webnovel

Terpaksa Menjadi Gigolo

⚠ Cerita berisi adegan +21, dimohon untuk pengertiannya. Hanya dibaca untuk orang dewasa, anak-anak dan remaja dilarang membaca cerita ini ⚠ Berawal dari ketidaksengajaan seorang lelaki bernama Reyhan Adinata memecahkan barang antik milik seorang Bos Mafia di Ibu Kota. Dia harus mengganti rugi atas hancurnya barang antik tersebut. Waktu yang di berikan oleh Bos Mafia itu hanyalah 3 bulan, jika tidak bisa membayarnya maka Reyhan Adinata akan mati. Keterpurukan dari keluarganya di kampung dan paksaan dari keluarga pacarnya untuk segera menikah atau akan di nikahi oleh orang lain menimpa pemuda miskin itu. Harta, Tahta dan Wanita serta Kematian. Tiga hal ini yang menyerang hidup Reyhan Adinata secara bersamaan. Solusi apakah yang akan di dapatkan oleh Reyhan, mencuri, merampok atau membunuh?

Muhammad_Ridho_9888 · Urban
Not enough ratings
7 Chs

Bab 1

Reyhan Adinata, itulah nama terindah yang di berikan kedua orang tuanya. Seorang abang dari 3 adik-adiknya—Siti Munawaroh,Hendra Adinata dan Nurul Hikmah—yang masing-masing mempunyai watak berbeda-beda. Menganggur selama 1 tahun, karena susahnya mencari kerja di kampungnya.

Ayahnya bernama Saifullah Adinata, seorang pekerja buruh serabutan, yang banting tulang tiap hari, demi menghidupi keluarga nya.

"Pul!!" teriak Pak Samsul pemilik tempat jagal hewan.

"Iyaa!!"

"Itu tulang sapi tolong potong jadi beberapa bagian!"

"Oke Pak Bos," ucapnya membanting tulang sapi itu dan memotong menjadi beberapa bagian.

Maimunah adalah nama dari mamak Reyhan sekaligus istri pak Saifullah, dia menjadi seorang mamak rumah tangga dengan hobi menonton sinetron khas Indonesia, termasuk sinetron azab dan percintaan dengan judul yang menyeleweng.

"Hari ini judul sinetron apalagi ya," ucapnya menghidupkan TV.

"Wah mantap ini mah, judulnya istriku adalah anak dari mantan mertuaku dari istri pertamaku." lalu dia memanggil anaknya, "Hendra! tolong ambilkan kue semprong di dapur!"

Hendra—anak ke tiga dan berumur 13 tahun—mengambilkan pesanan Emaknya. "Nih, Mak. Semprongnya."

"Astaghfirullah bukan lampu semprong, tapi kue semprong. Emak mau makan cemilan untuk nonton sinetron."

"Oh, Emak mau makan kue semprong."

"Iya anak Emak yang ganteng."

"Ada tuh di dapur, Mak," ucap Hendra.

"Iya ... Mamak tau, tolong ambilkan ya kue semprongnya."

"Sekarang atau nanti, Mak?"

"Sekarang!!"

Belum sampai ke dapur, Hendra kembali menanyakan emaknya.

"Mak, tadi minta kue semprong atau lampu semprong?"

"Astaghfirullah, gini amat punya anak yang TELMI. Udah, biar emak yang ambil."

"Mak, mau ambil apa?"

"Ambil sapu untuk mukul kamu!" ucap emaknya kesal.

"Loh, tadi katanya mau ambil kue semprong. Mamak kok gak jelas gitu," kata Hendra tertawa.

Tanpa menjawab pertanyaan dari anaknya, dia mengambil sendiri kue semprong itu di dapur dan melanjutkan menonton film sinetron itu.

"Itu istrimu selingkuh di belakang, lihat di belakang bego. Ih bodoh amat jadi suami," gerutu si emak.

Ya begitulah kegiatan emaknya Reyhan sehari-hari.

Adiknya yang lain bernama Siti Munawaroh—anak kedua berumur 16 tahun—yang selalu membantu Emak membersihkan rumah, namun selalu di kotori oleh Nurul Hikmah—Anak terakhir berumur 8 tahun—yang selalu pecicilan keluar masuk rumah.

"Aduh, Nurul ..., Kakak sudah menyapu nih, kenapa kamu kotori lagi."

"Maafin Nurul, Kak," ucapnya memohon maaf namun tetap di ulanginya.

Awalnya perekonomian keluarga ini lumayan stabil, karena pendapatan ayah mereka cukup untuk makan sehari-hari dan biaya lainnya. Namun seketika semuanya mulai hancur ketika sang ayah mengalami kecelakaan dan meninggal di tempat saat mau pulang kerja.

Karena biaya hidup menjadi berkurang, Reyhan terpaksa harus merantau ke ibu kota, untuk mencari kerja dan menghidupi ibu beserta adik-adiknya, ditambah lagi permintaan pacarnya yang ingin segera di nikahkan.

...

Atas bantuan dari orang yang dia kenal—pak Sutejo—ketika sampai di ibu kota. Akhirnya dia mendapatkan pekerjaan menjadi kurir pengantar paket di salah satu perusahaan pengiriman barang yang terkemuka. Setelah satu bulan hidup dan bekerja di ibu kota, akhirnya dia mendapatkan gaji pertamanya.

"Alhamdulillah, dengan gaji segini, aku bisa membantu keluarga di kampung," ucap Reyhan.

Tanpa menunggu lama, dia langsung mengirim uang 1 juta lewat kantor pos, karena keluarganya di kampung tidak mempunyai kartu ATM.

"Assalamu'alaikum, Mak," ucap salam Reyhan ketika menelpon emaknya.

"Waalaikumsalam, gimana, kamu sudah gajian, Nak?"

"Alhamdulillah sudah mak, sudah aku kirim uang 1 juta. Nanti emak ambil ya di kantor pos."

"Makasih ya, Nak. Jaga diri di sana baik-baik, makan yang teratur dan berhemat lah."

"Iya, Mak. Aku akan jaga diri baik-baik, udah ya, Mak. Aku mau pergi."

"Iya, hati-hati ya. Assalamu'alaikum."

"Waalaikumsalam."

Tanpa di sadari, air mata itu menjatuhkan diri dari pelupuk mata Reyhan. Air mata kebahagiaan, karena telah berhasil membantu perekonomian keluarganya di kampung.

Reyhan selalu melakukan yang terbaik ketika bekerja, semua paket yang dia antar dalam keadaan baik dan membuat para pelanggan menjadi senang. Hari itu entah mengapa, paketan yang harus dia antar sangat banyak dan jarak yang jauh. Membuat badannya menjadi letih dan sakit-sakitan.

"Reyhan, ini paket terakhir yang harus kamu antar," ucap admin kantor.

"Ngantar lagi, Buk?"

"Iya, ini kamu antar."

"Emang yang lain kemana, Buk?"

"Yang lain ada, namun ini paket khusus kamu. Karena kamu orangnya yang paling banyak mendapatkan penilaian yang bagus dari pelanggan."

"Baiklah, Buk. Akan saya antar."

Dengan wajah lesu dia mengambil paket itu dan memasuki ke dalam box yang terpasang di motor—milik perusahaan—nya.

Sebelum berangkat, dia memastikan terlebih dahulu semuanya dalam keadaan aman, agar paket itu tidak rusak ketika sudah sampai di tangan pelanggan.

...

Sesampainya di tempat tujuan yang sesuai dengan alamat, membuat Reyhan berdecak kagum karena melihat rumah pemilik paket itu. Rumah yang mewah layaknya istana, 3 mobil mewah terparkir di halaman rumah itu.

"Permisi paket," ucapnya dengan mengetok pagar.

Pintu pagar terbuka sendirinya, membuat Reyhan terkejut dan kagum melihat. Karena baru pertama kali dia melihat pagar yang terbuka secara otomatis.Tanpa pikir panjang, Reyhan langsung masuk dan menuju pos satpam.

"Permisi, Pak."

"Iya, ada apa?"

"Mau ngantar paket, Pak."

"Coba sini saya cek terlebih dahulu." Dengan tatapan yang garang, satpam itu mencoba menakuti Reyhan.

"I--ini, Pak."

Paket itu langsung di cek oleh satpam secara detail. "Oke, paket ini aman. Silahkan kamu masuk aja ke dalam, tunggu aja di ruang tamu. Nanti Pak Baron akan menemui kamu."

"Terima kasih, Pak."

Sambil melihat keliling area rumah itu, Reyhan terus berdecak kagum melihat pemandangan dengan taman yang indah.

"Permisi, Paket," ucapnya ketika mengetok pintu.

Seorang pembantu membuka pintu, dan menyuruh Reyhan untuk duduk di ruang tamu.

"Mohon tunggu sebentar, saya panggilkan dulu pak Baronnya."

"Iya, Buk."

Karena lama menunggu, membuat dia merasa bosan dan jenuh. Akhirnya dia putuskan untuk melihat-lihat barang-barang antik berupa guci guci tinggi dan besar,yang terpajang di ruang tamu.

Ukiran indah yang terdapat di guci itu, membuat Reyhan ingin menyentuhnya.

Namun sebelum menyentuh, dia di kagetkan oleh kedatangan Pak Baron.

"Mana paket untuk saya?!" tanyanya dengan suara yang meninggi. Membuat Reyhan terkejut sampai dia tidak sengaja menyenggol guci mahal itu sampai terjatuh dan pecah. Bukan hanya 1 guci, melainkan 10 guci mahal itu pecah semua, karena saling bertubrukan.

"APA YANG KAU LAKUKANN!!"