4 Bertemu Tahanan Dari Masa Depan

Di penjara bawah tanah yang gelap dan pengap, Ru Na berharap bahwa tabib itu dapat segera menolong Myung Eun juga dirinya sendiri.

Jang Mi hanya bisa menahan kesedihannya melihat Ru Na diperlakukan secara kasar oleh prajurit-prajurit itu tadi. Tidak ada hal lain yang mampu dilakukan Jang Mi selain menunggu esok pagi tiba.

Tidak berapa lama kemudian prajurit Ma muncul di hadapan prajurit Jung yang sedang mengawasi seluruh tahanan di dalam sel, dia sangat kesulitan mengawasi mereka satu persatu karena prajurit lainnya sedang berjaga di halaman istana.

"Prajurit Jung, Tabib Lee sudah datang," ujar prajurit Ma.

"Cepat suruh dia masuk," perintah prajurit Jung.

Setelah diperintah prajurit Jung, prajurit Ma pun bergegas memanggil tabib Lee yang sedang menunggu di luar penjara.

"Tabib Lee cepat masuk, prajurit Jung sudah menunggu anda."

Tabib muda dan tampan itu kemudian masuk tergesa-gesa karena khawatir dengan kondisi para tahanan Perdana Menteri Sung Il Gyo. Lalu ia menghampiri prajurit Jung dan bertanya kepadanya.

"Mana tahanan yang sakit itu, Prajurit Jung?"

"Mereka di sana." Prajurit Jung menunjukkan sel tempat Ru Na dan Myung Eun dikurung pada tabib Lee.

"Sebaiknya anda segera memeriksa kedua wanita itu, apa mereka benar-benar sakit atau tidak," lanjut prajurit Jung.

"Baiklah, aku akan memeriksanya sekarang juga," balas Tabib Lee.

Tabib Lee dengan cepat melangkah ke sel Ru Na yang sedang mengalami kesulitan bernapas, tapi ia hanya bisa melihatnya dari luar karena pintu sel masih terkunci.

"Nona! Apa yang terjadi padamu?!" Tabib Lee iba kepada Ru Na tapi sekaligus terkejut oleh penampilannya yang aneh.

Tabib Lee bertanya-tanya di dalam hati, siapa sebenarnya wanita itu dan mengapa dia ditahan di dalam penjara? Satu hal yang tidak dimengerti tabib Lee yaitu cara berpakaian Ru Na yang sangat berbeda dari orang-orang yang hidup pada era Dinasti Joseon.

"Nona, kau bisa mendengarku tidak? Aku seorang tabib istana," jelas Tabib Lee.

"Ta--tabib? Apa kau sama seperti dokter yang dapat menyembuhkan orang sakit?" tanya Ru Na lirih.

"Benar, tugasku adalah menyembuhkan orang sakit. Apa yang kau rasakan sekarang, bagaimana keadaanmu?" Tabib Lee balik bertanya.

"A--aku ... aku ... dadaku sesak, Tuan. Tolong aku."

Brukk! Seketika Ru Na terjatuh ke lantai penjara yang dingin dan keras. Sepertinya penyakit lemah jantung Ru Na kambuh karena mengalami tekanan selama berada di dalam penjara.

"Prajuritt!! Cepat buka pintu selnya! Nona ini harus segera dibawa ke ruang pengobatan!" teriak Tabib Lee panik.

"Astaga! Mereka merepotkanku saja!" Prajurit khusus penjaga penjara tersebut geram, kemudian ia cepat-cepat berdiri lalu mengeluarkan beberapa anak kunci untuk membuka pintu sel Ru Na.

"Bukakan pintu itu juga, aku akan memeriksa keadaan teman nona ini. Tolong perintahkan semua anak buahmu untuk mengambil dua buah usungan dari ruang pengobatan," pinta Tabib Lee pada prajurit Jung.

Prajurit Jung tetap diam ketika Tabib Lee mengajaknya berbicara, dia membuka pintu sel Ru Na dan Myung Eun. Di dalamnya kedua wanita malang itu sangat lemah tak berdaya, wajah mereka juga pucat pasi.

Tabib Lee pun menghambur masuk ke sel lalu segera memeriksa Ru Na.

"Kasihan sekali kau, Nona. Kau begitu cantik dan bersih namun harus terkurung di penjara," gumam sang tabib.

Sekilas Tabib Lee terpesona oleh kecantikan wanita yang ada di hadapannya, dia belum pernah bertemu atau melihat gadis-gadis dan para wanita di jamannya yang secantik Ru Na.

Setelah puas memandangi wajah Ru Na, Tabib Lee menyandarkannya ke tembok penjara. Dari sel itu kemudian ia menghampiri Myung Eun yang tergeletak di lantai sambil memegangi perutnya.

Dari perut Myung Eun keluar darah yang sangat banyak, mengalir terus-menerus di kakinya. Tabib Lee sangat mencemaskan Myung Eun.

"Hmm ... nona ini ternyata sedang mengandung." Tabib Lee memeriksa denyut nadi Myung Eun.

Untuk sesaat Myung Eun tesadar dari pingsan kala tabib Lee menyentuh lengannya. Dia mengira pria yang berjongkok disampingnya itu adalah Sung Byul, ayah biologis anak ke-tiga Myung Eun.

"Sung Byul ... cepat selamatkan anak kita ... aku sudah tidak kuat menahan rasa sakit ini. Aarrgghh!! Sakiittt sekalii!!" Myung Eun sangat menderita, dia meremas perutnya yang agak buncit.

"Nona bertahanlah!! Kau harus kuat demi anakmu!!" teriak tabib Lee. "Prajurit cepat ambilkan tandu untuk nona ini!!"

"Ambil saja sendiri, aku tidak mau menyuruh mereka mengambil tandu dari ruang pengobatan!" Prajurit Jung memberang.

"Keterlaluan sekali kau! Tidak punya hati! Baiklah jika kau tidak mau mengambilkan tandu di sana, aku sendiri yang akan membopong mereka ke paviliunku!" hardik Tabib Lee Byung Yeon.

"Kalau kau mau, kau bisa mengobati mereka di sini! Mengerti!" bentak Prajurit Jung.

"Kedua wanita ini membutuhkan tempat yang layak dan lebih baik untuk mendapatkan perawatan, bukan di tempat gelap dan pengap seperti ini!" Tabib Lee murka.

"Prajuriitt!! Cepat tolong mereka!!" Sung Byul dan Tae Seok tiba-tiba bertriak sambil berusaha membuka pintu sel dengan seluruh kekuatannya.

"Tae Seok! Sung Byul! Kalian harus tenang! Biarkan sepupu dan istrimu ditangani oleh tabib, jangan coba-coba melawan kekuasaan di istana ini!" Tuan Jung Bin memperingatkan teman-temannya.

"Tapi Tuan, istriku sedang mengandung. Ru Na juga mempunyai riwayat penyakit lemah jantung," balas Tae Seok sedih.

"Apa kalian tahu jika kita semua berada di era Dinasti Joseon? Kita sudah terjebak di abad 18 dan kerajaan ini sedang menghadapi masalah yang sangat serius," jelas Tuan Jung Bin.

"Kau bercanda Tuan? Aku sama sekali tidak mempercayai ucapanmu," sahut Sung Byul.

"Aku percaya padamu, Tuan," timpal Tae Seok.

"Sebaiknya kalian duduk kembali sambil menyusun rencana untuk besok pagi," Tuan Jung Bin memberi saran.

Malam itu Tae Seok dan Sung Byul terpaksa menuruti saran dari Tuan Jung Bin karena mereka bertiga tidak ingin menambah masalah bagi Ru Na serta Myung Eun.

Sementara Tabib Lee sedang memikirkan suatu cara agar dia bisa membawa kedua pasiennya ke ruang pengobatan tanpa mendapatkan perlawanan dari si penjaga penjara.

******

avataravatar
Next chapter