1 Queer

Suara decitan halus dari pintu yang terbuka membuatnya terbelalak membulatkan mata. Dia penuh antisipasi dan waspada. Lalu diam-diam dari dalam kegelapan. Sepasang tangan besar yang dingin, keras, dan kaku merayap dengan terburu-buru ingin menjelajah pada tubuhnya yang tidak berdaya, sedangkan dia hanya bisa meringkuk di ujung ranjang. Rasa logam yang kuat menyengat lidahnya, dia merasakan bibirnya berdarah ketika dia menahan agar suara ketakutannya tidak keluar.

Sprei silk merk Sheridan yang dia tiduri terasa basah akibat keringat dingin yang mengucur tanpa henti dari tubuhnya. Dia semakin gusar tatkala tangan itu begitu impulsif menyusuri tiap lekuk kulit mudanya dan dia hanya bisa terbius dalam aura penuh intimidasi dari sosok penuh nuansa kelabu yang menjulang yang berada di belakangnya.

Tubuh remaja laki laki itu gemetar, takut, dan tidak berani bergerak. Tangan besar itu semakin berani menjamahnya. Remasan-remasan singkat sarat akan tuntutan semakin membuatnya tertekan.

Nafas berat di belakangnya semakin tidak bisa mengatur ritmenya. Lalu Hembusan hangat menyentuh telinganya. Bulu kuduknya meremang, antara rasa takut dan ketidak berdayaan.

"sayang..." suara pria itu terdengar menjijikan.

Lalu terdengar bunyi gesper metalik dikendorkan, disaat itu juga rasanya ia ingin kabur saja dari sana. Putaran adegan berapa waktu lalu masih hangat diingatannya, dimana ketika terputar kembali peristiwa itu membuatnya merasakan perih yang sangat di tubuh bagian belakangnya. Dan ketika terdengar suara resleting yang dibuka, dia memejamkan mata sembari berdoa dengan keras dan penuh harap di dalam hatinya. Oh, Tuhan jika saja bisa tolong ambilah nyawaku sekarang juga!

"apa kamu sudah siap untukku burung kecilku." tangan besar itu mencengkram pundaknya penuh hasrat kepemilikan. Air mata remaja laki-laki itu merembes keluar.

"Tidak!" Adam menjerit, tersentak dari tidurnya. "ah, mimpi itu lagi." desisnya frustrasi. "Sial." dia mengumpat sambil mengatur nafasnya yang tersenggal-senggal. Wajahnya masih pucat pasi, perlahan-lahan dia menyenderkan punggungnya di sandaran ranjang miliknya. Tiap malam peristiwa itu rupanya masih saja menghantuinya. Ia merasa begitu tak berdaya. Keringat sebesar biji jagung merembet turun di dahinya. Anak rambutnya yang berwarna kecoklatan dibuat basah kuyup dan lepek.

Dia mengigil. Sambil matanya terpejam, dia pelan-pelan mulai mengatur nafasnya. Dia masih mencoba dengan keras untuk dapat kembali menguasai diri dan mengusir rasa takut yang benar-benar membebaninya itu.

Dia kembali menyadarkan kepalanya ke bantalnya sebentar dan terpejam, sebelum dengan kasar dia menarik dirinya dari lilitan selimut untuk bergegas ke kamar mandi. Dia mengambil sabun dan menggosok kesekujur tubuhnya dengan keras, rasa sakit yang timbul akibat gesekan sabun dengan kulitnya, tidak ia hiraukan, sungguh dia tidak peduli. Dia masih saja terus menggosok kulitnya dengan sabun sekencang-kencangnya seolah ingin membersihkan bekas-bekas sentuhan pria itu, sentuhan yang sebenarnya dia alami 13 tahun yang lalu.

***

Dia membenarkan posisi face shieldnya, lalu menghela nafas panjang sebelum menerima isyarat untuk mengeluarkan suara, "Halo gaes. Zip Zip, Zip Zip" dia mengeluarkan suara disertai gerakan yang telah menjadi ciri khasnya selama ini. "ketemu lagi nih sama gue. Mikhe. Gimana-gimana kalian udah kangen belum sama saiya?" dia mengedip centil, lalu tersenyum, senyuman yang sangat dikagumi oleh hampir semua pengikutnya di instagram. Mikhe adalah selebgram dan beauty-blogger yang berusia 25 tahun dengan rambut panjang yang hitam dan lebat, kulit yang bening, dan wajah yang glowing serta bibir berwarna soft coral yang sensual dan natural-semua yang dia miliki tersebut sangat mendukung profesinya sebagai seorang selebgram. Dia kembali  memamerkan senyumnya yang menawan kearah kamera." Hari ini gue mau ngajak kalian semua hadir di salah satu acara pemotretan kita." ia menjelaskan, "ini fotografer gue yang setia, babang Hansu." kenalnya penuh penekanan. Hansu adalah sosok prografer berbadan tambun, pendek, dan berkulit sawo matang. "bang Hansu, apa tema pemotretan kita kali ini?"

Hansu yang sebenarnya dari tadi sibuk dengan kameranya menatap kearah kamera yang menyala dan menjelaskan detail pemotretan yang akan mereka lakukan untuk iklan parfum.

"nanti gue disana berpose seksi?"

"enggak sih, gue lebih ngarahin pemotretan kita kali ini lebih ke ceria, fun, dan easy going sebagaimana citra Mikhe selama ini dan itu kita bawa sebagai tema untuk memperkenalkan parfum Jozy ini." jelas bang Hansu sebelum kembali mengatur set kameranya.

"oke, oke! Pada gak sabar kan ngeliat hasil pemotretan aku. Tunggu dengan setia ya di IG @Mikhe_Mda. See you bye bye. Tapi Jangan lupa klik subscribe, like, dan share ya. Karena apapun yang kalian lakukan itu sangat berarti buat Mikhe. Daa... Mikhe sayang kalian semua. " dia melambaikan tangan sebelum orang yang berada di hadapannya berteriak.

"Cut." Teriak seseorang yang sedari tadi memegang peralatan syuting.

Mikhe menghela nafas. Dia terdiam sebentar. Dia kembali lagi menjadi dirinya yang biasa. Mikhe di depan kamera yang dia tunjukan kepada followersnya sangat jauh berbeda dengan dirinya yang sebenarnya. Mikhe di depan kamera adalah seorang yang ceria, menyenangkan, dan lucu, sangat berbeda dengan kepribadian aslinya yang kaku, dan keras.

"Mil, yuk mulai pemotretan." bang Hansu memecahkan lamunannya.

"iya bang." dia bersiap-siap, seorang yang ditunjuk sebagai juru rias segera mengiringnya ke depan cermin besar.

Dia melirik, seorang perempuan berpenampilan formal sedang berdiskusi dengan Hansu. Perempuan itu adalah perwakilan dari klien yang memberikan endorse padanya.

"Mil, Mila." panggil bang Hansu.

"sudah siap bang, segera ke situ." kali ini dalam pemotretan ini dia memakai atasan tank top putih yang dibalut jaket demin yang dikancingkan asal-asalan. Kemudian untuk bagian bawahnya dis mengenakan celana jeans dengan warna senada dengan jaket yang dipakainya, hal yang cukup tidak biasa dari celananya adalah cara memotong celana yang awalnya panjang menjadi pendek sedengkul, teknik pemotongannya dibuat serampangan sehingga menimbulkan kesan tidak rapi dengan benang-benang dari kain yang dibiarkan menjuntai.

"ready. Go." kalimat khas yang selalu terlontar dari mulut bang Hansu begitu kameranya siap membidik.

Mila langsung memamerkan beberapa gaya sok asyiknya sambil menyemprotkan parfum ke arah tubuhnya.

"Go." itu adalah isyarat agar Mila mengubah gayanya.

Hampir satu jam mereka menjalani sesi pemotretan ini sampai bang Hansu memberi isyarat bahwa pemotretan telah selesai. Mila menghela nafas, buru-buru dia mengganti baju dan membersihkan make upnya. Setelah menyelesaikan semuanya Mila merapikan barang-barangnya. Dia bergegas. Dia mengeluarkan smartphone miliknya dari dalam tas. Kemudian dia menklik ikon salah satu aplikasi Ojol dan memesan. Keberadaan Kang Ojol dia rasa sangat membantunya selama ini untuk mempermudah geraknya.

Dia sendiri sudah memulai debut menjadi selebgram sejak 2 tahun yang lalu. Pengikutnya sudah lumayan banyak. Begitu pula dengan endorse, bayaran dari jasa mengiklankan produk di akunnya cukup untuk biaya hidup ibu dan kedua adik perempuan kembarnya yang kini sudah memasuki bangku SMP.

Ayahnya? Dia memanglah masih memiliki seorang ayah. Tapi dia bisa dikatakan seorang ayah yang brengsek, tidak bertanggung jawab, jarang pulang, dan sekalinya pulang sang ibu pasti memiliki tanda kebiruan di tubuhnya.

Tiap kali mengingat legam, dan luka di tubuh perempuan yang satu-satunya ia cintai di dunia ini tersakiti, membuatnya darahnya mendidih. Dulu saat masih sekolah dia sangat iri dengan teman-temannya yang dianugerahi ayah baik dan bertanggung jawab. Tapi harapan tinggal harapan, roda kehidupan terus berjalan, keluarganya tidak akan bisa kenyang dengan harapan.

Tak lama setelah itu Kang Ojol yang sudah ia nantikan selama 15 menit akhirnya datang. Dia merapikan maskernya. Sebelum meraih helm kang Ojol dia terlebih dahulu menyemprotkan disinfektan yang dia peroleh dari endorse. Lalu dia naik ke atas motornya. Kang Ojol menarik gas, mereka berdua menembus belantara kemacetan Jakarta. Sekali pun Jakarta masih psbb transisi tapi beberapa perusahaan sudah mulai memperkerjakan karyawan mereka. Alhasil kemacetan pun kembali merajalela.

***

Sekitar pukul 9 pagi Adam sudah berada di kantornya. Hal yang jarang dia lakukan. Tapi dia butuh kesibukan untuk bisa lepas dari bayang-bayang mimpi buruknya.

Dia menarik kursi eksekutif miliknya. Dia menjatuhkan dirinya di kursi empuk itu. Ada beberapa tumpukan berkas di meja, ia raih dan ia pelajari. Belum lama dia tenggelam dalam kesibukan barunya smartphonenya berdering. Sebuah pesan singkat dia terima.

Datang ke rumah. Begitu bunyi pesan itu. Sangat singkat.

"Tidak biasanya Papa Sueb memanggilnya ke rumah."

Papa Sueb adalah pamannya yang menganggap dirinya seperti anak sendiri. Pria beruban itu sudah mengasuhnya sejak dia berusia 13 tahun. Ibunya meninggalkannya saat itu masih berusia 7 tahun. Ibunya pergi, tepatnya kabur mengejar cinta seorang pria. Ibunya lebih memilih pergi bersama pria lain daripada tinggal bersama darah dagingnya sendiri. Dan sejak kepergian ibunya, kesehatan mental ayahnya semakin lama semakin memburuk hingga pada akhirnya seluruh keluarga memutuskan untuk mengirim ayahnya ke Rumah Sakit Jiwa. Dia sempat diasuh dan tinggal bersama neneknya, namun belum genap dua tahun neneknya itu sudah dipanggil Tuhan.

Sebelum tinggal dengan pamannya, adik dari ayahnya itu, dia tinggal dan dirawat oleh sang nenek. Sampai akhirnya sang nenek meninggal dunia. Dia pun di asuh oleh paman dan bibinya.

Dia tersadar dari lamunan mendengar dering panggilan di smartphonenya.

"halo." dia menahan sejenak nafasnya.

"sayang lagi apa?" suara cowok di sebrang sana membuatnya tersenyum kecil.

"mungkin aku sedang..."

"... ada di sini dan menciumku dengan panas."

"kurasa kamu bisa menyimpannya untuk pertemuan kita selanjutnya." dia balas menggoda.

"malam ini?" tanyanya penuh harap.

"tidak Viel. Papa memanggil ku ke rumah." akunya merasa menyesal, tapi dia tahu pacarnya pasti akan meledak amarahnya ketika mendengar itu.

Viel mengutarakan perkataan penuh kemarahan yang diucapkannya dengan cepat.

"sayang. Janji deh, besok kita dinner." dia membuat janji dengan suara membujuk yang manis.

"janji ya say? Pokoknya kamu enggak boleh bo'ong sama aku. Gak mau. Gak mau."

Adam terkekeh. "iya sayang. Janji deh pokoknya besok satu hari terspesial buat kamu."

"oke deh, aku tunggu besok ya say. Duh gak sabar nih ampe besok. Iiih, kamu tuh... Ahh bikin kangen terus tau."

Sebuah ketukan di pintu kantornya membuat dia buru-buru mengakhiri panggilannya.

"nanti kita bicara lagi." nada suaranya kembali berwibawa. "masuk!" dia mengizinkannya masuk. Tak lama masuk seorang gadis bertubuh sintal ke ruangnya.

Dia menyerahkan sebuah map berwarna coklat. Adam berdiri dari kursinya. "apa ini?"

"sekretaris Pak Sueb, Pak Iwan yang mengirimnya." jawaban wanita itu semakin membuatnya tegang, dengan cepat diraihnya map itu dan membukanya.

Matanya hampir keluar ketika melihat isinya. Wanita itupun ikut penasaran. Sebelum wanita tahu Adam segera menyuruhnya keluar. Begitu wanita itu pergi, dia membuka map itu kembali.

"anj*ng." umpatnya mengamati dengan seksama foto foto dirinya yang sedang menikmati Q-party (pesta komunitas LGBT). Bahkan ada sebuah foto yang memperlihatkan dia berpelukan mesra dengan seorang laki-laki muda-itu Viel, pacarnya. Lalu beberapa print out artikel dengan foto dia yang sedang berpelukan dengan Viel.

Pasti ini alasan kenapa Papa memanggil datang ke rumahnya.

'Oh, astaga. Dia pasti murka. Saham, perusahaan, dan jabatannya sebagai Gubernur dipertaruhkan. Matilah aku.' batinnya.

***

Kisah ini terinspirasi cerita hidup dari L, Fz, dan Mr. O. Terima kasih karena sudah membagi pengalaman kalian di dunia per-hombrengan. Dan selebihnya semua cerita disini-baik itu tokoh, Jalan cerita, tempat, semua itu hanyalah karangan penulis. Jika ada nama, kesamaan cerita, dllnya itu hanyalah sebuah kebetulan belaka. Cerita ini tidak bertujuan untuk menyinggung siapapun atau apapun tapi kalau ada yang merasa tidak nyaman dengan cerita ini... Sini sini saya peyuk. Saya mohon maaf 😁

Oh ya atu lagi, jika banyak typo disana sini mohon koreksinya. Penulis hanyalah manusia biasa tempat salah dan dosa.

Akhir kata, mohon dukungnya ya. Biar makin semangat nulisnya... 😚

avataravatar
Next chapter