webnovel

10 : Nyonya Miko Si Roh Angin

Kamarku ada di lantai dua rumah susun ini. Dan lantai dua rumah susun ini terdiri dari empat pintu, yang artinya empat ruangan lain.

"Ini kamarmu." Kata makhluk hitam tinggi besar itu, lalu dia pergi entah kemana. Jujur! Dia baru saja menembus tembok.

Aku membuka kamarku, dan masuk kedalamnya.

Ruangan yang sangat kecil.

Di dalam sini ada sebuah kantung tidur yang ada di tengah. Lemari buku di bagian kanan. Lemari pakaian di sebelah kiri. Meja kecil di ujung sana, yang berhadapan dengan sebuah jendela yang lumayan besar.

Aku tidak membawa apapun saat datang kesini, karena rumahku sudah hancur. Walau itu karena ulahku sendiri sih.

Aku menghembuskan napasku dengan lemah.

"Aku rasa hidupku akan semakin buruk dan buruk saja." Gumamku.

"Ada yang lebih buruk dari segala keburukan."

Aku langsung berbalik saat mendengar suara itu. Dan Risa ada di depan pintu kamarku. Wajahnya begitu cantik. Kulitnya sangat putih, aku yakin mulus juga. Rambutnya berwarna ungu gelap dan panjang di biarkan terurai. Badannya juga oke.

Risa tersenyum ke arahku "Mau tau apa yang lebih buruk dari yang terburuk?"

Aku tidak punya pilihan lain selain mengangguk.

"Melewatkan sarapan."

"Apa hubungannya?"

"Oh... kau tidak tau?" Risa mulai melangkah mendekat padaku "Bagi seorang penyihir," Satu lagi langkah mendekat "Melewatkan sarapan," Maju lagi "Adalah hal yang," Sekarang wajahnya cukup dekat dengan wajahku "Sangat buruk." Aku bisa mencium aroma harum melati di tubuhnya.

"O-Oke."

"Beres-beresnya nanti saja," Risa memegang tangan kananku dan menarikku "Sekarang kita sarapan dulu."

"O-Oke."

***

Turun dari lantai dua ke lantai satu. Ada pintu di balik tangga menuju lantai dua, dan itu adalah dapurnya.

Saat aku memasuki dapurnya, ruangan ini persis seperti kantin-kantin yang ada di universitas atau sekolah yang biaya per bulannya bahkan  lebih dari gaji seorang PNS yang bekerja seumur hidup.

Tidak! Aku rasa aku hanya melebih-lebihkan.

Ada enan meja di ruangan persegi yang yang luas ini. Tiga meja di sisi kanan dan tiga meja lagi di sisi kiri. Setiap meja setidaknya ada enam kursi yang mendampingi para meja itu. Di ujung sana adalah tempat memasaknya. Ini adalah ruang makan, dan ujung sana adalah dapurnya.

"Ayo." Risa kembali menarik tanganku dan menyeretku ke meja yang paling dekat dengan dapur.

Setelah kami duduk saling berseberangan, Risa berkata dengan lumayan keras "Nyonya Miko, aku mau makan, dia juga." Lalu entah kenapa dia tersenyum padaku.

Tidak lama kemudian, suara seperti suara angin terdengar dari balik dapur yang gelap "Baiklah. Menu hari ini adalah nasi goreng spesial di musim panas." Walau pun ini kan musim hujan.

Aku melirik ke arah dapur. Di sana sangat gelap, bahkan kau tidak akan bisa melihat apapun, jadi pertanyaannya, bagaimana Nyonya Miko bisa memasak dalam keadaan gelap?.

"Sudah siap." Suara hembusan angin itu terdengar lagi.

Tiba-tiba, dua piring yang diatasnya adalah nasi goreng special musim panas terbang ke arah kami.

"Ke-Kenapa itu bisa terbang?" Aku berdiri dari dudukku, agar jika ada sesuatu yang mengerikan, aku akan langsung melarikan diri.

"Tenang saja," Risa menenangkanku dengan santai "Nyonya Miko adalah Roh Angin. Sudah sewajarnya dia tidak terlihat."

Yah... mau bagaimanapun, bukankah itu tidak wajar?.