webnovel

Terharu

20 menit setelah Nindi dan Rangga mempersiapkan acara ulang tahunnya Arin. Akhirnya Ibu Arin memberi kabar kepada Nindi via whatsapp bahwa mereka sebentar lagi akan sampai ke café yang sudah dikirim lokasinya itu. Nindi dan Rangga pun bergegas sembunyi agar tidak terlihat oleh Arin. Beberapa saat setelah Ibu nya Arin mengabari Nindi, akhirnya mereka pun sampai.

"Kita ngapain kesini Bun,"ucap Arin sangat heran. Secara tempat yang di datangi nya itu adalah café elite yang sangat bagus, Bahkan dia sama sekali belum pernah masuk ke café itu. Karena dia tau makanan di dalam nya sangat mahal. Arin dan Nindi biasanya kalau pergi makan hanya di tempat sederhana yang sesuai dengan isi kantong mereka.

"Ayoo Nak. Kita masuk ke dalam,"ajak Ibu Arin sambil tersenyum.

"Bunda yakin mau ngajak Arin kesini?,"tanya Arin memastikan.

"Iya sayaang. Ayooo cepat masuk,"ajak Ibu Arin sambil menarik pelan tangan nya.

"Hmmm. I-iyaa Buun,"Arin melangkah ke pintu utama café sambil melihat-lihat kagum isi café tersebut, Karena café chastury ini salah satu café terbaik dan termahal di jakarta.

Setelah 10 menit berjalan menuju ruang acara yang sudah di beritahu Nindi, Akhirnya mereka sampai.

"Kok gelap begini Bun?," tanya Arin sangat Bingung.

Ibu Arin hanya tersenyum karena dia tau pasti ini salah satu rencana Nindi dan Rangga untuk mematikan lampu ruangan agar tak terlihat isi ruangan yang udah di dekorasi sedemikian rupa untuk acara ulang tahun nya Arin.

1, 2, 3, SURPRIIISEEEE !!,"ucap Nindi dan Rangga serempak.

"Yaampuuun. Apa-apaan iniii,"ucap Arin sangat terkejut.

"Selamat ulang tahuun Ariin ku yang cantiiik,"ucap Nindi sambil memberi buket uang kertas dan langsung memeluk sahabat nya itu .

"Yaampuun Niin, Makasi banyak yaa,"sambil memeluk Nindi erat.

"Selamat ulang tahun ya sayaang. Ucap Ibu Arin yang juga tersenyum haru lalu memeluk putri kesayangan nya itu.

"Makasii banyak ya Buun,"ucap Arin menangis haru.

"Happy birthday Riin,"ucap Rangga juga sembari tersenyum hangat sambil memberi kue mini yang sangat mewah tapi terkesan sederhana untuk Arin.

"Ranggaa. Makasi banyak yaaa,"Arin tersenyum sembari mengambil kue yang diberikan Rangga.

"Hmmmm. Iyaa Ariin setya Ningsiih. Semoga apa yang kamu inginkan segera tercapai yaa. Dan semogaa kamu sehat dan bahagia teruus,"ucap Rangga sambil mengusap lembut kepala Arin.

"Hmmmm. Aaamiin,"ucap Ibu dan Nindi serempak sembari tersenyum hangat.

"Makasiii banyak ya semua nyaa,"ucap Arin menangis haru."Makasi banyak kalian udah repot-repot buat ini semua untuk akuu."

"Hmmm.Udah-udaa gak usah makasi teruus. Ayo cepat tiup lilin nya duluu,"ucap Rangga sambil mengusap lembut air mata Arin.

"Hmmm, Huuuufhhh,"Arin meniup lilin, Menatap Rangga hangat. Lalu meletakkan kue dan memeluk Rangga.

Rangga pun spontan kaget campur senang, Dia sangat gugup karena disitu ada Ibu Arin dan juga Nindi. Arin memeluk Rangga karena dia merasa bersalah tidak menepati janji nya untuk menemani Rangga selesai operasi. Sekaligus dia bersyukur melihat Rangga sudah baik-baik saja pasca dia kecelakaan kemarin. Bagi nya, Kecelakaan Rangga membuat nya trauma atas meninggal nya Fikry yang juga meninggal karena kecelakaan. Dia takut kalau Rangga juga meninggalkan nya untuk selama-lama nya seperti yang di lakukan Fikry kepadanya.

"Hmmmm. Syukurlah kamu baik-baik aja sekarang Ngga,"ucap Arin lega sembari melepaskan pelukannya.

"Hmmmm. Iyaa Ariin. Aku udah gak apa-apa kok. Kamu gak usah khawatir lagi ya."

"Udah dong sedih-sedihan nyaa. Inikan hari bahagianya Ariin. Kok malah nangis-nangisan ginii siih,"ucap Nindi menyudahi.

"Hmmm. Yauda Niin, Biarin aja mereka dulu mencurahkan perasaan mereka,"ucap Ibu nya Arin pengertian.

"Mmm ma'af ya Buun. Arin sangat takut sama keadaan Rangga semenjak dia kecelakaan kemarin,"ucap Arin meminta ma'af.

"Gak apa-apa sayaang. Bunda paham sama perasaan kamuu,"ucap Ibunya sembari mengusap hangat kepala putri nya itu.

"Yaudaa, Ayo kita potong kue nya dulu,"ucap Nindi sambil mengarahkan Arin kehadapan kue tart yang mewah bertingkat itu.

"Yampuunnn Niin. Besar sekali kue nyaa!! ,"ucap Arin terkagum.

" Hmmmm. Iyaa, Rangga yang milihin kue nya buat kamu,"ucap Nindi sambil menatap Rangga.

"Yaampuunn Nggaa, Kamu kok repot-repot gini sih. Aku jadi merasa gak pantes niup lilin sebagus inii."

"Kamu gak boleh ngomong gitu Riin. Itu rezeki kamuu, Sekaligus ucapan terimakasi aku untuk mu karena udah mau ngurusin aku selama di rumah sakit."

"Hmmmm. Aku ikhlas ngelakuin itu buat kamu Ngga, Kamu gak perlu balas apapun untuk itu."

"Udaaah, Gak apa-apaa Riin. Sekarang kamu tiup ya lilin nya,"ucap Rangga lembut.

"Hmmmmm. Iyaa Ngga," sambil tersenyum malu.

Baru saja Arin ingin meniup lilin, Nindi mengatakan.

"Eeeitss, Jangan lupa berdo'a dulu dong. Make a wish duluu baru tiup lilin,"ucap Nindi Memotong percakapan.

"Hmmm. Iya nak, Kamu harus berdo'a untuk hidup mu. Jangan lupa bersyukur udah dipertemukan sama orang-orang yang baik sama kamu yaa,"sahut Ibunya menambahkan.

"Hmmmmmh. Iyaa Bun, Iya Nin,...,"Arin pun berdo'a.

"Kalau udah selesai. Kamu tiup lilin nya yaa,"ucap Rangga sambil menatap Arin.

"Huuufffhhh,"Arin meniup lilin.

"Yeeayyyy," sorak Nindi, Ibu Arin, Dan juga Rangga.

Arin pun memotong kue bolu dan memberikan suapan pertama kepada Ibunya.

"Ini Buat Bundaa,"ucap Arin menyupin Ibu nya.

"Hmmmm. Makasi ya sayaang,"ucap ibunya sembari memeluk.

"Gantian Bunda yang suapin Arin dong,"sahut Nindi.

"Hmmm. Iya sini nak,"ucap Ibu Arin. Sekali lagi selamat ulang tahun ya sayaang," Ibunya Arin gantian menyuapi sambil mengecup kening putri kesayangan nya itu.

"Sekarang kamu Ngga, Ayo suapin Arin,"ucap Nindi sambil menyenggol tangan kiri Rangga.

"Kamu aja duluan Niin. Kan kamu sahabat nya Arin,"ucap Rangga sedikit malu.

"Udah gak apa-apa, Kamu aja dulu. Abis itu aku nyusul."

"Hmmm, Pengertian banget sih kamu ini. Hahaha,"Rangga tertawa renyah.

"Iyaa dong. Yaudah buruaan!!,"ucap Nindi .

Rangga pun menyuapin Arin dan menatap nya dengan penuh rasa senang dan bahagia.

" Selamat Ulang tahun ya Cantikk,"ucap Rangga sambil tersenyuum.

"Hmmmm. Makasii ya Rangga,"ucap Arin tersipu malu.

Dia cantik sekali kalau lagi senyum malu-malu begini. Sebelumnya kalau bicara sama ku walaupun pakai kata manis jawaban dia selalu jutek,"ucap Rangga dalam hati.

"I-Iya Riin. Sama-samaa. Semoga kamu kedepan nya bahagia terus yaa,"ucap Rangga penuh harap." Dan semoga aja bahagia kamu itu selama nya sama aku,"ucapnya lagi dalam hati.

"Ayo kita foto bareng,"ucap Nindi menyudahi.

"Ayook!!,"ucap Arin bersemangat.

"Bentar yaa. Bunda mau ke toilet dulu."

"Iyaa buun,"sahut Arin.

"Mumpung Bunda ke toilet, Kamu foto in kami berdua dulu ya Rin,"ucap Rangga mencuri kesempatan.

"Nggakk-enggakk!, Enak aja kamu mau foto sama Arin ku,"ucap Nindi jutek.

"Pliiish Niin, Aku malu kalau foto berdua sama Arin ada Bunda,"pinta Rangga sambil memohon.

"Hmmm. Yauda deh. Sinii buruuaan!,"ucap Nindi sedikit kesal.1, 2, 3, Senyuuumm,"ucap Nindi memotret Arin dan Rangga. Dilihat nya Tangan Rangga memegang bahu Arin.

"Dasar kamu ya Nggaa. Berani banget kamu pegang-pegang bahu sahabat aku,"ucap Nindi sambil memukul pelan tangan kanan Rangga.

"Hehehe. Ma'af Niiin. Kapan lagi aku bisa foto berdua sama nyonya Arin yang cantik ini,"ucap Rangga merayu.

"Hmmmm. Bisa aja kamu Ngga,"ucap Arin tersenyum malu.