1 ZERO

Suara panggilan terdengar keras ketika sang empunya tengah tertidur di dalam selimut hangat yang melingkupi tubuh tinggi miliknya, dia tidak peduli akan raungan telepon. Yang dia butuhkan saat ini adalah tidur, sebab dia baru saja bisa memejamkan mata dua jam yang lalu setelah pulang dari perusahaan.

Tapi suara panggilan tidak berhenti meraung, seakan memaksa sang puan segera bangun.

"Sialan!! Kenapa nggak bisa biarin gue tidur sebentar aja!!"Dia memaki sambil lalu tangannya bergerak mencari posisi di mana getaran dan suara hp itu bersumber.

Ketika dapat, matanya yang masih sepat menyipit dalam gelapnya kamar ketika ponsel menyala menembakkan cahayanya yang terang. Galang sebentar memejamkan mata, karena rasa pusing menghantam kepalanya segera ketika matanya bertemu langsung dengan cahaya yang terang.

"Halo!! Aku harap panggilan ini penting!"Ungkapnya segera ketika suara di seberang telepon bisa dikenali dalam kantuk dan amarah karena di bangunkan paksa.

"Kamu kapan pulang?"

"Aku nggak pulang, jangan tunggu. Nanti juga pulang sendiri!!"

Setelah selesai, dia matikan ponsel secara sepihak. Tadi itu istrinya yang menelpon, sudah beberapa kali tapi dia tidak menyerah begitu saja walau sudah Galang bentak keras-keras sampai dia menangis.

Jangan berharap banyak kepada Galang, dia memang seorang CEO tapi bukan pria yang baik. Dia brengsek dan keras kepala, jangan lupakan juga egonya yang sangat besar, melebihi kepalanya sendiri.

.

.

"Kalau kamu terus begini mas, aku mending bawa Arsa pergi dari rumah ini!!"Ucap Dita dengan suara tangisannya yang pilu.

Pembantu yang ada di rumah itu hanya bisa sembunyi, tidak berani untuk muncul apalagi menonton. Ini hal yang biasa sejak keduanya menjadi suami istri, apalagi sikap Galang memang sudah keras sebelum dia menikah. Tidak ada yang berubah dan masih sama egoisnya, harga diri seorang lelaki yang dipegang erat oleh Galang, tidak peduli walau dia memiliki seorang istri.

Itu tidak akan merubah apapun dalam hidupnya.

"Silakan kalau kamu mau pergi dari rumah sambil bawa Arsa!!"Matanya melotot, dia yang keras di hantam dengan kerasnya akan menjadi benturan dengan suara yang mengusik telinga menyayat hati.

Keras itu hanya akan menyakiti Dita lebih banyak, karena dialah yang akan terluka lagi daris emua pertengkaran mereka dan suaminya akan pergi lagi dan tidak pulang.

Galang menunjuk rumahnya."Jangan salahin aku kalau sampai ada Arsa yang lain di rumah ini!!"

Dita jatuh terduduk, tubuhnya lemas mendengar itu. Jawaban yang tegas dan keras adalah kenyataan, suaminya selalu berkata hal yang benar walau dia marah. Dia akan menjadikan ucapannya menjadi nyata. Bukan seperti dia yang berkata marah, tetapi tidak melakukannya sampai hati.

"Aku udah capek! Muak karena kamu ribut terus tentang pekerjaan aku, aku udah bilang kalau aku akan pulang ketika aku mau pulang!! Kamu nggak usah banyak ngatur, itu yang bikin aku malas. Kamu tau, kalau yang adik kamu bilang itu benar!! Aku selingkuh, empat bulan aku nggak pulang itu untuk pergi bareng sama Laras!! AKU PERGI SAMA KEKASIHKU, PUAS KAMU BUAT AKU PUSING SEPERTI SEKARANG?!!!"

Setelah selesai, Galang menghela napas kencang dengan frustasi. Dadanya panas dan dia betul-betul ingin angkat kaki dari rumahnya.

Menangis adalah luapan yang bisa dia lakukan, rasa sakitnya menusuk dada. Galang pergi dari hadapan istrinya, dia buta sekaligus tuli akan kesakitan dan suara tangis penuh luka sang istri. Dia pergi dari rumah untuk kembali ke salah satu unit apartemennya, dia tidak ingin berada di rumah yang hanya menghadirkan rasa pening di kepala.

Pembantunya yang ada di dapur ikut menangis, mereka masih belum berani keluar sebelum suara mobil Galang menjauh dari garasi.

.

.

Di kamar, Arsa kecil tengah di peluk oleh pengasuhnya. Menyanyikan senandung lagu dongeng, dia terus berbicara untuk menutupi teriakan majikannya yang tengah bertengkar. Dia mengasihani anak majikannya ini, hatinya merasakan rasa sakitnya hanya dengan suara mesin mobil yang menyala dan menjauh dari kediaman megah mereka.

Mungkin, sebentar lagi dia akan melihat sebuah perpisahan yang akan masuk ke media televisi. Pernikahan mewah yang dulu di elukan hancur lebur tidak bersisa.

.

.

"Papah apan pulang?"

"Papah kok sekalang jalang pulang, kapan temenin Asa tidur lagi?"

"Papah cepat pulang ya, aku angen papah."

"Sehat telus papah, Asa tunggu papah di rumah."

Suara voice note yang dikirimkan istrinya pada Galang, sedang dia sendiri tengah memeluk wanitanya dalam pelukan di pesawat menuju eropa untuk berlibur.

"Anak kamu lucu ya, dia udah bisa ngirim pesan suara juga."Kata Laras ketika itu, sekaligus teman dekat istrinya.

Sungguh menjijikan tapi inilah kenyataan yang terjadi, beruntung hanya teman dekat dalam pekerjaan. Bukan seorang sahabat, jika itu terjadi mungkin kesakitan Dita berlipat-lipat rasanya.

Galang hanya diam, parasnya tidak memberikan ekspresi berarti ketika Laras mendongak untuk melihat. Dia sudah menjalin hubungan selama setahun dengan Laras, berawal dari rekan kerja menjadi lebih intim karena kebersamaan dari waktu ke waktu. Laras adalah artis papan atas yang namanya melejit beberapa tahun belakangan ini, nama besar agensi yang menaunginya juga dengan akting yang hebat di depan layar membuat banyak fans membludak menyukai dan memfollow akun sosial medianya.

Hidupnya menjadi sorotan dan makanan sehari-hari media massa, tetapi tidak pernah ada yang mendapatkan informasi jika sebenarnya dia juga adalah simpanan seorang milyarder ibu kota. Selingkuhan dan juga orang ketiga dalam rumah tangga CEO muda yang di gandrung, memiliki kehidupan rumah tangga yang sangat harmonis.

.

__

Bersambung...

____

Aku mau bilang kalau cerita ini terinspirasi ketika nonton podcast yang ada Raffi ahmad dan Gading, kalau kalian tau. pasti ngerti dalam part ini agak sedikit mirip seperti yang Raffi ahmad katakan.

Terima kasih sudah membacanya^^

avataravatar
Next chapter