6 Chapter 6

Januari, 2020

Aku baru saja membongkar lemari hari ini. Awalnya aku ingin mencari pakaian lama yang pernah diberikan member Lupine kepadaku saat mereka berhasil menjual album pertama Lupine, tapi perhatianku menjadi pecah setelah menemukan kotak harta karun yang berisi foto polaroid dan surat yang dulu pernah diberikan Yongha padaku terakhir sebelum ia berangkat ke Australia.

5 tahun telah berlalu, komunikasi terakhir dengan Yongha adalah malam sebelum Yongha tertidur. Terakhir kali aku melihat wajahnya adalah saat pagi sebelum aku berangkat ke kantor. Dan hari itu ternyata hari terakhirku bersama Yongha sebelum ia benar-benar tidak pernah lagi menghubungiku.

Ia sempat menuliskan akan menghubungiku setelah membeli ponsel baru, ternyata ia sama sekali tidak menghubungiku setelah hari itu. Aku tidak tau apa penyebabnya namun banyak hal yang kupikirkan menjadi alasannya. Mungkin saja Yongha tidak bisa menghafal nomor ponselku, tapi itu hal yang tidak mungkin. Karena dalam tidur pun ia bahkan bisa mengingat setiap angka dari nomor ponselku.

Yongha juga mengetahui semua e-mail dan akun sosial media ku, namun sama sekali tidak ada tanda-tanda Yongha menghubungiku. Tidak ada sama sekali. Sepertinya hubungan kami benar-benar telah berakhir. Apapun yang diucapkan Yongha saat itu hanya bualan saja.

Aku melihat satu-persatu foto yang sengaja kusimpan didalam kotak itu. Ada foto Yongha yang kuambil saat kami merayakan anniversary ke 4 tahun.

Saat itu adalah pertama kalinya Yongha mengajakku merayakan anniversary di restoran. Biasanya kamu hanya merayakan anniversarry sambil menonton anime kesukaannya, Detective Conan. Hanya menghabiskan waktu untuk menonton ulang seri Detective Conan dari episode pertama.

Ya sudahlah, untuk saat ini Yongha hanya sebuah masa lalu yang harus aku lupakan. Toh, sudah hampir 5 tahun ia sama sekali tidak menghubungiku lagi. Bahkan sebelum pertemuan terakhir itu aku juga sudah mengakhiri hubunganku dengan Yongha. Jadi untuk saat ini Yongha harusnya sudah tak lagi membayangiku.

Hari ini aku menerima undangan konser dari Lupine. Akhirnya mereka kembali ke Korea setelah menghabiskan waktu 2 tahun di Jepang.

Hubunganku dengan Ori baik-baik saja, kami masih berteman seperti sebelumnya. Aku memutuskan untuk melupakan kejadian di kafe waktu itu.

Ori juga menerima dengan baik keputusanku dan menganggap kejadian malam itu tidak pernah terjadi. Meskipun awalnya sedikit canggung karena pertemanan kami telah di bumbui dengan cinta. Namun pada akhirnya, situasi kembali seperti biasa. Aku hanya berharap Ori tetap menganggapku sebagai teman.

Ori semakin sibuk dengan Band nya dan mengisi penuh jadwalnya dengan konser, rekaman dan promosi ke luar negeri. 2 tahun terakhir adalah promosi Lupine di Jepang dan tahun ini mereka akan kembali fokus promosi di Korea.

Selama mereka promosi di luar negeri pun, aku hanya bisa mendapatkan informasi mereka dari sosial media. Seperti biasa, selama ia bersama dengan Band nya ia hanya akan fokus kepada band nya. Ori, orang yang hanya akan fokus pada satu hal. Saat fokusnya terpecah, ia hanya akan mematung tanpa melakukan apapun seperti robot yang sedang error.

Untuk menghadiri konser hari ini aku sengaja memakai pakaian yang dihadiahkan Ori dan member Lupine lainnya padaku. Pakaian itu belum pernah aku kenakan jadi khusus hari ini aku akan pamer kepada mereka.

*****

Seperti biasa, penonton konser untuk idol laki-laki memang kebanyakan perempuan. Aku melihat banyak siswa perempuan yang masih mengenakan seragam sekolah meskipun mengganti bagian atasnya dengan t-shirt atau hoodie namun mereka masih mengenakan rok sekolah.

Lightstick di tangan kiri dan ponsel di tangan kanan, karena konser ini juga ditayangkan melalui aplikasi live streaming jadi penggemar diperbolehkan untuk merekam. Hal seperti ini sangat jarang sekali terjadi karena biasanya saat konser idol, penggemar tidak diperbolehkan merekam sama sekali. Jika ketahuan biasanya akan langsung ditegur namun ada juga tim keamanan yang langsung mengambil alat perekam penggemar.

Ori dan yang lainnya belum terlihat di atas panggung namun layar besar itu menunjukkan cuplikan perjalanan Lupine saat mereka mulai membentuk band sampai mereka menjadi Lupine yang dikenal tidak hanya di Korea saja namun sampai ke luar negeri.

Video itu memperlihatkan masa-masa awal Lupine yang tampil untuk acara tahunan kampus, lalu mulai menyanyi di kafe, kemudian memberikan demo lagu mereka kepada agensi, mengikuti survival audition hingga akhirnya ada seorang produser yang ingin bekerja sama dengan mereka hingga membuat kontrak bersama dengan Lupine.

Setelah cuplikan video itu berakhir, lampu tiba-tiba dimatikan hingga suasana didalam gedung gelap gulita. Ttuk, lampu sorot dipanggung menyala, ada seorang pria dengan gitarnya berdiri di atas panggung. Aku sangat yakin kalau itu adalah Ori. Dari postur tubuhnya, warna rambut dan cara berdiri, pasti itu Ori, tidak salah lagi.

Tidak ada yang bisa menolak hal ini. Ori memang sangat berkharisma dan aura nya tidak bisa dibantahkan saat ia berdiri diatas panggung. Tidak perlu melakukan apapun, cukup berdiri dengan gitar dalam pangkuannya, Ori tetap terlihat menawan.

*****

Mendengarkan nyanyian Lupine selama 2 jam sungguh terasa sangat singkat. Mereka juga berinteraksi bersama penggemar hingga bermain game bersama penggemar. Aku senang sekali melihat mereka yang sangat profesional meskipun aku tau sebenarnya mereka sangat kelelahan dengan jadwal mereka.

Menjadi penyanyi sepertinya memang pekerjaan yang sangat berat.

Sekarang aku sedang berada diruang tunggu Lupine karena tadi Ori sempat mengirimiku pesan untuk datang ke ruang tunggu mereka.

Aku langsung menatap ke arah pintu saat mendengar seseorang membuka pintu. Rubin, drummer Lupine. Ia juga temanku saat kuliah dulu. Hanya Rubin yang masuk tidak ada member Lupine yang lainnya.

"Oh kau sudah disini?"

"Iya, mana yang lain?"

"Ori tadi langsung pergi ke kamar mandi katanya tubuhnya terlalu berkeringat jadi ia tidak tahan untuk segera membersihkannya. Kalau Jaehan, Taesung dan Rian sudah langsung kembali ke hotel"

"Hari ini tidak ada jadwal makan malam bersama? Pesta setelah konser?"

"Kau pikir Lupine baru konser 1 atau 2 kali? Kami sudah konser ratusan kali, dan tidak selalu mengadakan pesta setelah konser. Kau tau sendiri minggu lalu kami baru balik dari Jepang. Member yang lain hanya ingin istirahat."

"Kau kenapa masih disini?"

"Sebagai seorang maknae aku harus mengikuti perkataan leader"

Rubin adalah member yang paling kecil di Lupine dan Ori member tertua yang langsung terpilih menjadi leader. Hanya itu satu-satunya alasan mengapa Ori menjadi leader. Aku senang member Lupine meskipun terkenal, mereka tidak sombong dan bahkan sering mengundang dosen dan teman-teman kuliah kami dulu untuk datang ke konser mereka. Sama sekali tidak ada yang berubah dari mereka.

"Mengikuti perkataan leader? Maksudmnya kau ada disini untuk menemaniku?"

"Aku suka dengan tingkat kepekaan yang kau miliki"

"Tapi aku benci dengan hal ini"

"Kenapa? Apa karena kau sudah tau mengapa Ori meminta kau menunggunya di ruang tunggu?"

Aku mengangguk mengiyakan. Ini sudah sangat jelas sekali dan hampir tidak bisa dibantah. Tebakanku adalah Ori akan mengajakku makan berdua dengannya, berbicara seperti biasa dan pada akhirnya ia akan menyatakan perasaannya. Ini sudah terlalu jelas.

2 Tahun di Jepang mungkin sudah menghilangkan kecanggungan kami tapi aku masih belum bisa membayangkan saat aku menerima Ori menjadi kekasihku. Ia sahabatku, ia tempatku berbagi semua masalah hidupku.

"Kau tidak ingin ia membuat kekacauan seperti 5 tahun yang lalu?"

Aku teringat saat Ori menyatakan perasaannya padaku didepan semua rekan dan tamu undangannya. Namun kejadian itu tidak berjalan dengan lancar karena aku memilih kami cukup berteman tanpa ada perasaan yang berlebih.

"Tentu saja aku tidak ingin ia melakukan hal bodoh seperti itu lagi. Kau pikir wanita mana yang mau dipermalukan seperti itu?"

"Bukannya itu hal yang romantis? Menyatakan perasaan didepan semua orang menurutku adalah hal yang paling romantis"

"Tidak, sama sekali tidak romantis"

Klik... pintu kembali terbuka ditengah perdebatan antara aku dan Rubin. Ori muncul sambil membawa buket bunga matahari yang besar dalam pangkuannya. Ia juga menyisipkan beberapa bunga mawar. Berbeda dengan 5 tahun yang lalu, ia hanya membawa buket bunga kecil. Dan tentu saja aku dan Rubin menatap heran ke arah Ori yang sedang tersenyum dengan lebar. Aku sama sekali tidak bisa membaca isi pikiran Ori.

Aku hanya bisa bertanya 1 kalimat kepadanya.

"Apa yang kau lakukan?"

*****

avataravatar
Next chapter