webnovel

Part 19/END

     Gaun pengantinnya berkain brokat dan berwarna baby pink, panjang hingga melewati tubuhnya, bertangan panjang dan kainnya menutupi tubuhnya dengan sempurna. Pada bagian pinggang kain terlipat rapi hingga membuat volume rok mengembang, pinggangnya tampak ramping dan penampilannya semakin manis. Sekilas Yoona tampak seperti seorang putri di negeri dongeng-walau hanya dengan gaun sederhana buatan Hyeri sang adik. Lalu disampingnya si tampan berada. Juga dengan pakaiannya yang tak kalah mengagumkan.

     Tailcoat yang juga berwarna baby pink milik Sehun sudah ia buka dan menyisakan kemeja putihnya saja. Duduk disamping Yoona yang tengah mengamati keindahan taman didalam labirin itu. Keduanya sama-sama tersenyum bahagia. Mengingat beberapa jam yang lalu mereka telah mengucapkan janji suci dimana akhirnya cincin manis tersemat di kedua jemari mereka. Tanpa awak media dan hanya dihadiri keluarga dekat juga para tetangga di desa itu. Ya, itulah pilihan mereka.

     "Kau tidak dingin?" tanya Sehun seraya menggenggam tangan Yoona.

     "Tidak." menggeleng padanya lalu tersenyum manis.

     "Tapi tanganmu sangat dingin." menggosok tangan Yoona serta meniup hangat tangan itu.

     "Gwenchana." lagi-lagi hanya tersenyum, membuat Sehun ikut tersenyum karenanya.

     "Selanjutnya apa yang ingin kau lakukan?" tanya Sehun masih berlaku serius.

     "Honeymoon." senyumnya berubah liar. Sehun sampai bergidik ngeri melihatnya.

     "Kemana?" sahut Sehun.

     "Hmm.. Kemana ya.." raut wajahnya ketika berpikir tampak sangat imut.

     "Bagaimana jika kita ke Indonesia?" tawar Sehun.

     "Indonesia? Kau pernah kesana?" Sehun mengangguk bangga.

     "Sewaktu aku masih aktif di tenis. Aku beberapa kali mengunjungi Indonesia untuk pertandingan persahabatan." jelasnya yang membuat Yoona penasaran.

     "Aku sering mendengar kata Bali. Kau pernah kesana?" Sehun kembali mengangguk. "apa seindah yang banyak orang perbincangkan?" dan kembali mengangguk. "kalau begitu bawa aku kesana. Bali." senyum Yoona mengembang lebar.

     "Ani, aku lebih tertarik tempat yang lain." sela Sehun yang mulai mengotak atik ponselnya.

     "Tidak jadi di Indonesia?" merengut kecewa mendengarnya.

     "Masih di Indonesia. Aish, kau pasti tidak tahu seberapa besar Indonesia itu."

     "Lalu kemana?"

     "Lombok."

     Melangkah santai menyusuri lorong labirin. Yoona sedikit kesusahan mengatur posisi gaun yang kelewat panjang dan Sehun sama sekali tak berniat membantu, malah hanya tersenyum geli melihatnya kesusahan. Sekalipun Yoona sudah meminta pertolongan padanya, Sehun tetap tak membantunya.

     "Kau akan terus seperti itu? Tidak lihat betapa kesusahannya aku?" dan Sehun tetap melangkah santai dengan senyum gelinya. "kau membuatku ragu. Bahkan kini kau masih saja.. Aaaa!" terlalu mendadak. Sehun menggendongnya.

     "Sekarang diamlah. Kau berisik sekali." entah mengapa ia kembali ketus.

     "Benar kau suamiku? Yak! Suami apa yang berkata seperti itu pada isterinya?!!" bentak Yoona berapi-api sedangkan Sehun hanya tersenyum mendengarnya.

     "Diamlah.." tetap dengan senyumannya.

     "Cih, aku menyesal!" langkah Sehun terhenti. Ditatapnya Yoona dalam-dalam.

     "Mwo? Menyesal? Menyesal apa?!!" gantian Sehun yang kesal.

     "Menyesal karena telah.." Cup! Kecupan singkat itu berhasil membungkam mulut Yoona.

     "Aku tahu kau bercanda, tapi jangan pernah katakan itu. Itu bukanlah kalimat yang bisa kau gunakan untuk bahan candaanmu." senang bercampur malu, Yoona hanya mengangguk pelan. "sepertinya rumah sudah kosong." Dugg! Gumam Sehun yang sudah lanjut melangkah dengan Yoona yang tetap didalam gendongannya.

     "Maksudmu?" desir hangat menggelitiknya.

     "Henry membawa mereka semua ke Seoul. Keluargamu dan keluargaku." kata Sehun tampak sangat santai. Berbanding terbalik dengan Yoona yang sudah lemas dikarenakan gugup. Mereka sudah keluar dari labirin. Langkah santai Sehun perlahan bergerak semangat menuju rumah. Membuat Yoona semakin gusar.

     "Yak, turunkan aku." pinta Yoona.

     "Shiro." tolak Sehun dengan senyum nakalnya.

     "Turunkan aku.." tentu sangat gugup. Apalagi kini Sehun mulai memperlihatkan ekspresi buasnya.

     "Shiro.." Mereka hampir sampai ke pintu bagian belakang rumah itu. Debaran jantung Yoona semakin brutal, pikirannya memburu untuk mencari cara agar dirinya tidak ikut masuk kedalam rumah itu.

     "Aku mau melihat bunga.." berusaha melepaskan diri dari gendongan itu.

     "Nanti saja." tepat 10 langkah menuju pintu rumah. "ada hal lain yang lebih penting." 5 langkah menuju pintu. "aku sudah sangat menanti ini." 2 langkah menuju pintu. "kali ini tidak akan gagal lagi." Sehun melangkah masuk dengan senyumnya yang tak terbaca. Tak sadar, tubuh Yoona sudah mematung tak lagi bisa menghindari itu.

--

     Berbaring santai di kasur sambil menunggu Yoona mengganti pakaian. Sehun sudah siap dengan setelan kemeja putih bertengan pendek dengan celana kain ponggolnya. Sesuai dengan udara tropis disana yang kini tengah panas-panasnya. Sudah setengah jam ia menunggu tapi Yoona tak juga keluar dari kamar mandi. Entah sudah berapa kali Yoona mengganti pakaiannya dan terus mendapatkan penolakan dari Sehun. Sepertinya Yoona sudah salah membawa jenis pakaian.

     "Bagaimana dengan ini?" tanya Yoona yang akhirnya kembali ke hadapan Sehun.

     "Ganti." ujar Sehun yang kesekian kalinya.

     "Yak.. memangnya kenapa dengan yang ini?" mengamati blouse sambrina yang ia kenakan. Ia merasa tidak ada yang salah dengan pakaian itu, Tapi Sehun tetap saja menolak. Mungkin dikarenakan blouse itu terlalu memamerkan area dada dan perut Yoona, ditambah Yoona hanya menggunakan hot pants.

     "Ganti atau kita tetap dikamar?" tegas Sehun menatapnya serius. Yoona langsung merengut dan dengan kesal kembali kedalam kamar mandi.

     Yoona berakhir mengenakan kemeja terusan sepanjang lutut, berwarna putih dan bertangan puntung. Masih sangat meresahkan Sehun dikarenakan kain kemejanya yang terbilang tipis. Sehun sudah lelah dan kali ini memilih diam. Satu hal yang sangat ia syukuri. Disana benar-benar sepi. Hanya terlihat beberapa pasangan yang tengah asik dengan aktifitas masing-masing. Seperti yang tengah mereka lakukan. Berfoto ria di tepi pantai.

     "Kenapa hasil fotomu tidak ada yang bagus!" kesal Yoona ketika melihat hasil jepretan kamera yang Sehun lakukan. Tidak ada satu foto pun yang diambil dengan baik.

     "Mungkin kameranya rusak." jawab Sehun santai dan mulai melangkah.

     "Aku baru membelinya.." sambar Yoona sedikit mengerang.

     "Yasudah, tidak usah foto-foto."

     "Yak!" bentak Yoona, belum berniat mengejar Sehun yang sudah berada beberapa langkah didepannya.

     "Wae?" sahut Sehun tak menoleh. Tak ada jawaban dari Yoona. Mencoba tidak menghiraukan itu, Sehun tetap terus melangkah. Tapi Yoona tak juga bersuara. Sungguh ia penasaran bukan main. Tidak bisa menahannya lagi, ia segera berbalik guna melihat isterinya itu. Yoona masih berdiri di tempatnya. Menatap Sehun dengan raut sedihnya yang menggemaskan. "wae?" tanya Sehun lembut. Yoona malah menunduk lalu menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Melihat itu Sehun hanya bisa menghela nafas dengan sabar. Langkah ringannya bergerak mendekati Yoona, ia berhenti tepat di hadapan gadis itu. "mianhae.." bisik Sehun seraya mengelus kepala Yoona. Tapi Yoona masih saja menunduk. Entah mengapa ketika itu Sehun merasa lucu melihat tingkah isterinya itu. Tapi mengingat ia sudah berbuat salah maka itu ia menahan tawanya. "biarkan aku melihat wajahmu.." bujuknya lembut. Yoona tetap menunduk. Merasa gemas, Sehun memilih menekukkan kakinya lalu menarik tangan Yoona yang menutupi wajah manis itu. Mata Yoona tampak berkaca-kaca, ternyata Yoona tengah menahan tangis. Tidak menyangka Yoona akan sampai seperti itu. Langsung ia tarik Yoona kedalam pelukannya. "jangan begini, kau membuatku khawatir."

"Bahkan aku sudah menjadi isterimu kau masih saja bersikap dingin seperti ini." grutu Yoona dalam pelukan itu. Sehun kembali menghela nafas dengan sabar. Ia sungguh tidak berniat seperti itu.

"Maafkan aku.. Aku tidak akan mengulanginya lagi." mempererat pelukan itu.

"Kau lihat itu, mereka bahkan nyaris terus tersenyum. Tapi kau malah membuatku sedih seperti ini." kata Yoona setelah melepas pelukan itu.

"Jadi aku harus membuatmu tersenyum?" bertanya dengan sangat lembut.

"Tentu saja. Kau senang melihat aku sedih? Aku itu.." Cup! Yoona terdiam. Cup! Sehun kembali mengecup bibirnya. Yoona masih terdiam, sedangkan Sehun sudah tersenyum nakal menatapnya merayu. Melihat senyuman di wajah Sehun membuat Yoona tak kuasa menahan senyumannya.

"Terlalu mudah untukku membuatmu tersenyum." mengelus pipi Yoona dengan gemas. Sehun terlalu mempesona sehingga sulit untuk Yoona tak termakan rayuannya.

Geram di perlakukan seperti itu. Seperti kilat tangan Yoona bergerak lalu melingkar di leher Sehun. Ia tarik kepala Sehun agar mendekati wajahnya. kakinya sudah berpijak pada kaki Sehun. Senyum liarnya sudah menjadi pertanda dengan apa yang akan ia lakukan selanjutnya. Tak ia duga, Sehunlah yang lebih dulu menciumnya-padahal tadinya itu niatnya, dan seperti biasa, ciuman itu luar biasa hebat. Lumatan lembut itu perlahan mengganas. Pada awalnya Sehunlah yang menuntun ciuman itu, tapi berkat hasrat Yoona yang melebihi dirinya, kini Yoonalah yang menuntun. Tak bisa menerima kekalahan itu, Sehun gendong Yoona hingga membuat ciuman itu terhenti sesaat. "kita lanjutkan dikamar." lalu melangkah penuh semangat menuju kamar.

Epilog

9 bulan kemudian..

Tangannya menggenggam raket dengan erat. Matanya fokus pada pantulan bola yang tentunya mengarah padanya. Mesin penghantar bola tak henti-hentinya melayangkan bola padanya dan selalu berhasil ia tangkis. Keringat sudah memenuhi tubuhnya, termasuk wajah tampannya yang semakin tampak seksi berkat keberadaan keringat di sana. Potongan poninya yang lebih pendek juga membuatnya semakin terlihat manly. Intinya, Sehun benar-benar mempesona.

Dari sudut lapangan Shindong melambaikan tangan pertanda sesi latihan sudah selesai. Mesin berhenti bekerja dan Sehun pun memilih menghampiri Shindong dan menerima botol minuman dari manegernya itu. Berdua duduk di tepi lapangan. Menikmati suasana yang sepi dengan suhu udara hangat yang memancing keringat. Bahkan Shindong yang hanya duduk tenang ikut berkeringat berkat suhu disana.

"Rasanya aku tidak ingin keluar dari ruangan ini, bukankah diluar sangat dingin?" kata Sindong. "keunde, kenapa disini semakin terasa panas? Berapa suhu udara yang mereka buat? Sudah seperti di sauna saja. Boleh aku membuka baju?" kata Shindong seraya meneguk minumannya. Memancing tawa Sehun di sela lelahnya.

"Dan kau mau memamerkan one pack mu, hyung?" dan kembali tertawa.

"Yak, dengan beberapa kali sedot perutku akan sama sepertimu.."

"Hah, yang benar saja. Sedot lemak hanya membuat perutmu rata tanpa otot. Hyung, Henry tidak ada menghubungimu? Kenapa dia tidak datang hari ini? Kurasa kami sudah berjanji untuk olahraga bersama hari ini."

"Dia bahkan tidak mengangkat teleponku."

"Apa dia sibuk bekerja?"

"Hari ini dia libur."

"Lalu kemana dia?"

--

"Ada apa dengan pakaian kalian?" Henry shock bukan main ketika melihat ibu dan anak yang baru keluar dari pintu apartemen itu. Keduanya sama-sama menggunakan kaos ketat tak berlengan dengan rok mini yang memamerkan kaki mulus mereka. Jika Sora tampak imut dengan pakaian itu, Yoona tampak lucu akibat perutnya yang sudah berisi dan semakin membuat bajunya tampak ketat. Perutnya sudah sangat besar.

"Wae? Ada yang salah?" tanya Yoona tak peduli, dengan santai membuka pintu mobil Henry lalu membiarkan Sora masuk. "palli, Sora bisa terlambat." kata Yoona sebelum menutup pintu mobil itu. Keduanya duduk di belakang sopir-seakan Henry benar-benar sopir mereka.

"Yak, aku ini dokter bukan sopir." keluh Henry yang sudah ikut masuk kedalam mobil.

"Memangnya siapa yang bilang kau sopir? Cepat jalan." hanya bisa mendengus. Ia mulai menyetir santai menuju sekolah Sora. "kenapa Sehun tidak mengantar kalian?"

"Dia sedang olahraga." jawab Yoona singkat.

"Om my god, aku sudah janji dengannya untuk olahraga bersama."

"Kau juga berjanji menemaniku harini ini!" bentak Yoona yang entah mengapa terdengar ketus. Henry kembali mendengus dan mencoba bersabar.

"Yak, aku tahu kau sedang ngidam, tapi kenapa ngidam bertemu denganku?! Bagaimana jika nanti anakmu mirip aku?! Suamimu sudah luar biasa tampan kenapa dibiarkan begitu saja!"

"Aku tidak butuh wajahmu, aku hanya butuh pekerjaanmu. Aku tidak ingin anakku menjadi model ataupun atlit. Aku hanya ingin anakku menjadi seorang dokter sepertimu." jelasnya yang tak sengaja memuji sahabatnya itu.

"Hoh, entah mengapa aku merasa sedikit dipuji."

Yuri menunggu mereka di pintu masuk sekolah itu. Yoona sudah bisa menebak itu, Yuri langsung menyelamatkan Sora dari baru tak pantas itu-dengan memakaikan kemeja tipis milik Yuri ke tubuh Sora. Yuri sang sahabat langsung melirik Yoona tajam lalu bergantian melirik Henry yang juga teman masa sekolahnya.

"Jangan memandangku seperti itu, salahkan dia saja." gumam Henry tak suka di lirik seperti itu.

"Seharusnya kau melarangnya!" bentak Yuri yang sudah menggendong Sora.

"Aku bukan suaminya!" balas Henry ikut membentak.

"Lalu dimana suaminya!"

"Appa sedang olahraga." sela Sora polos.

"Sudah sana bawa Sora masuk. Aa, Sora-a, eomma akan kembali untuk menjemputmu, jadi tunggu saja ya." ujar Yoona lembut ke Sora. "sepulang kau sekolah kita akan cicip ice cream deh."

"Ne eomma!" sorak anak itu bersemangat.

"Yak, kajja." tegurnya. Henry langsung melemas karena harus bersama Yoona lagi.

"Kau mau kemana lagi?" tanya Henry.

"Pulang."

"Hoh, sepertinya kau benar-benar memperlakukanku sebagai sopirmu. Yak! Kau memanggilku hanya untuk mengantar Sora ke sekolah? Kenapa bukan Sehun yang mengantarnya?!!"

"Kan sudah aku bilang, Sehun sedang olahraga." lalu masuk kedalam mobil. Dengan langkah cepat Henry ikut masuk kedalam mobil.

"Dia kan bisa olahraga setelah mengantar Sora!" sambung Henry.

"Aku yang meminta untuk mengantar Sora."

"Lalu kenapa kau tidak mengantarnya sendiri saja!"

"Aku butuh kau! Aku ingin anakku jadi dokter!" mereka malah saling membentak.

"Kau gila ya?! Anakmu tidak akan keluar langsung dengan gelar dokter!"

"Aa dweso! Cepat jalankan mobilnya!" Henry sampai mengerang kesal. "aish, kenapa aku jadi sering marah-marah seperti ini?" tanya Yoona untuk dirinya sendiri.

"Hah, kau baru sadar? Tak hanya senang marah-marah, kau berubah aneh!"

"Banyak cakap ya! Cepat jalankan mobilnya!"

"Arrrgh! Kalau saja kau tidak hamil, sudah aku turunkan sekarang juga." grutu Henry yang tidak dihiraukan Yoona.

"Kubilang cepat jalankan mobilnya! Aku harus cepat kembali ke apartemen sebelum Sehun pulang. Dia bisa marah jika melihat pakaianku seperti ini!"

"Baguslah jika begitu, aku senang kau dimarahi olehnya."

"Yak!!!"

--

Yoona terlihat asik mondar mandir didapur dengan celemek yang menutupi perut buncitnya. Usai diantar Henry hingga kini ia terus terlihat sibuk, entah memasak apa, yang jelas dirinya tak berhenti bergerak. Suara seseorang tengah menekan password pintu mengagetkannya. Sehun pulang! Ia segera bergegas menyiapkan piring dan cangkir. Mengisi susu hangat ke cangkir dan meletakkan masakan buatannya ke atas piring. Bahkan udara yang sudah terasa dingin tak menghentikan laju keringat di keningnya.

"Roti bakar?" bisik Sehun yang sudah memeluknya dari belakang. Yoona yang tengah memotong roti bakar buatannya tentu kaget. Tangan kekar Sehun terlalu mendadak melingkar di tubuhnya.

"Hemm, semoga kali ini enak." kata Yoona yang malah mendapat kecupan mesra di pipinya.

"Kalau pun tidak enak, aku akan tetap menghabiskannya." mencium rambut blonde Yoona. Akhir-akhir ini Sehun selalu bersikap manis kepadanya. Walau sesekali sikap dinginnya tetap tak sengaja timbul. "bagaimana keadaanmu? Bayi kita baik-baik saja?" tangannya beralih mengelus perut buncit Yoona.

"Kami baik-baik saja.." berbalik guna melihat wajah tampan suaminya. Sehun tersenyum manis padanya.

"Tidak ada pemotretan?" tanya Yoona lembut. Berbanding terbalik ketika ia berbicara dengan Henry tadinya. Sehun menggeleng pelan.

"Untuk sebulan kedepan aku memilih istirahat. Aku mau terus berada di sampingmu. Bukankah kelahirannya tidak lama lagi?" kali ini Yoona yang mengangguk. "kau tidak gugup?" Yoona menggeleng yakin.

"Sama sekali tidak gugup. Asal kau tetap menemaniku, aku akan siap kapan pun itu." senyum keduanya sama-sama mengembang. "sekarang saatnya kau mencoba masakanku. Sebut saja masakan walau aku hanya memanggang roti isi selai ini." Sehun tertawa mendengarnya. Ia langsung menggigit roti bakar itu.

"Enak." ujarnya singkat.

"Aku tidak yakin.."

"Enak.."

"Oo, aku semakin tidak yakin." Sehun berhenti mengunyah.

"Haruskan aku berkata jujur?" tanya Sehun.

"Tidak perlu. Enak kan? Baguslah. Sekarang minum susunya." Drrrt! Drrrt! Ponsel Yoona bergetar. Melihat nama Baekhyun di layar ponselnya membuatnya tak bersemangat.

"Nuna!" teriak adiknya.

"Wae?"

"Bolehkah kami kesana?"

"Tidak. Sudah ya aku sedang sibuk." langsung memutuskan panggilan itu. Meraih piring dan gelas dari hadapan Sehun lalu mencucinya. Drrrt! Drrrt! Kali ini ponsel Sehun yang bergetar. Sehun tersenyum membaca nama yang tertera di layar ponselnya.

"Hyung!" sapa Baehkyun tetap dengan teriakannya.

"Hmm?"

"Bolehkan kami kesana?" tidak menghiraukan lirirkan tajam dari Yoona.

"Datang saja.."

"Gomawo hyung!"

"Tapi besok ya.." tambah Sehun.

"Tidak bisa sekarang, hyung?"

"Besok saja ya."

"Baiklah jika begitu. Gomawo hyung.." panggilan itu langsung ia putuskan.

"Mwoya.. kenapa kau mengijinkannya. Kau kan tahu mereka sangat berisik."

"Aku merindukan keluargamu. Aku mandi dulu." di ambang pintu kamar Sehun menghentikan langkahnya. Berbalik guna menatap Yoona yang masih berdiri di dapur-masih menatapnya. "mau mandi bersama?" tawar Sehun dengan senyumnya yang tertahan.

"Hah." mata Yoona melotot hingga akhir batasnya. "No way!" lalu lanjut mencuci piring. Dari dalam kamar dapat terdengar suara tawa Sehun yang berbisik.

--

Satu tahun sudah Yoona tak menjahit. Selama setahun itu ia habiskan waktunya untuk menjaga keluarga kecilnya hingga akhirnya ia merasa sudah saatnya ia kembali ke dunianya. Seperti yang tengah ia lakukan kini. Fokus pada setiap jahitan. Walau begitu tetap saja terganggu dengan keberadaan Haru-si malaikat kecil yang kini sudah berumur 1 tahun. Benar bahwa kedua adiknya ikut membantunya dalam menjaga putranya itu, tapi tentu Yoona tidak akan lepas kendali begitu saja. Ia akan berusaha sebaik mungkin dalam membagi waktu.

Biasanya Sehun akan datang ke butik di sore hari-setelah menjemput Sora di sekolah. Menemani Yoona menyelesaikan pekerjaannya lalu bersama-sama pulang ke apartemen. Jika kedua anak mereka belum tertidur, mereka akan bermain-main terlebih dahulu, seperti mengunjungi kafe anak atau mungkin mall. Mungkin akan sangat merepotkan mengingat keberadaan fans Sehun yang bertebaran di segala pelosok kota, tapi syukurnya kini para fans tak seganas dulu.

Dalam sebulan mereka akan sempatkan untuk mengunjungi orangtua Sehun di desa. Sedangkan orangtua Yoona, mungkin mereka memilih untuk tak bertemu jika boleh. Bahkan nyaris setiap hari kedua suami-isteri super berisik itu akan muncul di apartemen mereka. Tetapi walau begitu keberadaan orangtua Yoona juga sangat membantu. Terkadang Yoona bisa menitipkan Haru dengan mereka dan ia bisa menjahit dengan tenang di apartemen-jika tak sempat pergi ke butik.

Kehidupan mereka kini memang menjadi sangat tak terkendali. Keduanya menjadi orangtua super sibuk. Sehun akan bolak balik menjalani pemotretan dan pertunjukan fashion show dengan tak lupa mengantar-jemput Sora sekolah. Lalu Yoona akan menjaga Haru dan jika memungkinkan ia akan memanfaatkan waktu kosongnya, walau hanya beberapa menit saja untuk menjahit atau mungkin berangkat ke butik jika pada saat itu Haru sedang tak rewel.

Bersama-sama mengatur kesibukan. Kesulitan yang dianggap tak akan terkendali menjadi mudah. Itu karena mereka saling mengisi dan tak pernah berhenti untuk saling berkomunikasi. Perselisihan yang di prediksikan akan terjadinya nyatanya sama sekali tak mereka alami. Bisa dikatakan untuk saat ini mereka sukses dalam membina rumah tangga mereka. Dibantu dengan keluarga dan para sahabat, beban berat terasa ringan bahkan nyaris tiada. Mereka nyaman menjalani hari-hari mereka sehingga tak ada keluh kesah di tiap detiknya. Kesalahan-kesalahan yang dulu pernah terjadi diantara mereka seperti tak lagi menghampiri, kini yang tersisa hanya kebahagiaan dan masa depan.

--The End-

Selanjutnya saya akan update SNOWFLAKES

ya kakak2..

Setelah SNOWFLAKES selesai akan dilanjutkan dengan cerita lainnya.

Tenang saja, saya masih punya banyak cerita yang menarik.

JIKA INGIN MEMBACA CERITA SAYA YANG LAIN, BISA CARI NAMA SAYA @HYULL

MAKA AKAN KELUAR SEMUA CERITA YANG SUDAH SAYA PUBLISH.

Maaci.. ^^

Hi kakak-kakak..

Saya baru saja terbitkan novel.

Judulnya White Romance

Jika ingin tanya2, bisa dm saya di instagram @hyull

Murah kok. Rp 78.000

Dan sejauh ini White Romance novel terbaik yang pernah saya buat.

Siapa tahu tertarik, bisa langsung diorder.

Maaci..