1 That Day: Mission.

Suara kicauan burung kini jarang didengar lagi oleh gadis berambut perak yang sedang terbangun oleh alarm dari jam weker.

"Yawn... ugh.. mataku sakit," ucap gadis itu sambil mengusap-usap mata amethystnya yang berkilau terpantul oleh cahaya mentari.

Pukul lima pagi pada tanggal 23 Desember 1889 dikediaman Ciel Phantomhive yang baru saja ia bangun pada bulan agustus kemarin, seperti biasa ia bersiap-siap untuk menjalankan aktivitas rutinnya yang ialah menjadi Ajudan pribadi milik Ciel.

Ia bangkit dari kasurnya, membersihkan diri lalu memakai seragam yang biasa ia kenakan. Kemeja putih dengan balutan jas hitam serta celana putih polos dan jangan lupa dengan hood hitam panjang yang biasa ia kenakan.

Ia mendudukan bokongnya pada kasurnya lalu memakai boots hitam panjang ala-ala prajurit istana, lalu menguncir ponytail rambut peraknya. Setelah siap, ia lalu mengenakan topi hitam bercorak merah putih pada rambut silvernya yang indah itu.

"Selamat pagi, nona Yukasa... yawn..." sapa seorang wanita berambut merah yang sedang meraba-raba nakas dekat kasurnya.

"Pfft.. Selamat pagi nona Meyrin, sepertinya anda terlambat bangun." Jawab Yukasa seraya membantu mengambilkan kacamata bundar milik Meyrin, "Nih."

"A-ah, te-terima kasih..." ucap Meyrin malu-malu.

Yukasa kemudian mengambil dua pedang putih miliknya lalu pergi keluar kamarnya. "Cepat bangunlah nona Meyrin, sudah jam enam pagi loh."

Meyrin kemudian terkejut lalu bangkit dari kasurnya, "Wah! Gawat! A-aku harus bersiap-siap sebelum Sir Sebastian datang!"

"Pfft... lucunya," kekeh Yukasa sambil menutup pintu kamar lalu beranjak pergi menemui tuan mudanya.

***

Kakiku bergerak maju melewati lorong-lorong mansion yang sepertinya sudah lama tidak ditinggali oleh pemilik lamanya. Untung saja tuan Ciel memiliki teman kerja yang membantunya dalam hal apapun. Walaupun temannya itu penjual narkoba, namun ya... terserah tuan Ciel deh. Toh dia yang berkuasa.

"Ah! Nona Yukasa! Selamat pagi~" ucap pria berambut pirang dengan baju kokinya menyapanya dengan cengiran khasnya.

Aku mangangkat tangan kananku disamping dada lalu menggerakkannya, "Ah.. pagi juga Sir Baldroy."

Sir Baldroy kemudian berjalan mendekatiku, "Hm? Bolehkah aku melihat pedangmu itu?"

Aku menyodorkan dua pedangku padanya, " Silahkan."

Dia pun mengambil pedang katana khas jepang yang Grissham berikan padaku semasa pelatihan. "Waw, berkilau sekali! Apa dia sudah diasah?" tanyanya sambil mengamati setiap inci mata pedang itu.

Aku menggeleng, "Belum sempat. Esthra akhir-akhir ini belum ku asah, begitu juga dengan Asthre. Hanya ku lap saja," jawabku sambil memandang kedua pedang itu.

Nampak kerut kebingungan terpampang jelas diwajah Sir Baldroy, "Kenapa tidak kau asah mereka berdua?"

Alisku nampak berkedut-kedut lalu aku menggaruk-garuk daguku, "A-aku tidak tau tempat yang bagus untuk mengasah sebuah pedang."

Sangat memalukan.

Sesuai dugaan, Sir Baldroy menertawakan tingkahku. "HAHAHA! Ternyata kau tidak tau cara mengasah pedang! BWAHAHAHA!!" Tawanya dengan nada mengejek.

Ia kemudian menepuk bahu kiriku, "Tenang saja! Nanti akan aku carikan tempat untuk mengasah Asthre dan Esthramu itu, OK?!"

Dia berkata sambil nyengir yang notebenenya untuk menyemangatiku. Aku tersenyum lalu meraih Esthra yang berada digenggaman Sir Baldroy. "Terima kasih," ucapku sambil memberi hormat pada mantan tentara Sir Baldroy.

Kakiku pun melanjutkan kembali perjalanannya ke kamar tuan Ciel. Belum sempat tiba di kamarnya, sesosok pria berbaju hitam bak pelayan itu keluar dari kamar tuan Ciel.

"Oh.. nona Yukasa, Selamat pagi." Ucap pria itu sambil tersenyum, "Tuan muda sedang mandi. tolong jaga dia sebentar ya," lanjutnya sambil membungkuk padaku.

Aku hanya membalasnya dengan anggukan lalu berdiri didepan pintu kamarnya. Tak sopan jika aku memasuki kamar tuan mudanya tanpa disetujui oleh majikannya.

"Sebastian!"

Sebuah suara yang nyaring terdengar dalam ruangan didepanku. "Maaf tuan Ciel, Sebastian baru saja pergi."

"Panggil dia!" ucapnya lagi dengan keras karena dia tau jika aku berada diluar ruangan.

"Akan saya panggilkan untuk anda," jawabku lalu beranjak pergi dari situ.

"Tunggu!"

Tuan Ciel menahanku lalu berkata, "Aku ingin berbicara denganmu nanti." Menjeda sejenak lalu melanjutkan, "Hanya kita berdua."

Dengan gurat kebingungan, aku pun mengangguk. "Baiklah," jawabku seraya melangkah pergi menjauh dari situ dan mencari keberadaan Sir Sebastian.

***

Sudah 20 menit aku mencari-cari keberadaan Sir Sebastian ditempat yang biasanya dia kunjungi, namun hasilnya nihil. Kakiku tak sengaja melangkah ke jalan setapak yang sepertinya jalan menuju taman belakang. Dengan perasaan penasaran, aku pun mencoba masuk kesana.

"No-nona Yukasa!"

Belum sempat melewati gerbang taman belakang, aku malah dipanggil oleh sesosok bocah berambut pirang dengan topi jeraminya. "Selamat pagi nona Yukasa!" sapanya sambil ngos-ngosan.

Senyum tipis terpampang diwajahku, "Selamat pagi juga Finny."

"Ah! Tuan muda memanggil anda!" ucapnya antusias.

Padahal aku sedang mencari Sir Sebastian yang menghilang entah kemana, tiba-tiba saja sudah dipanggil tuan Ciel lagi. Haduh... bisa-bisa kepalaku pecah.

"Dimana tuan Ciel sekarang?" tanyaku pada Finny yang sedikit berkeringat. Tak langsung dijawab, wajah Finny seperti sedang menutupi sesuatu(?)

"Finny?" panggil ku lagi.

Finny kemudian terlonjak kaget ketika aku memanggilnya. "Tu-tuan muda se-sedang ada dikamarnya!" jawabnya bergetar.

Aneh.

"Baiklah," jawabku datar lalu pergi meninggalkan Finny.

***

"Yukasa," panggil tuan Ciel yang sedang duduk di meja kerjanya.

"Ada apa, tuan Ciel?" jawabku dengan nada biasa.

Dia pun menaruh kepalanya dimeja kerja dengan raut wajah yang terlihat sangat bosan. Dengan penuh inisiatif, aku mendekatinya dan menghadapkan kepalaku padanya. "Sepertinya anda kebosanan, hihi~"

"Ugh..." seketika wajahnya cemberut lalu mengalihkan pandangannya.

Aku pun berfikir untuk mengatasi masalah tuan Ciel yang kadang kali didera oleh kebosanan. Aku pernah diberitahu oleh Sir Sebastian, 'Jika tuan muda bosan, beri saja makanan manis.' Tapi aku tidak yakin dengan hal itu. Namun ya.. kita tidak akan tau kalau belum mencobanya.

"Tuan Ciel, apakah anda ingin makanan manis?" tanyaku padanya.

"Sedang tidak mood~" jawabnya dengan nada rendah.

Sepertinya ia benar-benar tidak mood. Hmm... bagaimana kalau kuajak traveling?

"Tuan Ciel, mau jalan-jalan?" tanyaku dengan wajah menggodanya.

Dia kemudian menatapku kebingungan, "Kemana?"

Kutampilkan smirk diwajahku lalu memetik jari kananku.

*Tik!

"He-hey!"

Sebuah jam besar bergerak sesuai apa yang aku minta. "Abad ke-21, siang tanggal 12 April 2021. Tempat Fukui Senior Highschool, TELEPORTATION!"

"UWAHHH!!" Teriak tuan Ciel.

***

TO BE CONTINUE

avataravatar