1 Kembali membawa luka

Tepat pada malam hari sekitar jam 10.00, Alma telah sampai di dipusat kota. Dengan perasaan berat hati, ia menginjakkan kakinya di pusat kota tempat kelahirannya sendiri.

Perasaan sedih dan kecewa tercampur aduk bagaikan gado-gado. Teringat sama suaminya Arfha, handphone yang di berikan oleh Arfha ia genggam dengan erat. Menunggu panggilan dari Arfha.

Ternyata Arfha tidak menelepon Alma, perasaan Alma semakin hancur. Pikirannya kembali kacau balau, ia benar-benar tidak kuasa menahan rasa sedihnya. Bulir-bulir air mata keluar setetes demi setetes membasahi pipi lembutnya.

Alma melihat ke arah kiri dan ke arah Kanan, dengan harapan ia bisa bertemu sama seseorang yang ia kenal.

Alma menarik napasnya dalam-dalam sambil melihat perut buncitnya. Terlihat jelas kalau Alma kecapean. Wajahnya berkeringat panas dingin, ia juga terlihat sedikit pucat. Mungkin akibat dari perjalanan jauh.

Perasaan Alma benar-benar tidak enak, karena ia merasa malu sendiri jika ia harus pulang ke rumah tanpa Arfha suaminya.

Kepulangannya juga tidak di ketahui oleh kedua orangtuanya, karena semenjak ia menikah sama Arfha ia tidak pernah memberi kabar kepada kedua orangtuanya. Ia benar-benar hilang seperti di telan bumi.

Alma melihat ada kursi yang terbuat dari besi tepat di pinggir jalan. Sepertinya kursi itu sengaja di taruh di sana untuk orang istirahat sambil menunggu kendaraan.

Karena merasa capek akibat terlalu lama beridiri, Alma menarik kopernya dan duduk di kursi itu. Alma terdiam sambil berpikir. Apa yang harus ia katakan kepada ayah dan ibunya ketika ia sudah sampai di rumah?. Apakah ayah dan ibunya akan menerima ia kembali?.

Pikiran Alma benar-benar kacau. Ada rasa malu sama dirinya sendiri, karena ia pulang dalam keadaan hamil besar. Belum juga Alma memikirkan tentang omongan keluarganya yang lain. Belum juga omongan tetangganya.

"Tidak seharusnya aku pulang ke rumah. Aku tidak mau membuat ibu dan ayah susah. Aku sudah cukup membuat mereka menderita. Tetapi jika aku tidak pulang, kemana aku harus pergi? Sedangkan keluarga dari ayah aku orangnya sangat sensitif, begitu juga keluarga dari ibu" Batin Alma.

Melihat cuaca yang tidak bersahabat, langit menjadi gelap kelabu. Suara petir terdengar sangat dahsyat. Bintang-bintang yang biasanya ada kini tertutup indah oleh kegelapan awan.

Rintik-rintik hujan Mulai berjatuhan satu persatu, membuat Alma khawatir kemana ia harus berteduh. Tanpa sengaja ia melihat sepasang suami-isteri yang sedang berjalan tepat didepannya dengan romantis.

Alma tersenyum pahit, sedangkan ia hanya sendiri. Tidak mungkin Arfha datang membawakan ia payung di tempat ini. Sedangkan mereka sudah terpisah jauh.

Hujan turun semakin deras, membuat tubuh Alma basah kuyup "Permisi Nona, sebaiknya anda menggunakan payung ini. Karena hujannya semakin deras!!" Sapa seseorang sambil melindungi Alma dari hujan deras. Seorang pria berkulit putih bersih, dengan tinggi 180 cm. Sepertinya pria itu terlihat sangat baik dan juga lembut.

Alma terkejut, ia bahkan tidak menyangka jika ada orang baik yang akan menolong dirinya. Alma tersenyum tipis "Tidak apa-apa Tuan, saya sudah terbiasa kena hujan" Jawab Alma sambil mengelus tubuhnya.

"Kasihan dengan bayi anda nona. Jangan sampai anda sakit, karena sekarang cuaca lagi buruk. Apalagi Nona dalam keadaan hamil seperti ini"

Alma tersenyum lagi "Terimakasih!! Sungguh saya tidak kenapa-kenapa"

"Kalau boleh tahu anda mau kemana? Biar saya antar, kebetulan saya juga mau pulang"

"Tidak usah Tuan, karena saya bisa pulang sendiri"

"Apakah anda takut jika saya orang jahat. Percayalah Nona, niat saya baik. Saya tidak mungkin macam-macam. Lihat saja hujannya semakin deras, kalau anda terlalu lama berada di luar takutnya anda Drop"

Pria itu terus memaksa Alma, karena ia merasa Kasihan. Pria itu tidak bermaksud jahat, ia hanya ingin membantu Alma.

Tetapi Alma terus saja menolak, karena ia tidak mau merepotkan siapapun. Melihat kilat yang menyala dan suara petir begitu besar membuat Alma berteriak histeris, ia sangat ketakutan.

Alma duduk sambil menutup kedua telinganya, ternyata Alma phobia sama petir "Aaaaaaaaa" Suara teriakan Alma membuat pria yang ada disampingnya itu terkejut.

Spontan pria itu langsung membuang payung yang ada di genggaman tangannya. Ia rela basah kuyup demi membantu Alma.

"Nona apakah anda baik-baik saja!! Sebaiknya Nona ikut saya ke mobil" Pria itu kemudian membangunkan Alma.

Untungnya Alma tidak menolak, ia bahkan mengikuti pria itu. Dengan segera ia membuka pintu mobil didepan, ia meminta Alma masuk terlebih dahulu.

"Anda tunggu sebentar, saya mau mengambil koper Anda dulu" Ucap pria itu.

Ia berlari mengambil koper milik Alma, pria itu kemudian memasukkannya ke dalam bagasi mobil. Bajunya benar-benar basah kuyup, tetapi itu tidak masalah.

"Tek!!" Suara pintu mobil terbuka, ia melirik Alma yang ada di dalam mobilnya. Pria itu kemudian masuk dengan pelan.

"Maaf Nona jika sudah membuat anda terkejut" Ucapnya sambil membuka jaznya. Alma mengangguk tanpa berkata.

Melihat Alma mengigil kedinginan membuat pria itu sangat kasihan sama Alma. Ia mematikan Ace mobilnya, agar dinginnya tidak terlalu kuat.

Dengan segera ia menghidupkan mobilnya dan menjalankannya dengan pelan. Di sepanjang perjalanan pria itu melihat ke arah samping kanan. Ada toko besar di sana. Ia kemudian berhenti dan memarkir mobilnya.

"Tunggu sebentar Nona" Pesan pria itu.

Alma mengangguk sambil tersenyum tipis. Pria itu masuk ke pusat perbelanjaan, ia membeli jaket tebal dan juga minuman hangat. Setelah mendapatkan semua kebutuhannya, pria itu kembali ke mobil. Ia berlari lagi seperti anak kecil. Untungnya hujannya sudah reda. Hanya gerimis-gerimis Kecil.

Pria itu tersenyum manis melihat Alma "Sebaiknya anda memakai jaket ini untuk meredakan dinginnya" Ucap pria itu, ia penuh perhatian "Minumlah ini, kebetulan minuman ini sangat bagus untuk ibu hamil" Lanjutnya lagi sambil memberikan satu botol minuman hangat.

Dengan ragu-ragu Alma mengulurkan tangannya, pria itu kembali tersenyum sambil menatap Alma. Kalau di lihat dari tatapannya pria itu sangat tulus. Ia menganggukkan kepalanya untuk meminta Alma mengambilnya.

"Ambillah!! Kenapa anda menatap saya seperti itu? Apakah ada yang aneh?" Tanya pria itu.

"Terimakasih!!" Ucap Alma sambil mengambil satu botol minum hangat itu. Ia juga tidak Lupa untuk menggunakan jaket yang di belikan oleh pria asing yang tidak ia kenal sama sekali.

"Sepertinya hujannya sudah berhenti!!" Ucap pria itu sambil melihat ke langit.

Alma melihat langit-langit dari dalam mobil, ia juga memperhatikan didepan jalan kalau sudah tidak ada rintihan hujan "Oh ya sepertinya begitu" Lanjut Alma.

"Bagaimana apakah anda sudah merasa lebih baik?"

"Sudah lebih baik!! Sekali lagi terimakasih banyak atas bantuannya Tuan.

"Sama-sama!!" Ucap pria itu sambil tersenyum manis.

Tiba-tiba terdengar suara handphonenya, ia mengambilnya dan melihat panggilan masuk, sepertinya itu dari pacarnya.

avataravatar
Next chapter