webnovel

Persiapan Pesta (2) ⭐

Novel ini hanya ada di aplikasi WebNovel kalau ada di aplikasi lain berarti dibajak

Saya kasih catatan karena udah banyaknya kasus novel dibajak, dan saya kena, ga dapet royalti

Jadi bagi pembaca belum tahu apa itu aplikasi WebNovel, kalian bisa download aplikasi bertuliskan WebNovel di playstore

Di WebNovel koinnya lebih murah dan ada voucher baca gratis sampai 3 loh

Terima kasih,

Nona_ge

***

Faye menahan napasnya berusaha untuk tidak mendesah merasakan tangan Denis yang bebas menyentuh menggoda di mulai dari pinggangnya lalu atas, mengulangi beberapa kali.

"Sudah," kata Denis pelan.

"Oh ...," Faye mengembuskan napas lega penderitaan ini berakhir, namun Denis belum mau melepas pelukan bahkan tangan nakal itu masih bergerak menggoda.

"Kau sungguh punya punggung yang indah, sayang~" Denis memuji sambil menyingkirkan rambut panjang Faye ke bahu.

Faye menutup mulutnya mencoba menahan desahan ketika Denis memberikan kecupan di punggung, menelusuri tulang belakangnya dengan bibir panas itu.

God ....

Kenapa bibir Denis begitu memabukan?

Kenapa juga Faye masih begitu sensitif akan sentuhan Denis?

Ini bukan pertama kalinya, namun Faye ....

Denis berhenti menyentuh Faye yang membuat tubuh wanita bersandar pada dadanya lemah seakan semua tenaga terhisap oleh sentuhannya tadi.

Faye menatap Denis sayu.

Denis begitu menyebalkan, menggodanya lalu berhenti ketika sukses membangkitkan gairah untuk pria itu.

Faye merasa kalah ketika melihat seringai samar di bibir merah muda Denis, dan kenapa juga begitu menggoda di matanya?

Itu sebuah kekalahan, Faye!

Denis tampak jelas melihat ekspresi frustrasi di wajah Faye sedikit membenarkan posisinya lalu mengikis jarak wajah mereka, mengklaim bibir berlipstik merah penuh gairah.

Faye melingkarkan tangan di leher Denis terlebih dahulu baru membalas penuh gairah juga.

Drrt! Drrt! Drrt!

Ponsel Denis bergetar di saku celananya, menyadarkan Faye dari ciuman memabukkan mereka, mencoba mengakhiri, namun tidak diijinkan Denis yang terus menyatukan bibir mereka lagi enggan mengangkat ponselnya bahkan memegang wajah wanita itu meminta untuk tak memperdulikan.

Dering ponsel itu akhirnya berhenti.

Faye mencoba fokus lagi, bermain lidah enggan mengalah, sayangnya gagal sebab ponsel Denis tak lama berbunyi kembali.

Drrt! Drrt! Drrt!

Akhirnya Denis menyerah juga, mengakhiri ciuman mereka, berdecak kesal mengambil ponsel di sakunya. Ia kesulitan karena Faye masih berada di pahanya, "Sayang~? Kau mau terus berada di atas ku? Mau melanjutkan ini~?"

Pipi Faye seketika memanas, dan cepat-cepat menyingkir dari paha Denis untuk berdiri.

Denis juga ikut berdiri setelah melihat layar di ponselnya, "Aku segera kembali, sayang~"

Faye mengangguk, yang kemudian Denis pun pergi keluar untuk mengangkat telepon. Ia penasaran siapa yang menelepon sampai tak mau berbagi dengannya.

Pasti telepon penting.

Faye ragu sesaat.

Haruskah ia menguping? Ini bukan kebiasaannya, namun penasaran sekali ingin tahu dan yakin bukan dirinya saja yang penasaran.

Faye mengendap-endap berjalan keluar, untunglah pintu kamarnya tidak ditutup oleh Denis lebih memudahkan tak menimbulkan suara, mencoba mencari arah suara kuat Denis berasal dan mendapatkannya ketika di depan kamar pria itu.

Beruntungnya pintu kamar Denis terbuka sedikit hingga bisa mendengar percakapan pria itu sayup-sayup.

"Apa? Kau belum menemukan alamatnya? Aku membayarmu besar bukan untuk dengar laporan omong kosong," kata Denis penuh amarah.

Faye terkejut.

Alamat?

"Dengar, aku tahu ini sulit, aku juga merasakannya selama kuliah di sini mencari juga," kata Denis lebih tenang dari tadi.

Faye menutup mulutnya yang ternganga, tidak bisa berkata apa-apa.

Denis mencari alamat seseorang semenjak kuliah?

"Aku tidak mau tahu, cari dia, aku akan memberi mereka 'pelajaran' karena sudah meninggalkan aku," kata Denis dingin.

Faye syok mendengarnya.

Pelajaran? Maksudnya memukul? Kekerasan?

Faye tidak menyangka orang ramah seperti Denis pun bisa menyimpan dendam.

Menilai dari wajah atau kebiasaan belum tentu bisa memastikan perasaan orang akan bagaimana sepertinya.

Mungkin Faye harus mencari tahu juga.

"Baiklah, sampai nanti."

hidup denis mungkin lebih kelam dari keliatannya~

Kalian bisa cek novel saya 'Dendam Cinta' sambil nunggu novel ini up

Dukungan seperti komentar, batu daya & review sungguh berarti buat kemajuan novel saya ♥️

Terima kasih banyak ... ♥️♥️♥️

Nona_gecreators' thoughts
Next chapter