1 BAB 1. Abel

Abel baru saja pulang kuliah. Baru saja akan mendaftar kuliah. Di jalan pulang dia tak sengaja bertemu dengan seorang anak kecil. Anak kecil perempuan yang memakasi seragam sekolah kelas satu tingkat dasar. Dia celingukan ke kanan dan kiri, melihat apa kah ada mobil atau motor yang lalu lalang atau tidak.

Dia bersiap menyebrang, tapi ketika akan menyebrang. Sebuah motor melajut kencang kearah anak itu.

"ADEKK!!!!"

Abel yang dari jauh langsung berlari sekencangnya. Abel menarik anak itu dari tengah jalan. Mereka jaruh dipinggir jalanan bersamaan.

"Adek gak apa-apa?" tanya abel memeriksa kondisi anak itu. Tapi anak itu hanya menangis.

"Mama," dia menangis histeris. Abel tak tau harud apa, dia hanya bisa memeluk anak itu.

"Mama adek dimana? Papa dimana? Adek gak dijemput pulangnya?" tanya Abel kepada anak kecil itu.

Namanya Alice, usia tujuh tahun. Mamanya sudah meninggal saat dia melahirkan Alice. Papanya sibuk dengan pekerjaan di perusahaannya.

"Mama," dia tak menjawab pertama Abel. Dia hanya memeluk Abel dengan erat.

"Kakak temenin sampai adek di jemput ya?" tanya Abel yang diangguki oleh Alice. Tapi Alice tak mau melepaskan pelukannya kepada Abel.

"Alice?" Abel membaca name tag yang ada di seragam Alice. Dia memeluknya erat dan mengajaknya ke pinggir jalan. Ke taman sebrang, duduk bersama di sebuah ayunan. Abel hanya menyunkan ayunannya sesekali untuk menghibur alice. Tak terlalu kuat.

"Alice mau ice cream?" tanya abel kepada alice.

Ada tukang ice cream yang lewat. Alice mengangguk. Abel menurunkan alice dari ayunan dan mengajak alice ke penjual ice creamnya. Abel memanggil penjual ice cream yang ada di sebrang jalan.

"Pak, beli ice creamnya pak," abel melambaikan tangannya kepada penjual ice cream itu. Penjual ice cream itu pun mendekat ke tempat Abel dan Alice.

"Alice mau beli ice cream rasa apa sayang?" tanya abel menunjuk beberapa gambar yang ada gerobak ice creamnya.

"Alice mau lihat," pinta alice tanpa takutnya kepada abel. Abel pun mencoba menggendong alice, berat. Tapi bisa.

Alice melihat kedalam gerobak ice creamnya. Dia mengambil satu cup ice cream coklat. Abel pun mengambil yang strawberry.

"Ini pak," abel membayarkan uangnya kepada sang penjual.

"Makasih non cantik. Mamanya cantik ya," kata penjual ice cream itu, mengira kalau abel mamanya. Abel ingin protes, tapi penjualnya keburu pergi.

Alice sudah lama ingin punya mama, seperti hari ini. Wanita yang baru dia kenal juga baik, nanti kalau sampai di rumah dan bertemu papa atau neneknya, dia akan meminta mama dari mereka. Abel dan alice kembali duduk di taman, menikmati ice cream bersama, sampai ice creamnya hampir habis.

"Kok gak ada yang jemput kamu sih sayang?" tanya abel pada alice. Alice hanya menggeleng. Kalau pun tidak di jemput, tidak apa-apa. Alice senang bersama abel.

Tak lama sebuah mobil berhenti di sebrang jalan, didepan sekolah alice. Dari dalam mobil keluar seorang perempuan berpakaian pengasuh. Dia pengasuh alice. Dia celingukan mencari alice, sekolahnya sudah sepi. Dimana nona kecilnya itu, bos kecilnya itu.

"Nin alice," sampai dia melihat ke sebrang jalan. Dia melambaikan tangan kepada alice yang sedang main di taman.

"Mbak," alice yang melihat pengasuhnya sudah datang menjemput berteriak girang. Dia berdiri dan ikut melambaikan tangan kepada sang pengasuh.

"Nah itu pengasuh kamu ya?" abel ikut senang yang jemput alice sudah datang.

Pengasuh alice menghampiri alice dan bertemu dengan abel. Abel menceritakan semuanya. Dia berterimakasih sudah menjaga alicenya karena tadi mobilnya mogok dan harus panggil montir sebentar.

"Ya sudah mbak saya permisi ya," pamit abel kepada alice dan pengasuhnya. Abel mengusap kepala alice dengan lembut sebelum dia pergi. Alice sedig melihat abel pergi.

Abel menelfon ojek. Dia pergi naik ojek sementara alice masuk ke mobilnya bersama pengasuhnya. Sepanjang pulang alice merasa sedih. Dia tak banyak cerita ke pengasuhnya.

Sesampainya di rumah alice langsung turun dari mobil dan lari masuk ke rumah. Pengasuh alice sudah memberitahu kalau alice tidak boleh lari, takut jatuh. Tapu alice tak mendengarkannya.

Neneknya sedang di dapur, sedang membuat kue. Mamanya kenan. Tiba-tiba saja abel memeluknya erat dari belakang, memeluk pinggang neneknya.

"Nenek, alice mau mama. Mau mama," alice menangis tiba-tiba, "mau mama kayak temen-temen alice. Di jemput, makan ice cream sama mama, main ayunan sama mama," alice tak berhenti menangis.

"Mama?" neneknya bingung. Tiba-tiba alice pulang dari sekolah dan meminta mama, menangis keras lagi. "Sayang, kenapa? Ada apa di sekolah?" neneknta menyudahi apa yang sedang dia lakukan. Dia mengusap tangannya yang kotor dengan lap lalu berbalik melihat cucu satu-satunya itu. Cucunya yang sangat manis dan menggemaskan.

Neneknya menunduk, berlutut menyamakan tingginya dengan alice. Menangkup wajah alice yang sudah dibasahi air mata. "Kenapa?" neneknya mengusap air mata alice.

"Mau mama nenek, mama," alice merengek pada neneknya.

"Iya nanti ya, kita cari mama buat alice," neneknya menggendong alice ke kamar atas.

Menggantikan pakaian sekolah alice dan mencoba menenangkannya. Biasanya alice tidur siang setelah pulang sekolah, tapi ini alice tidak mau.

"Nenek, telfon papa. Bilang ke papa mau mama sekarang?" pinta alice merengek pada neneknya. Sampai tak mau makan dan minum.

"Iya nenek telfon ya."

Neneknya tak punya pilihan lain. Dia terpaksa menelfon kenan. Kenan sedang ada di kantor. Sedang meeting dengan kliennya. Tapi ponselnya bergetar. Kenan tak pernah mematikan ponselnya, kecuali mengganti mode ponselnya menjadi getar. Dia takut kalau mamanya tiba-tiba butuh dan itu mengenail alice. Untuk alice kenan bisa meninggalkan semuanya dan ketika kenan lihat, ponselnya berdering. Ternyata benar kalau telfonnya dari sang mama.

"Sebentar, saya mau angkat telfon. Maaf," kata kenan pada para anak buahnya. Dia mengambil ponselnya dan mengangkatnya diluar.

"Halo ma, ada apa?" tanya kenan lewat telfon.

"Ken, pulang deh. Alice tiba-tiba pulang nangis. Sampai sekarang dia gak berhenti nangis, katanya dia mau minta mama sekarang masak? Gak mau makan sama minum, gimana dong?"

"Hah, gimana bisa minta mama sekarang juga ma. Kasih telfonnya ke alice ma," pinta kenan pada sang mama.

Mama kenan pun memberikan ponselnya kepada alice, baru saja kenan mau menjelaskan, kenan sudah kena bentak alice, "pokoknya papa harus pulang. Ketemu alice dan bawa mama buat alice," alice mematikan ponselnya.

Kenan makin tak habis pikir dengan apa yang anaknya minta. Kenan sudah menjelaskan berulang kali. Sejak satu tahun yang lalu, mamanya sudah meninggal. Tak bisa bersama alice.

Kenan tak bisa menikah permintaan alice, terlebih anaknya itu tak mau makan.

avataravatar
Next chapter