webnovel

Tespek Pembantuku

Area dewasa, anak di bawah umur dilarang mendekat. "Siapa yang berani menghamili pembantuku?!" tanya Intan sambil melihat tespek yang dia temukan di tong sampah dapur.

BayuHidayat · Urban
Not enough ratings
30 Chs

Ani Kurang Ajar

Flashback

"Ahh" d*sah Ani saat lehernya dihisap oleh Pak Eko.

Pak Eko sengaja menghisap leher Ani karena dia ingin memberi tanda kepemilikan ke tubuh gadis muda itu tanpa peduli kedepannya akan berakibat seperti apa.

Ani lemas tubuhnya dan hanya bisa pasrah saja dihisap oleh Pak Eko.

Kesadaran Ani seolah lenyap untuk sesaat ketika tubuhnya sedang dijamah oleh Pak Eko di taman belakang.

Flashback end

Ricko sedang mencumbu tubuh Ani namun kedua matanya menemukan tanda merah di leher Ani.

"Ini tanda apa An?" tanya Ricko dengan raut wajah marahnya.

"Tanda apa Mas?!"

"Ini merah-merah di leher kamu!" tunjuk Ricko.

'Eko s*alan' umpat Ani dalam hati.

"Itu kayaknya digigit serangga Mas! Tadi gatal banget jadi aku garuk-garuk eh malah jadi merah!" kilah Ani menjelaskan.

"Kamu sedang tidak berbohong kan?!" selidik Ricko.

"Mana mungkin aku berbohong Mas?!" jawab Ani sealami mungkin.

Ricko mengamati raut wajah Ani dan tidak menemukan kebohongan di dalam ekspresi wanita itu.

Ricko tersenyum lalu kembali melanjutkan aksinya.

"Ahh" pekik Ani saat Ricko menggigit lehernya.

"Pelan-pelan sayang! Kalau Intan dengar kita tamat!" tegur Ricko.

"Kamu nakal sih!" sahut Ani.

"Hahaha" Ricko tertawa dan Ani juga ikut tertawa.

"Ayo Mas lanjutkan!" pinta Ani. "Aku sudah kangen tahu sama si kecil kamu!"

"Memangnya kamu sudah siap?!"

"Sudah!" angguk Ani. "Ayo Mas! Masukin saja cepat!" seru Ani tidak sabaran.

"Sebentar ya! Mas pakai k*ndom dulu!"

Ani kesal melihat Ricko lagi-lagi menggunakan pengaman. "Mas kenapa sih pakai pengaman terus?!" tanya Ani sebal.

"Sudah kebiasaan sayang! Intan kan tidak cocok tubuhnya kalau KB jadi Mas yang mengalah!"

"Ya sudahlah terserah!" Ani memilih mengakhiri pembahasan itu karena nama Intan disebut-sebut. Ani paling benci mendengar nama Intan. "Ayo Mas cepet masukin saja!" pinta Ani tidak sabaran.

Ricko mengangguk patuh.

***

Keesokan harinya, Ricko sudah berangkat kerja. Dinda dan Ilham sudah berangkat sekolah. Hanya Intan saja yang masih berada di rumah ini karena sedang bersiap-siap untuk dinas keluar kota kembali.

Di ruangan dapur Ani sedang membuat kopi pesanan Intan karena pagi ini Intan merasa sangat ngantuk sekali.

Ani dengan ogah-ogahan membuatkan kopi untuk Intan. "Males banget sumpah buatin kopi buat si Nenek lampir!" gumam Ani. "Harusnya yang buat kopi tuh Bi Ijah, eh dia malah tidak masuk hari ini!" keluh Ani.

Ani mel*dahi kopi yang akan disajikan kepada Intan. "Minum tuh l*dahku!" tawa Ani sinis.

Ani mengantarkan kopi untuk Intan ke ruang tengah karena Intan sudah selesai merapikan semua keperluannya dan saat ini sedang duduk senderan di kursi sofa itu.

"Silakan diminum Bu!" senyum Ani manis sekali saat menyajikan kopi itu kehadapan Intan.

"Makasih ya An!"

"Iya sama-sama Bu!"

Ani berlalu dari ruang tengah itu dan Intan belum ada niatan untuk meminum kopi buatan Ani.

Intan kini mengeluarkan kotak cincin yang telah diberikan oleh laki-laki keras kepala itu yang terus-menerus mengejar-ngejar Intan meski Intan sudah berkeluarga.

Tangan kanan Intan memegangi kotak cincin itu sedangkan tangan kirinya mulai dia ulurkan untuk mengambil cangkir kopi yang telah Ani l*dahi.

Cangkir kopi itu terangkat dan mulai di dekatkan ke arah mulut Intan.

***