (memilah energi), tapi sekarang dia membutuhkan mesin yang lebih maju.

Dan pohon inilah jawabannya.

Setiap daun yang tumbuh pada dahannya mewakili satu jenis energi yang ada dalam Inti Kekacauannya. Pohon itu memiliki fungsi untuk menguraikan Energi Kekacauan dan memilahnya ke energi penyusunnya.

Misalnya terdapat satu juta jenis energi yang terkandung dalam satu tetes Energi Kekacauan, peran pohon itu untuk memisahkan langsung sejuta energi itu.

Dengan gurun gersang yang berada di sisi lain Alam Jiwa-nya, Asheel yakin jika pertumbuhan pohon itu akan menjadi lebih cepat.

Karena hanya dalam satu minggu berikutnya, pohon itu sudah tumbuh setinggi satu meter.

Batangnya terlihat kokoh dan tebal, setiap daunnya mengkilap seperti kristal, dan akarnya yang mencengkram tanah dengan erat.

Asheel mengangguk puas saat pohon itu ternyata melebihi harapannya. Dengan begitu, ratusan ribu tahun yang seharusnya dia butuhkan untuk menyeimbangkan Inti Kekacauannya mungkin akan berkurang menjadi puluhan ribu tahun.

Alasan dia membutuhkan waktu lama karena skala Energi Kekacauan pada Chaos Distraction kali ini yang sangat luas, hingga terlihat tak terbatas dan tidak bisa dihitung dengan logika lagi.

Tugas Asheel saat ini adalah bertindak seperti komando dan memastikan semuanya baik-baik saja.

Dengan ratusan ribu pikiran pararel dan pohon yang Asheel menamainya Big Tree itu bekerja secara bersamaan, efektivitas metode ini akan menjadi lebih hebat. Mungkin, pohon itu akan tumbuh menjadi sesuatu yang tidak terduga.

...

"Hooaamwwhhh...." Sera menguap setelah seminggu penuh dia mengurung dirinya di dalam ruangannya tanpa istirahat.

Saat dia membuka jendela, apa yang dia lihat membuatnya tidak bisa berkata-kata.

Banyak Asheel.

Ratusan?

Ribuan?

Puluhan ribu?

Atau ratusan ribu?

Semua itu adalah Asheel.

"...." Sera menatapnya dengan kosong saat semua Asheel yang dia lihat telah menoleh ke arahnya secara bersamaan.

Menakutkan.

Ini akan menjadi pengalaman horor baginya yang tidak akan pernah bisa dia lupakan.

Karena itu, dia membanting jendela itu dan menutupnya erat-erat, bergegas menuju ruangannya kembali dan menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.

Tapi memikirkan ada begitu banyak Asheel pada waktu yang sama, apa yang akan terjadi jika semua Asheel itu menyerangnya secara bersamaan?

Memikirkannya saja membuat seluruh tubuhnya kejang dan napasnya terengah-engah. Rona merah terlihat di pipinya, dan dia tidak bisa tidur setelah memikirkan hal yang keterlaluan itu.

...

Sementara di luar rumah.

Semua pikiran pararel Asheel kembali ke pekerjaannya saat mereka semua memilah semua energi yang menumpuk di tempat ini.

Setiap pikiran pararel memiliki wilayahnya sendiri yang harus mereka urus, dan hanya ada badai pasir yang bisa dilihat pada sudut pandang luar.

Mereka menggunakan telekinesis untuk memilah semua energi itu dan menyaringnya ke sisi lain Alam Jiwa-nya.

Dan jika lebih diperhatikan lagi, helai-helai rumput tumbuh di segala tempat gurun ini. Itu adalah pekerjaan pohon yang telah melakukan pekerjaannya.

Setiap helai rumput akan menyerap energi yang nampak seperti pasir itu dan secara otomatis ditransfer ke tubuh utamanya, yang pada akhinya akan membuat Big Tree tumbuh lebih besar.

Dan jika Big Tree tumbuh lebih besar, daya saringnya menjadi lebih luas karena bisa melakukan pekerjaannya lebih banyak dari pada sebelumnya.

Yah, langkah ini benar-benar meringankan pekerjaan Asheel.