webnovel

Khawatir

Keesokan harinya Arin bergegas untuk bangun dari tempat tidur nya dan bersiap-siap untuk pergi kerumah sakit. Tetapi hari ini di sekolah belum libur dan dia pun bingung harus ijin kepada kepala sekolah terlebih dahulu untuk mengambil cuti. Sementara Nindi juga lebih bingung, Karena dia tau tidak di perboleh kalau ijin berbarengan tidak masuk sekolah. Terdengar dari meja kamar Nindi suara handphone nya berdering. Ternyata Arin terlebih dahulu menelpon nya.

"Hallo,Gimana Rin. Kamu udah ijin belum sama pak kepsek buat cuti?."

"Nah itu dia yang lagi aku bingungkan sekarang Nin."

"Iyakaan.Mana boleh kita ambil cuti bareng sama pak kepsek."

"Sebenarnya aku yakin pak kepsek mau ngasih kita ijin Nin. Karena kan kita belum ada cuti untuk bulan ini. Cuman kan hari ini anak-anak masih ujian, Jadi mungkin kita gak di kasih ambil cuti bareng."

"Itu makanya Riin. Aku gitu juga tadi mikirnya."

"Jadi gimana yaa.Apa sehabis pulang mengajar aja ya kita jenguk Rangga?."

"Hmmm.Sebaiknya sih iya Rin, Lagi pula inikan hari sabtu. Besok minggu sudah libur, Masa iya kita ambil cuti."

"Bener juga sih Nin,Tapi aku bener-bener pengen cepat kerumah sakit nge liat Rangga,"ucap Arin cemas.

"Yaudaa Riin. Kamu sabar dulu yaa. Habis pulang mengajar kita langsung jengukin Rangga,"ucap Nindi menenangkan.

"Hmmmm.Yauda deh.Samapai ketemu di sekolah yaa."

"Iyaa..Kamu hati-hati jangan bengong dijalan. Kamu kan kalau ada fikiran gitu suka banget melamun. Bahaya tauuu naik motor sambil melamuunn,"ucap Nindi mengingatkan.

"Iyaa iiyaa.Gak kok."sahut Arin.

Setelah beberapa saat mereka berbincang via telepon, Kemudian mereka pun memutuskan berangkat masing-masing menuju sekolah. Sesampainya di sekolah ia melihat ada salah satu anak didik nya yang merengkuh kesakitan sambil memegang perut, Sepertinya dia sedang sakit perut. Arin pun dengan segera menemuinya.

"Kamu kenapa kok megangin perut gitu?"tanya Arin.

"Ini Bu, Perut saya sakiit bangeet. Kayaknya sakit magh saya kumat lagi ini."

"Yaampuun. Kok bisa kumat lagi emangnya kamu tadi gak sarapan dulu sebelum berangkat sekolah?."

"Enggak Buu. Soalnya tadi saya bangunnya kesiangan,Takut telat. Kan hari ini masih ujian."

"Yaampuun. Kok bisa kesiangan. Emang ibu kamu gak bangunin kamu?."

"Enggak Buu.Papa dan Mama saya udah berangkat kerjaa pagi-pagi sekali. Saya biasanya berangkat sama bibi,Tapi tadi bibi lagi sakit, Jadi saya berangkat sendiri kesekolah."

"Yaampuun. Kasihan sekalii, Yauda ayok sarapan duluu. Biar nanti Ibu yang ijin sama guru pengawas ujian kamu."

Arin bergegas membawa muridnya yang kesakitan itu ke kantin dan memberi nya obat sakit magh.Karena percuma fikir Arin percuma di bawa ke Ruang UKS sekolah minum obat. kalau muridnya makan. Setelah beberapa saat mereka makan dan minum obat.

"Makasih ya Buu. Ibu baik sekali mau perduli dengan ku."

"Hmmmm. Iyaa sama-samaa. Gimana perut kamu masih sakit?,"tanya Arin sambil mengusap kepala muridnya.

"Udah gak terlalu sakit kok Buu. Ini udah jauh lebih baik."ucapnya sambil tersenyum.

"Bagus deh kalau begituu.Yaudaa kamu langsung masuk ke kelas yaa."

"Iyaa Buu."

Setelah itu Arin pun memasuki kelas nya untuk mengawas ujian, Dia masuk ke kelas pada jam ke dua. Maka dari itu dia bisa sedikit lama masuk ke dalam ruang kelasnya.1 jam berlalu bel pulang sekolah sudah berbunyi, Ujian pun selesai. Murid-murid pun bergegas mengumpulkan kertas ujiannya lalu berpamitan untuk pulang. Arin juga bergagas menuju parkiran dan segera menemui Nindi. Ternyata Nindi lebih dahulu sampai ke parkiran sekolah.

"Ariin..Kamu baik-baik ajakaan?,"tanya Nindi khawatir.

"Iyaa Niin.Aku baik-baik aja kok.Yaudah ayok kita langsung berangkat kerumah sakit."

"Iyaa.yauda kamu boncengan samaku aja yaa,"ucap Nindi menawarkan.

"Iyaa Nin.Aku emang lagi kurang fit nih, Mungkin karna tadi malam susah tidur, Jadinya pusing kepala nya."

"Yaampuun Riin. Kamu ni ada-ada ajaa. Udah dibilangin jangan terlalu difikirkan pun,"ucap Nindi sedikit kesal.

"Aku juga udah berusaha Niin. Cuman emang gak bisaa, Tetap aja aku terus kefikiran."

"Yaudah ayok buruan pasang helm mu."

"Iyaa. Sabaar ni lagi di pakek kok."

40 menit berlalu mereka pun sampai di rumah sakit. Arin dengan terburu-buru masuk menuju Rumah sakit dan menemui receptionis rumah sakitnya.

"Mbak maaf, Pasien atas nama Rangga Arya Henanta dimana ya?."

"Sebentar ya Mbak. Saya cek dulu."

"Iyaa. Buruan ya Mbak."

"Pasien atas nama Rangga Arya Henanta ada di ruang VIP Nomor 5 Aksara ya Mbak."

"Oh iyaa mbak. Makasih yaa."

Arin dan Nindi pun segera menuju ruangan tersebut. Terlihat di depan kamar rumah sakit banyak teman-teman nya Rangga juga berkunjung. Nindi pun dengan cepat memanggil salah satu teman yang membertahu nya via telepon malam itu.

"Haii. Gimana keadaan nya Rangga?."

"Rangga dari semalam belum sadar kan diri."

"Apaaa!, Belum sadar kan dirii,"ucap Arin shok.

"Ariin. Kamu yang tenang yaa. Rangga pasti gak kenapa-kenapa kok,"ucap Nindi menenangkan sambil memeluknya.

"Gak kenapa-kenapa gimana Niin. Dia belum sadar kan diri dari semalam,"ucapnya sambil menangis.

"Yaampuun. Segitu parahnya ya dia jatuh sampai gak sadarkan diri begitu,"tanya Nindi pada salah satu temannya Rangga.

"Ya-yaa begitulah. Dia macam gak fokus gitu pas lagi balapan. Ntah apa yang lagi difikirkannya,"ucap teman Rangga.

"Orang tua nya udah tau kalau Rangga jatuh?."

"Belum.Udah kami coba hubungi tapi gak di angkat-angkat sama orang tua nya."

"Astagaa. Kasian kali si Rangga, Dia sakit parah dan belum sadarkan diri begitu orang tua nya belum tau."

"Niin. Ayo kita lihat Rangga ke dalam ruangan. Aku pengen liat dia langsung,"ucap Arin sambil mengusap air matanya.

"Kamu yakin sanggup liat keadaan nya Rangga?."

"Aku gak ada pilihan lain Riin. Aku harus yakin walaupun aku benar-benar takut gak sanggup ngeliat dia sakit begitu."

"Yaudaa. Kamu tarik nafas dulu yaa sebelum masuk ke ruangan."

"Huuufhhh. Iyaa Niin .Mudah-mudahan Rangga gak terlalu parah yaa,"ucap Arin sendu.

"Aamiin. Yaudaa ayok kita masuuk."

Belum saja masuk ke ruangan nya Rangga. Arin melihat di balik pintu kamar rumah sakit, Terlihat keadaan Rangga sangat memprihatinkan. Kakinya di perban, Tangan di perban, Dan kepalanya juga di perban. Arin semakin sedih. Tapi dia harus kuat demi bisa melihat Rangga ke dalam ruangan tersebut.

"Gimana Riin, Kamu sanggup masuk dengan keadaannya Rangga yang seperti itu?,"ucap Nindi dengan suara sendu.

"Ntaah laah Niin. Rasanya aku benar-benar sedih sekarang ngeliat kondisi dia kayak gitu."

"Kamu yang sabar ya Riin. Ayo kita coba masuk, Mudah-mudahan dengan kamu masuk ke dalam dan memberi Rangga semangat dia bisa cepat sadar."

"Hmmmm.Yauda Niin kamu temenin aku yaa."

"Iyaa Ayook aku bakala selalu nemenin kamu kok."

"Hmmmmh.Makasi yaa Niin,"sambil memeluk Nindi.

Akhirnya mereka pun memberanikan diri untuk masuk ke ruangan nya Rangga.

"Haii anak bandel,"ucap lembut Arin dan menatap wajah Rangga yang tergeletak tak berdaya.

Kamu kenapa bisa begini siih?,"ucap Arin kesal campur sedih. Kamu tau gak. Aku sangat khawatir sama kamuu, Kenapa kamu ngelakuin hal yang buat dirimu sendiri sakit sih. Kamu dari dulu emang gak pernah berubah yaa, Aku gak suka ngeliat kamu beginiii. Kamu harus cepat sadar. Ayoo banguun ganggu aku lagii, Aku kangen banget di gangguin sama kamu,"ucapnya sambil menangis dan memegang tangan Rangga.

Terlihat jari-jari Rangga bergerak perlahan.

"Ariin.. Riiinn. Ariiin,"ucap Rangga seketika sadar.

"Iyaaa Nggaaa. Ini Aku disini untuk mu, Ahkirnya kamu sadar juga Nggaa,"ucapnya sambil tersenyum tipis dan mengusap air mata.

"Syukurlaaaahh. Akhirnya Rangga sadar juga,"sahut Nindi.Aku keluar sebentar ya mau ngabarin temen-temen nya di luar, Pasti mereka lagi nungguin kabar Rangga juga,"ucap Nindi kepada Arin.

"Iyaa Niin. Aku disini dulu ya Nemenin Rangga."

"Ariiinnnn,"ucap Rangga dengan suara lirih.

"Iyaa Nggaa, Kamu udah sadar?,"ucap Arin lega.

"Hmmmm. Maafin aku gak ngabari kamu yaa."

"Udah gak apa-apaa Nggaa.Jangan difikirin duluu. Kamu jangan banyak gerak dulu yaa, Kamu harus banyak istirahat biar cepat pulih,"ucap Arin sambil mengelus rambut Rangga.