webnovel

The Danish Boss

Kana jatuh cinta pada Fritdjof Moller, atasannya yang meninggalkan Denmark demi menyembuhkan luka atas pengkhianatan calon istrinya, dan Kana bertekad akan menunjukkan bahwa Kana dan negara ini adalah obat yang tepat. *** Fritdjof Moller melakukan sebuah perjalanan panjang, lebih dari 11.000 kilometer, untuk melupakan cinta dan semua rasa sakit yang timbul karenanya. Siapa yang menyangka di negara baru yang dituju, Fritdjof menemukan matahari yang menerangi jiwanya yang gelap pada sosok Kana. Dengan cintanya, pelan-pelan Kana bisa meruntuhkan tembok di sekeliling hati Fritdjof. Ketika Fritdjof sudah siap melupakan sumpahnya—untuk tidak lagi memberi tempat pada wanita dalam hidupnya—Fritdjof mengetahui rahasia besar yang disembunyikan Kana. Haruskah Fritdjof terus percaya—dan berharap—bahwa Kana tidak akan menghancurkan hatinya sebagaimana calon istrinya dulu? Atau pergi meninggalkan negara ini, sebelum dirinya terlalu dalam mencintai Kana, untuk menyelamatkan keping hatinya yang tersisa?

IkaVihara · Urban
Not enough ratings
31 Chs

NITTEN: Mengunci Hati

"Fritdjof, sudah selesai?" Kana membuka pintu ruangan Fritdjof dan melongokkan kepalanya.

Di sana Fritdjof duduk dengan punggung tegak menghadap layar komputer. Laptop milik Fritdjof—di samping layar komputer—juga terbuka. Sambil menggelengkan kepala, Kana masuk untuk menyalakan lampu. Sejak tadi Fritdjof tidak beranjak dan membiarkan ruangannya gelap.

"Frits?" Kana mengulangi. "Sudah selesai?"

"Belum." Fritdjof menjawab tanpa mengangkat kepala.

"Masih lama?" tanya Kana lagi, sembari memperhatikan dahi Fritdjof yang mengerut.

"Tunggu." Fritdjof masih tidak mau mengangkat kepala untuk menatap Kana. "I noticed a bug. Mysterius bug."

"Okay, you might miss a semicolon. Or a bracket." Kana tertawa lalu menutup pintu.

Kana sering sekali melakukan debugging[1] seharian seperti orang bodoh. Kemudian Kana menyadari ternyata dia hanya lupa memberi titik koma atau kurang teliti mengetikkan satu tanda kurung. Kalau dipikir-pikir lagi, kebiasaan di depan komputer menjadi lucu karena terbawa hingga ke kehidupan sehari-hari. Saat menulis di agenda, Kana lebih sering menggunakan tanda titik koma daripada koma. Sewaktu membaca buku dan menemukan satu tanda kurung buka, otomatis Kana akan mengecek apakah tanda itu ada pasangannya atau tidak.

Kana membiarkan Fritdjof menyelesaikan apa pun yang sedang dilakukannya. Merengek minta pulang juga tidak akan ada gunanya. Fritdjof mungkin menuruti permintaan Kana, tapi hanya fisik Fritdjof saja yang bergerak. Otak dan hati Fritdjof tertinggal di layar komputer. Fritdjof tidak akan bisa diajak bicara, selama belum menyelesaikan masalah dalam code yang ditulisnya. Seandainya Fritdjof tertidur sekarang, Kana bersumpah Fritdjof memimpikan tentang persoalan yang belum terselesaikan.

Kana kembali mengintip ruangan Fritdjof. Tatapan mata laki-laki itu masih lurus ke layar komputer di depannya. Sesekali dahinya mengerut. Tampak betul Fritdjof berkonsentrasi. Sama sekali Fritdjof tidak ingat bahwa Kana menunggunya untuk pulang bersama. He's very passionate about what he does. Juga Fritdjof cerdas sekali. Menurut Kana, dua hal tersebut membuat Fritdjof sangat seksi.

Fritdjof adalah pemimpin terbaik yang pernah ada. Lebih baik daripada semua atasan Kana selama ini. Fritdjof bisa membagi tugas dengan jelas, membuat tim mereka bekerja dengan waktu yang sesuai jadwal dan sedikit sekali melakukan kesalahan.

"Ayo pulang." Tiga puluh menit kemudian Fritdjof keluar dari pertapaannya.

Kana tersenyum senang dan buru-buru mematikan komputer.

"Ternyata sudah malam ya." Sudah mau jam sepuluh malam saat Fritdjof memeriksa jam.

"Aku nggak pernah pulang semalam ini dari kantor." Kana menanggapi. Tidak dengan kesal. Hanya bosan karena tidak tahu harus melakukan apa selama menunggu Fritdjof.

Dinar dan kawan-kawannya tadi pulang pukul delapan malam. Tentu saja mereka terheran-heran melihat Kana masih bertahan. Untungnya Alen menghalau mereka agar tidak mengganggu Kana, yang masih enggan memberi tahu orang-orang bahwa dirinya dan Fritdjof mulai dekat. Nanti dikira Kana sengaja dekat-dekat dengan bos untuk tujuan lain.

"Kalau kamu keberatan, kamu bisa sampaikan padaku. Jadi kita bisa pulang cepat."

"Aku nggak keberatan nunggu kamu," jawab Kana.

"Lain kali bilang kalau ingin pulang ya, aku bisa kerja di rumah."

"Apa bedanya aku nungguin kamu kerja di rumah dan di kantor?"

"Kalau di rumah, kamu bisa menunggu sambil tiduran."

"Memangnya kamu ingat kalau aku nungguin kamu?"

"Tidak." Fritdjof menjawab apa adanya. "Aku tidak ingat apa-apa."

Kana tertawa keras mendengar jawaban Fritdjof. Tidak ada percakapan lagi selama mereka masuk lift dan turun ke lobi. Ketika Fritdjof menga,bil mobil, Kana berdiri menunggu di depan gedung. Sampai Kana masuk, duduk dan memasang sabuk pengaman, tidak ada tanda-tanda Fritdjof ingin mengajaknya bicara. Apa Kana benar-benar ingin memberi kesempatan pada patung seperti ini? Setelah banyak berpikir selama beberapa hari ini, mendengarkan kata hatinya, yes she finally follows her heart, dan mendengarkan pendapat Kira dan Alen, Kana memutuskan untuk memberikan kesempatan kepada Fritdjof.

Mungkin Kana belum terlalu yakin—sebab dia dan Fritdjof belum lama kenal—tapi tidak ada salahnya untuk mencoba memulai hubungan lebih dari teman. Mereka bisa memulai dengan membangun fondasi kepercayaan, lalu saling mengenal lebih dalam, kemudian saling menyukai. Kalau memang berjodoh, saling jatuh cinta. Relationships don't always start out as love at first sight.

Adanya kemungkinan patah hati adalah risiko yang harus dihadapi. Idola mereka semua, Mark Zuckerberg, pernah mengatakan bahwa risiko terbesar dalam hidup ini adalah tidak berani mengambil risiko. Kemudian mengutip kalimat Kira, waktu memegang peranan mahapenting dalam hal ini. Time wise, it can come in a variety of combination. Bisa jadi Fritdjof jatuh cinta terlebih dahulu. Atau malah Kana jatuh cinta lebih dulu. Bisa juga mereka jatuh cinta bersamaan. Pada akhirnya, tanpa mereka paksakan, tanpa mereka sadari, mereka akan hidup bersama dengan saling mencintai.

***

Fritdjof tidak perlu membeli buku panduan 'Your Life With A Programmer, The Basic' atau sejenisnya untuk Kana, karena mereka berdua tinggal di dunia yang sama. Jadi Kana sudah mengerti pekerjaan Fritdjof dan tidak marah karena Fritdjof mengabaikannya sepanjang sore ini. Siapa yang tidak ingin memiliki wanita sesempurna ini? Sudah cantik, cerdas, dan seorang software engineer. Orang paling logis di dunia.

"Frits, aku mau nonton film." Kana menunjuk mal yang mereka lewati.

"Sekarang?"

"Ya enggak, kan sekarang tutup. Kamu nggak tahu mall tutup jam sepuluh?"

"Kapan kalau begitu?"

"Ya kamu bisanya kapan? Kalau kamu nggak sibuk...."

"Kamu mau nonton denganku?"

"Iyalah. Gimana sih? Kamu mau aku nonton sama siapa? Dinar?" Kana kesal karena Fritdjof tidak peka sama sekali. Sedang diajak kencan tidak paham juga.

"No, don't! Sama aku saja." Fritdjof tidak rela Kana pergi bersama laki-laki lain. "Aku belum pernah ke bioskop selama di sini."

"Hah? Serius?" Kana sampai memutar badannya agar menghadap ke arah Fritdjof.

"Iya. Memangnya aku mau ke sana dengan siapa? Sendiri?"

"Temen-temenmu?"

"Mereka programer."

Jawaban yang membuat Kana tertawa. Betul juga, Dinar dan yang lain juga tidak suka ke bisokop. Mereka bilang bisa nonton di laptop, untuk apa repot-repot ke bioskop.

"Kalau gitu nanti aku yang bayarin." Kana mengusulkan.

"Aku tidak pernah dibayari kencan oleh pacarku."

"Itu akan jadi hari istimewa buatmu, hari pertama kamu masuk bioskop. Aku orang pertama yang beliin kamu tiket. Besok, ya, kita perginya?"

"Kalau pekerjaanku...."

"Kamu begadang aja malam ini! Selesaikan apa yang harus kamu lakukan! Pokoknya besok sehabis jam kantor kita nonton!" Kana memaksa.

"Baiklah." Fritdjof tersenyum. Betapa Fritdjof membutuhkan ini, menghabiskan sebanyak mungkin waktu bersama Kana dan membuat Kana terbiasa bersamanya. Hingga Kana tidak akan bisa lepas darinya. Tidak akan bisa hidup tanpanya.

Setengah jam yang lalu Fritdjof keluar dari ruang kerjanya dan mendapati Kana sedang duduk di depan komputer. Sedang berkonsentrasi penuh terhadap apa pun yang sedang dia kerjakan. Ketika Fritdjof mengintip layar komputer Kana, he found out that she was writing codes. What he likes the most about this woman. Because she codes. She enjoys to code. Meskipun tidak mengabaikan kenyataan bahwa Kana cantik. Tetapi bukan itu faktor utama yang membuat Fritdjof menyukai Kana.

Kecantikan hanya menarik perhatian Fritdjof sesaat saja, mungkin ketika pertemuan pertama mereka. Kalau Fritdjof jatuh cinta pada Kana hanya karena kecantikan wajah saja, well, suatu saat nanti kalau ada wanita lain yang lebih cantik, Fritdjof bisa dengan mudah berpaling. Mungkin, cantik atau tampan masih menjadi alasan orang jatuh cinta. Tetapi satu hal itu saja tidak menjamin hubungan bertahan lama. Kecocokan—dari perasaan sampai kebiasaan—lah yang membuat hubungan bisa bertahan selamanya.

Pembicaraaan di antara laki-laki selalu dipenuhi dengan hal-hal yang pantas untuk dipamerkan. Bisa mobil, rumah, jabatan, dan termasuk pasangan. Pasangan yang cantik tentu saja. Bukan cantik fisiknya seperti model Victoria Secret atau finalis Miss Universe, tapi cantik perangainya. Seperti apa wanita yang dibanggakan laki-laki seperti Fritdjof? Wanita yang tidak takut menjalani passion-nya, yang tahu bagaimana cara mewujudkan mimpinya, yang memberikan cinta kepada orang-orang di sekitarnya, yang membuat orang-orang di sekelilingnya tersenyum bahkan di saat dia sendiri sedang berduka. Men feel proud of them.

Tentu saja Kana termasuk dalam kriteria tersebut dan karena Fritdjof sudah bisa masuk ke dalam hati Kana, Fritdjof akan menutup rapat-rapat pintunya. Sehingga dia tidak bisa keluar dan laki-laki lain tidak bisa masuk.

___

[1] Mencari bug/cacat kode program.

(Bersambung)