webnovel

-TESTPACK-

KEJUTAN, sebuah kata yang memiliki banyak rasa. Baik, buruk, sebuah berkat, atau malah sebuah malapetaka? Rasa senang, sedih, bahagia, bahkan khawatir, itulah yang dirasakan Dheva saat menatap Clara--gadis mungil yang saat ini membawa sebuah benda yang ada di tangannya. Wajahnya tampak sangat santai, membuat Dheva hampir tak percaya jika kejutan ini adalah nyata. Lalu, bagaimana dengan kejutan yang Dheva dapatkan? . . . "Dheva, aku punya satu kejutan untukmu." Clara berkata dengan mimik wajah yang tak dapat ditebak. "Apa itu?" "Aku hamil," jawab Clara sambil menyodorkan sebuah tespack ke arah Dheva. "H-hamil?!" . . Hamil?! Tunggu, apa?!! Ia akan menjadi ayah... Di usia muda?! . . Apakah Dheva akan percaya dengan pengakuan tiba-tiba dari Clara, kalau bayi yang Clara kandung adalah miliknya? Apa benar gadis tengil itu hamil? Atau jangan-jangan, ini adalah satu siasat Clara untuk mengerjainya seperti biasa? Lantas, akankah Dheva mau bertanggung jawab atas hal yang bahkan dia sendiri meragukannya? Atau malah... Dheva menyuruh Clara untuk mengugurkannya? . . ________

Vkook_Nomnom · Teen
Not enough ratings
6 Chs

Mie Ayam Pak Julo

KICAUAN pagi membuka segar nya pemandangan di setapak jalan menuju permukiman warga dan beberapa taman rumah elit yang tertata rapi dan bersih. Pemandangan yang benar-benar dapat di nikmati disekitaran komplek.

Clara dan Dheva tengah melaksanakan rencana mereka sedari 3 hari yang lalu; joging pagi di hari Minggu dan pergi membeli mie ayam pak julo di persimpangan blok A kawasan elit komplek mereka.

Sebenernya hanya Dheva yang benar-benar lari kecil untuk joging, Sedangkan Clara hanya berjalan lesu dengan kaki yang di seret malas-malasan. Sibuk memakan beberapa permen karet, dan mulai berlari dengan cepat kala melihat jarak Dheva yang mulai menjauh.

"Udah ih, kamu joging apa ngajak lomba lari sih? hosh.. capek tau," keluh Clara

Ia tengah memegang lutut dengan posisi membungkuk, meraup nafas dengan rakus kala berhenti di simpang tiga, tempat mie ayam favoritnya sedang berjualan.

"Hah? orang joging biasa kok, salah sendiri punya kaki kecil, langkah nya juga kecil," Ejek Dheva

Clara hanya menyipitkan mata dan mendengus kasar, berdiri dengan tegak dan mulai sedikit menepuk ringan celana yang ia pakai.

"Gimana? ayo?" Tanya Dheva.

Mereka berjalan beriringan, Komplek A memang terkenal dengan semua dagangan kaki lima yang selalu berjejer di sepanjang pertigaan jalan.

Dimulai dari bubur, mie ayam, bakso, odading, martabak, es kelapa muda dan tentunya beberapa gerobak makanan yang lain mengitari sisi jalanan komplek.

Mata Clara berbinar kala menyapu pandangan ke depan, mata nya menatap liar dan lapar jajaran penjual makanan disertai bau sedap dari makanan yang dijual.

Dheva yang melirik Clara dari ujung mata hanya mendengus. Sedikit merinding melihat tatapan matanya yang seakan ingin melahap semua makanan yang dijual masing-masing penjual di sepanjang jalan yang mereka lalui.

"Mau apa dulu?" Tanya Dheva.

Clara membuat pose berfikir yang menggemaskan, mata bulat nya memandang lurus ke arah depan, menatap satu persatu penjual makanan yang sedang melayani pembeli.

Kemudian menatap Dheva dengan sedikit mendongak, perbedaan tinggi beberapa centi membuat Clara semakin terlihat menggemaskan. Mata bulatnya dengan obsidian berbinar membuat Dheva tak tega.

Ingin rasanya memborong semua makanan dan jajanan di depannya untuk sang kekasih, tetapi ia harus berhati-hati dalam memilih makanan.

Beberapa jajanan tak baik untuk kesehatan, apalagi kelinci buntal nya yang hobi memakan apa saja. Bahkan Clara dulu pernah meminum susu basi dan memakan Pop mie yang sudah kadaluwarsa.

Bahkan tanpa merasa bersalah, ia hanya tersenyum manis dengan kedua pipi yang membulat, kemudian berkata; "lah aku gatau, tadi laper. Ga ada makanan, yauda aku liat di rak atas, ternyata ada mie. Aku masak, makan. Gatau kalau dah kadaluwarsa, hehe."

Dheva yang tengah mengingat kejadian mengerikan itu hanya mendengus dan menggelengkan kepalanya.

"DEPA SINI !" Teriakan melengking terdengar beberapa meter di depan.

Anak itu tengah memesan sosis bakar. Dheva mengernyit heran; 'kenapa tiba-tiba ada di depan?' beo nya.

"Depa sini !!" Clara melambaikan tangan.

Dheva yang terkesiap segera bergegas mendekat, bau arang yang menyengat cukup mengganggu bagi Clara.

Bukan apa-apa, penciumannya yang sensitif membuat Clara tak nyaman di depan beberapa hal. Dheva yang menyadari hal itu, langsung bergegas menarik Clara untuk berada di balik punggung nya.

"Udah sini aja, nanti hidung nya merah lagi," perintahnya

Clara seketika mendongak dan mengangguk patuh. Kedua tangan nya mengepal, pucuk hidung nya sedikit memerah, Dheva sedikit mengutuk lamanya sosis tersebut di bakar.

Clara menutup hidung nya dengan kedua tangan yang tenggelam karena Hoodie kebesaran nya, sangat menggemaskan jika dilihat.

Dheva yang khawatir segera berbalik dan menangkup wajah kekasihnya.

"Kenapa? mau bersin?" Tanya nya.

Clara hanya mengangguk ringan tanpa menjawab.

Dheva segera menggiring Clara sedikit ke arah belakang, sehingga menghindari beberapa kepulan asap arang yang menyengat.

Dengan tangan besarnya yang masih setia bertengger menangkup sisi wajah Clara, ia mengusap lembut hidung kecil kekasihnya.

"Disini masih mau bersin?" Tanya nya lembut.

Jempol nya mengusap pelan hidung Clara yang sedikit memerah, dengan tatapan mata elang yang mengunci fokus, serta jari besar nya yang hangat, kembali mengusap lembut permukaan wajah dan pipi gembil sang kekasih.

Cukup membuat anak itu seketika memerah. Ditatap intens dengan jarak beberapa centimeter, wanita mana yang tidak salah tingkah?!

Rambut Dheva yang memanjang, Hidung runcing bak perosotan anak TK, Bibir tebal yang memerah alami, obsidian tajam yang mengunci, rahang tegas, dan jangan lupa alis yang bertaut, begitu fokus menuangkan perhatian khusus untuk sang kekasih.

"Eh eh?! kenapa mau nangis?!" Tanya Dheva panik.

Clara segera Menunduk dan menggeleng pelan, Cukup. Dirinya tak tahan, ditatap seintens itu, aroma Citrus basah menguar, mengikat setengah kesadaran nya dan hampir merenggut kewarasan nya.

Ya, berdiri didekat Dheva dengan jarak sedekat itu adalah menantang maut.

Tangkupan di sisi wajah Clara terlepas, Dheva yang semakin khawatir dan cemas melihat wajah Clara yang memerah dengan pucuk hidung dengan warna yang sama membuat ia dilanda khawatir.

Apalagi ditambah samar-samar terlihat mata bulat kekasihnya yang berkaca-kaca, cukup membuat rasa khawatirnya semakin mengembang.

"Aku ngga papa kok," cicit Clara

"Eiy? apa-apaan itu? muka merah, hidung merah, mata kek mau nangis. yakin gapapa?" Tanya Dheva khawatir.

"hu'um, gapapa." angguk nya singkat.

Clara sedikit mundur memberi jarak, Dheva yang terlambat sadar akan hal itu hanya terlonjak kecil dengan posisi canggung.

"Yauda kita--"

"Ini mas, sosis nya," Kata-kata dari sang penjual membuat keduanya sedikit terlonjak kecil, hampir melupakan pesanan yang dibeli.

Dheva segera mengambil sajian dan membayar dengan cepat.

Sial, canggung sangat terasa di beberapa menit setelahnya.

__________

Mereka berjalan kecil menuju ke arah depan dimana mie ayam favorit Clara terletak.

Clara yang sibuk memakan sosis ukuran jumbo membuat Dheva hanya meneguk ludah. Gigitan sadis dari gigi kelincinya membuat Dheva ngilu saat melihat bentuk sosis di genggaman tangan kekasihnya yang tak memiliki bentuk utuh dan terkesan di gigit sembarangan.

Clara masih melanjutkan acara mengigit sosis bakar ditangannya, tanpa memperdulikan Dheva yang sedikit memucat di tempat.

Gigitan brutal Clara membuat Dheva benar-benar merasa; 'Ngilu'.

"Kenapa makannya dikit-dikit gitu?" tanya Dheva.

"huh?, Ya mau gimana. Mulut Rara ga muat." Ia menoleh cepat dan segera membuat raut wajah cemberut dengan kesan mengadu.

Tatapan matanya dan cara mengigit nya yang rakus dan brutal, membuat pesan tersirat seperti; "ish ! sosisnya ga muat di mulut ! kesel ! mau dimasukin semua ga muat, digigit kecil ga puas."

Alis nya bertaut sebal dengan raut muka kesal, cukup mengundang tawa kecil dari pria disamping nya.

________

"Eh neng? pesan yang kek biasa?" Sapa pak julo.

"Iya pak, tumben kemaren ga buka?" Tanya Clara.

"Iya neng, anak bapak sakit. Ga ada yang urus, ibu nya lagi di rumah saudara buat ngurusin hajatan. jadi terpaksa ga jualan dulu." Terang pak julo

Clara membentuk o kecil di bibirnya dan mengangguk ringan.

Semuanya berjalan mulus dan dipenuhi candaan receh, sebelumnya mata liar nya melihat motor Vespa putih yang terparkir dengan stickers; Harta, Tahta, Adelia.

'wuih ada si kembang' batin Clara.

Dheva yang sedari tadi melihat raut Clara yang berubah segera melarikan pandangan dan mengikuti arah mata Clara yang terfokus pada suatu objek.

Dheva terbelalak saat melihat Adelia yang tengah menuju meja yang mereka tempati.

'TU KEMBANG KUBURAN NGAPAIN KESINI ASTAGA'. Teriak nya dalam hati.

Dengan setelan terbuka, yang menampilkan belahan dada nya, Adelia mendekat dengan wajah menggoda khas dirinya.

"hallo mas Dheva? tumben ketemuan disini, haha. Masih inget aku ngga? Aku tebak kamu kangen sama aku ya? kamaren ngechat aku kan?" Sapa Adelia dibarengi dengan tawa sinis.

Clara yang melihat hanya mengepalkan tangan dengan alis bertaut.

'Mati udah ini mah'

________

-TBC-

#Nm