13 Slovakia

Seoul Green Valley Appartment

23 April 2016

19.45 KST

Setibanya di unit apartemen miliknya dan Doyoung, Mark segera menekan empat digit angka di smart door lock, berniat segera masuk dan merebahkan diri. Alih-alih terbuka, piranti elektronik itu justru menampilkan kalimat informasi bahwa angka yang dimasukannya salah. Baru saja Mark akan menelpon Doyoung, pintu itu terbuka dari dalam.

"Maaf, Aku mengubah passcode nya. VIP sudah datang." ujar Doyoung yang tampaknya baru saja tiba jika dilihat dari pakaiannya. Mark tidak merespon, Ia lelah.

"Wow, apa ini? Hey hey hey apa yang Kau lakukan hah?" tanya Doyoung heboh begitu melihat saputangan berwarna pink yang Mark genggam disela pegangan tas kerjanya.

"Berhenti mengoceh, Aku lelah." jawab Mark ketus.

"Aaaah Aku tahu, pasti Kau baru saja berkencan dengan Kak Wendy bukan? Aeeyyy, sudah kuduga kalian akan segera membina rumah tangga. Aww—" Mark baru saja melemparkan sebuah sapu bergagang besi tepat mengenai dahi Doyoung.

"Dimana Yugie?" tanya Mark. Matanya menelisik seisi apartemen, dan tidak menemukan tanda-tanda eksistensi pria 20 tahun itu disana.

"Hai Mark!" sahut seseorang yang baru saja keluar dari pintu kamar mandi masih dengan bathrobe nya. Dia Shin Yugie, hacker profesional yang diminta Mark untuk datang ke apartemennya sebagai 'VIP'.

"Segeralah bekerja, Kau sudah tahu apa tugasmu!" jawab Mark ketus sembari melempar tas kerjanya ke sofa ruang tamu.

"Siapa orang pertama yang akan Kau lacak? Taehyung? Atau 'wife'?" tanya Yugie. Ia kemudian duduk di meja kerja yang baru saja diaturnya satu jam lalu. Tampak tiga buah monitor berjajar disana.

"Apa tidak masalah Kau melakukan pekerjaanmu di tempat mudah terlacak seperti ini? Tugas ini punya tingkat kerahasiaan sangat tinggi Kau tahu?"

"Ya, tentu saja. Serahkan padaku masalah keamanan." ujar Yugie sembari berfokus pada monitornya. Entah sejak kapan Ia sudah mulai bekerja.

Suasana hening sejenak. Mark tampak merebahkan dirinya di sofa sementara Doyoung memantau pekerjaan Yugie dengan monitornya sembari meneguk sekaleng cola.

"Kim Taehyung, apa dia agen intelijen? Atau pekerja kementrian pertahanan?" tanya Taehyung. Mark segera bangkit dari tidurnya, mendekat ke posisi Yugie dan Doyoung berada.

"Apa maksudmu? Dia seorang staff senior CSI." jawab Doyoung.

Yugie menunjuk titik merah yang berpendar diatas citra satelit peta kota Seoul "Ini, dia beberapa kali menghubungi seseorang yang berlokasi di NISA dan Kementerian Pertahanan."

"Retas percakapan dan panggilannya. Terutama pada tanggal 23 April, sekitar jam 8 malam" titah Mark cepat.

"Sebentar." Yugie kembali menggerakan jari-jarinya diatas keyboard. Beberapa menit kemudian, Ia berhasil mengekstrak riwayat percakapan Taehyung selama satu bulan terakhir.

"23 April 2020, 09.27 KST. Dia mengirim pesan pada seseorang yang terdeteksi berada di NISA, kalian bisa membacanya." Yugie memundurkan sedikit kursinya, memberi ruang bagi Mark dan Doyoung untuk membaca script pesan antar Taehyung dengan nomor asing itu.

"Rupanya selama in dia melaporkan progress investigasi kepada NISA. Gila!" seru Doyoung begitu selesai membaca empat baris percakapan itu.

Mark hanya diam tanpa ekspresi, Ia mencerna dengan teliti sebelum menyimpulkan arah komunikasi Taehyung itu. Ia kemudian menggulirkan layar berisi percakapan itu ke atas, dan berhenti di waktu percakapan satu bulan lalu, 23 Maret 2020.

Mark dan Doyoung kembali membaca perlahan isi percakapan itu sembari sesekali mengerutkan dahi dan menampakkan ekspresi kekesalan. Sementara itu, Yugie hanya melipat kedua tangannya di depan dada, menyaksikan dua teman dekatnya itu.

"Wow! This is insane. Damn Kim Taehyung, he's a spy!" seru Doyoung tak menyangka hingga Ia bertepuk tangan kecil. Mark tersenyum miring.

"Kasus DIS adalah uji coba. Lalu, NISA mengatakan, ini instruksi Menteri Pertahanan untuk membunuh Eric Sohn, dan mengambil sebuah berkas penelitian penting yang belum dihilangkan jejaknya." ujar Mark pelan.

"Ada apa dengan Menteri Pertahanan?"

"International crime. Jika dikaitkan dengan dunia militer, negara kita berafiliasi kuat bahkan bersekutu dengan Amerika."

"Jadi maksudmu, ini adalah kepentingan bisnis dan politik antara Korea Selatan dan Amerika? Tapi jika mereka bersekutu, untuk apa melakukan hal seperti ini?"

"Kembali ke awal, kasus DIS adalah uji coba. Bisa saja, kedua negara akan melakukan serangan ke suatu tempat atau negara."

"Serangan dengan toksin itu? Jadi mereka menguji dampak toksin itu terlebih dahulu."

"Ya, kemungkinan terkuatnya."

Doyoung mengangguk paham

"Eric Sohn adalah peneliti toksin itu, dan berusaha berafiliasi dengan Rusia, negara tujuan serangan sebenarnya. Bahkan Ia menandatangani perjanjian dengan Feodora Laubov. Kemudian NISA dan Menhan mengincarnya selama enam tahun, untuk mencegah penelitian itu bocor ke Rusia." ujar Yugie dengan nada yakin. Akhirnya pria cerdas dan intuitif itu berbicara setelah sedari tadi diam mencerna konteks percakapan kedua orang dihadapannya.

Mark menjentikkan jarinya.

"Noted!"

"Kelvin Seo, dia adalah korban. Aku mencari tahu siapa investor utama perusahaan, dan ternyata dia menerima pendanaan dari venture capitalist, melalui program ketahanan pangan yang digagas oleh Kemenristek dan Kemenhan. Semua sudah jelas sekarang!" ujar Mark kemudian.

Doyoung menggelengkan kepalanya, kemudian kembali menggulirkan percakapan itu ke bawah, hingga berhenti di minggu ke tiga, dimana tragedi DIS terjadi, dan tim kepolisian sudah memulai investigasi.

"Terkait Reina Hwang, lihat!"

"Aku rasa dia tidak sengaja menyebut lokasi wanita itu di Puerto Rico. Tunggu, apakah dia disadap ketika bertugas hingga dimaki-maki persis setelah menyebutkan Puerto Rico kepada tim investigasi? Lihat waktunya, ini tepat ketika rapat akan segera berakhir, dan Kau memintanya melacak rute penerbangan termungkin dari percakapan Reina Hwang dengan seorang pria berbahasa Slovakia itu."

"Benar. Maka dari itu, Ia mengubah laporan bahwa Reina Hwang kemungkinan berada di Slovakia."

"Yugie, tolong Kau cari percakapan Taehyung via panggilan suara pada 23 April, sekitar pukul delapan malam." perintah Mark.

"Sebentar." Yugie kembali bekerja dengan perangkatnya. Tidak sampai lima menit, Ia menekan tombol enter.

"Ia berbicara bahasa Slovakia dengan seseorang yang terdeteksi berada di Puerto Rico."

"Bisakah Kau menerjemahkannya?" tanya Doyoung

"Tidak."

"Tidak masalah, Aku sudah menangkap kemana arahnya. Tapi untuk ada apa dengan Slovakia, apakah Kau bisa membantu?"

"Felix memberikan laptop Eric Sohn padaku, mengatakan bahwa dirinya tidak bisa melacak lebih lanjut riwayat komunikasi via laptop itu, karena laptop itu sudah lama dan tidak compatible."

���Felix menemukan satu riwayat komunikasi dengan bahasa Slovakia, pada tahun 2002 melalui email."

"Aku berhasil memulihkan riwayat komunikasi itu, dan ternyata isinya sama, berupa berkas-berkas penelitian dari tahun 2002-2015. Hanya saja bahasanya di translasi ke bahasa Slovakia. Sayangnya, Aku tidak bisa melacak penerima email itu."

"OK got it. Dia berafiliasi dengan seseorang di Slovakia untuk penelitian yang sama, Botulinum toxin dan GMO." Mark memberikan kesimpulannya dengan yakin.

"Lalu seseorang dengan nama kontak 'wife' dan 'evil', Aku tidak begitu yakin bahwa 'wife' adalah istri Eric Sohn. Bisakah Kau melacak posisinya?" tanya Doyoung.

"Tentu saja. Aku sudah mengekstrak seluruh data di ponsel itu." jawab Yugie sembari kembali bekerja dengan keyboard dan monitornya.

"Wife berada di Rusia, dan Evil ada di Puerto Rico. Waktu terakhir terdeteksi pada 20 April"

avataravatar
Next chapter