webnovel

Arti dari teman I

Semangat tadi pagi tak pernah ada hentinya, membawa nuansa masa muda hingga warna mentari mulai menjadi jingga, seperti inilah keseharian yang terus kujalani.

"Rui, tolong kembalikan LCD ini ke ruang guru ya."

"Siap Bu."

Seperti yang terdengar, nama ku adalah Rui, ketua kelas di kelas 12C bahasa. Meskipun terlihat agak pamer, tapi aku ini adalah seorang pria yang cukup terkenal, yah.... Lebih tepatnya aku mengenal semua orang.

Seperti mereka yang tak pernah lepas sebagai sepasang kekasih, atau Si Kira yang selalu terlihat galau, atau Kaka beradik kembar Akari dan akaru kemudian semua orang di kelas ini, aku sudah menjadikan mereka semua sebagai temanku.

Semua kecuali dia. Yah, lupakan saja tentang dia, aku benar-benar sudah menyerah bagaimana cara berteman dengannya.

"Rui, aku temenin."

Saat aku beranjak dari mejaku untuk mengambil LCD proyektor di depan, seseorang datang. Namanya adalah Rara, pacarku. Yah, ku ulangi, dia adalah pacarku.

Tak banyak yang bisa aku bicarakan tentang gadis cantik sebagai anak bungsu ini , seperti halnya kata orang "semakin kita mengenal seseorang, maka semakin susah untuk menggambarkannya."

Kami berjalan melewati koridor sekolah ini, membawa langkah perlahan untuk menghabiskan lebih banyak waktu.

"Ngomong-ngomong, kamu ada liat jepit rambutku nggak?

"Yang warna pink? Nggak ada."

"Aduhh, ilang kemana ya.."

Kelas kami berada di lantai dua, cukup jauh mengelilingi sekolah yang berbentuk huruf "U" hanya untuk mengembalikan sebuah LCD proyektor. Tapi ini adalah tanggung jawabku sebagai ketua kelas.

Setelah selesai dengan urusanku, aku mengantar Rara kerumahnya. Kebetulan sekali, hari ini ayah Rara juga pulang lebih awal dari rumah sakit, jadi aku bisa bertegur sama dengan beliau.

Untuk memperjelas, ayahnya Rara adalah seorang dokter di sebuah rumah sakit terkenal yang berada tak jauh dari sini.

Tapi, ada hal yang mengganjal dalam pirikanku, entah mengapa raut wajah ayahnya Rara berbeda dari biasanya.

Ah.. sudahlah, paling cuma kelelahan sepulang kerja.

Setelah bertegur sapa, aku pulang ke rumahku.

Yah, tak ada yang spesial dalam kehidupanku. Selain memiliki banyak teman dan seorang gadis cantik yang selalu menemaniku.

Besok paginya, aku datang lebih awal.

Hal yang paling biasa aku lihat di sini adalah Kira yang selalu duduk termenung di tempat duduknya.

Yah, akan ku jelas sedikit.

Kira lebih suka menyendir, jadi aku hanya beberapa kali berbicara dengannya, yah, lebih tepatnya seperti wawancara.

Kalian mengerti maksudku kan? Aku bertanya, dia menjawab. Hanya itu.

Tapi itu lebih baik daripada tidak sama sekali.

Dalam keheningan antara aku dan Kira yang duduk cukup jauh, seseorang datang dan berdiri tepat di mejaku.

Jujur saya, aku terkejut dengan siapa yang datang.

"Hey Rui, aku menyukai Rara, besok pagi aku akan nyatain perasaanku di rumahnya."

Oke, mari kita perjelas masalah ini.

Orang ini adalah Kuro Sora, teman-teman di sini memanggilnya dengan Kuro, Suram artinya. Benar-benar sama dengan kepribadiannya.

Yang aku tahu darinya adalah ayahnya dari seorang anggota polisi, tapi aku berharap ayahnya tidak memiliki sifat seperti dia.

Yah, orang ini memiliki 100% hal yang melambangkan dia bukan siapa-siapa. Dia bahkan hampir tak pernah berbicara. Bahkan selama ini dia hanya diam saat diajak bicara.

Entah itu sombong atau benar-benar tak bisa mendengar?

"Hah?"

Setelah menyatakan itu, dia pergi.

Sumpah, tuh anak benar-benar aneh!

Entah berapa lama aku memikirkan apa yang baru saja dia katakan.

Di lamunan panjang ku, tiba-tiba tangan lembut menutup perlahan mataku.

"Hayo siapa???"

"Udah ah Ra, udah ketauan dari suaranya."

"Hehe."

Setelah tertawa kecil Rara meletakkan tangannya di atas mejaku lalu duduk di kursi tepat di meja depanku.

Entah mengapa, setelah aku memandang wajah cantiknya itu, aku teringat dengan apa yang dikatakan Kuro tadi.

"Ra, besok kan libur, mau jalan-jalan?"

"Tumben ngajakin, mau kemana?"

"Yah, jalan-jalan aja di mall gitu."

"Jemput ya?"

"Iya, besok pagi aku jemput."

"Eh? Pagi???"

"Awas ya dandannya lama."

"Yaudah iyaaa."

Rara memberikan senyum manisnya, sedikit menggigit bibir merahnya seolah sedang menyembunyikan rasa malu.

Tanpa terasa kelas di mulai, dan anehnya Kuro tak pernah muncul hingga kelas hari ini berakhir.

Hingga sang mentari pun menyatakan bahwa besok akan segera datang.

Sekitar jam 09.00 kami sudah berada di mall, berjalan-jalan menghabiskan waktu bersama, bermain game di Game area, dan menghabiskan lebih banyak waktu nongkrong di cafe.

Sudah sewajarnya hari ini Rara terlihat sangat cantik dengan dandanannya yang entah di mulai sejak kapan, yang jelas dandanannya benar-benar berbeda dari hari biasanya.

"Rui, aku ke toilet bentar ya."

"Hemmm... Jangan lama-lama ya.."

"Iyaaa..."

Di dalam cafe yang berada di dalam mall itu juga, aku sedikit menunggu cukup lama sejak terakhir dia mengatakan itu.

Yah, jujur saja, ini sudah sangat lama, apa yang dia lakukan di toilet?

Aku menghela nafas dan mengarah ke toilet. Yah, aku menunggu beberapa lama untuk menunggu seseorang keluar dari dalam sana, tak mungkin aku masuk ke toilet perempuan.

"Mba, di dalam masih ada orang gk?"

"Nggak ada lagi mas."

"Oh, iya makasih mba."

Jadi, di mana Rara?

Aku meneleponnya beberapa kali, namun tak ada jawaban.

Entah mengapa, aku sedikit panik. Keluar dari cafe itu dan akhirnya bertemu dengan seseorang yang sudah tak asing.

Orang itu adalah Kuro. Apa yang di lakukannya di sini?

Aku bergegas menghampirinya.

"Kuro, apa kau ada liat Rara?"

"....."

Entah apa yang dia lakukan, dia hanya duduk bersandar di dinding kaca sambil memperhatikan jam tangannya.

"Oi, denger ngga..."

Sebelum aku menyelesaikan kata-kataku telpon Kuro berbunyi dan dia mengangkatnya dengan cepat.

Dalam mall ini cukup ramai, jadi dia mau tak mau harus Loudspeaker di depanku. Dalam suara yang keluar terdengar jelas.

"Aku menemukannya."

"Aku akan segera ke sana, jangan sampai lolos."

Apa maksudnya?

Setelah memasukan kembali hp ke dalam sakunya, dia berlari setelah sedikit tersenyum kepadaku.

Sialan, dasar sialan!! Apa maksudnya tadi!!

Aku berusaha mengejarnya, tapi dalam kerumunan orang, dia menghilang.

Ahhgr.... Apa yang harus kulakukan???

"Rui? Kenapa kau di sini? Aku kira kau tadi bareng Rara."

Entah dari mana Kira tiba-tiba muncul dan mengatakan itu.

"Hah? Tadi kau liat Rara? Di mana?"

"Tadi dia di gendong naik ambulan sama orang."

"Haaa? Sial, Kira, apa kau tau kemana ambulan itu pergi? Aku yakin ada yang salah."

Hatiku sedikit membeludak, aku tak mengerti apa yang terjadi.

"Oke tenanglah, aku tak tahu kemana perginya, tapi aku bisa nyari tahu."

Dalam kegelisahan ku, Kira seolah berusaha mengotak atik HP-nya sambil bertanya-tanya info pribadi Rara.

Dan tak berselang lama, dia berhasil.

"Aku menemukannya, dia ada di rumah sakit Medisial."

Rumah sakit itu cukup jauh dari sini, jika memang Rara sakit atau apa, kenapa tidak dibawa ke rumah sakit terdekat saja?

Sial, ini membuatku semakin gelisah.

"Aku harus ke sana."

"Aku bawa motor, akan kuantar."

Kira benar-benar terlihat berbeda dari hari biasanya yang cuek, mungkin melihat wajahku yang semakin pucat.

Aku yakin, Kuro terlibat sesuatu.

Kuro sialan.

Setelah hampir setengah jam, kami sampai di rumah sakit itu. Benar saja, Kuro berdiri di depan pintu itu, menatap ke arah langit.

Tapi setelah dia sadar dengan kedatangan kami, dia berjalan masuk dengan cepat.

Saat itu juga, aku berlari mengikutinya.

Anehnya dia menghilang.

Di depan itu terdapat suster yang berjaga, jadi aku bertanya dengannya.

"Mba, orang yang pakai jaket hitam tadi pergi kemana?"

"Naik lift tadi mas."

Menunggu lift pasti akan lama, jadi aku menggunakan tangga, berlari dengan cepat. Menaiki semua anak tangga berharap bisa mendahuluinya.

Entah sudah berapa lantai ku lewati, akhirnya aku menemukan sesuatu yang tidak asing, benda berwarna pink.

Ini adalah jepit rambut milik Rara.

Oke Rara pasti ada di salah satu ruangan di sini.

Jadi dimana dia?

Hadiah anda adalah motivasi untuk kreasi saya. Semoga suka dengan rasa romansa berpadu dengan mystery

Yusril_Shiddiqcreators' thoughts
Next chapter