webnovel

Memangnya Dia Siapa

Pov Lala

Acara makanku baru saja selesai, rasanya perutku akan meletus karena aku kekenyangan tapi tentu saja aku puas, kuusap perutku sambil tersenyum sedangkan pria berengsek ini yang tidak lain adalah Eric menatapku dengan intens, jika dia tidak memiliki sikap yang menyebalkan aku pasti sudah berbunga bunga karena ada pria dewasa yang sedang menatapku dengan intens.

Aku berdiri dari dudukku lalu berjalan ke pintu keluar, Eric mengikutiku dari belakang, mau apa lagi dia mengikutiku, saat aku akan masuk ke mobilku Eric menarik tanganku dengan keras dan membuat kepalaku terbentur pada dada bidangnya "apa yang kau lakukan berengsek?"

"Aku memang berengsek sayang dan pria berengsek inilah yang akan menikahimu tiga hari lagi, lain kali jangan berucap kasar lagi padaku karena aku tidak suka," memangnya dia siapa berhak mengatur diriku, aku sungguh tidak peduli dengan kenyataan menyebalkan bahwa dia adalah calon suamiku.

"Ini mulutku jadi aku berhak berkata apapun yang aku mau," rasanya aku ingin membakar wajah tampan di depanku ini, bagaimana bisa dia memiliki wajah yang tidak seharusnya dia miliki bahkan dia sangat tidak cocok memiliki wajah setampan ini, dia kemudian menatapku dengan tajam saat aku mengatakan hal itu, tentu saja sekarang aku merinding mendapat tatapan tajam seperti ini. Kenyataan bahwa aku tidak pernah mendapat tatapan setajam ini adalah bumerang bagi diriku sendiri sebab saat ini aku sungguh tidak dapat menerima tatapan setajam ini.

Mungkin jika aku memiliki kesempatan aku harus mencongkel mata tajam milik Eric, papaku saja tatapannya tidak setajam Eric dan kenapa calon suamiku harus memiliki tatapan setajam ini? "Hentikan tatapan tajammu padaku Eric," kataku dengan takut-takut.

Siapa sangka bahwa Eric akan menyeringai saat aku memintanya berhenti menatapku dengan tajam "jika kau tidak ingin membuatku menatapmu dengan tajam maka jangan membuatku marah sayang," dengan lembut Eric tiba-tiba mengelus wajahku dan entah setan mana yang mengelabuiku sehingga membuatku memejamkan mataku seakan akan elusan tangan Eric di wajahku adalah hal yang harus dinikmati saat ini, biarlah untuk saat ini aku mengingkari gejolak akal sehatku agar aku segara menepis tangan Eric.

Aku merasakan hembusan nafas pelan di telingaku dan aku tahu siapa pelakunya tapi aku tidak berani membuka kedua mataku "aku akan memberikan seluruh duniaku jika kau menjadi gadis yang penurut sayang, apa kau mau?"

Tanpa sadar aku menganggukkan kepalaku "itu baru gadisku, sekarang ayo aku akan mengantarkanmu pulang sayang."

Langsung saja aku menbuka mataku saat sadar bahwa aku sama sekali tidak ingin pulang ke rumah papa karena mungkin saja wanita ular itu belum pulang "aku tidak mau pulang!!" tanpa sadar aku menaikkan nada suraku dan Eric lagi-lagi menatapku dengan tajam dan aku hanya bisa meneguk ludahkan saat mendapat tatapan mengerikan ini lagi "berapa kali aku harus bilang bahwa aku tidak suka kau menaikkan nada suaramu sayang."

"Maaf bukan maksudku begitu tapi sekarang aku sungguh tidak mau pulang ke rumah papa karena disana ada wanita ular."

"Aku baru tahu bahwa didunia ini ada wanita ular," nada suara Eric yang seakan akan mengejekku membuatku kesal "aku serius, namanya Catherina dan papa seakan akan mengagung agungkan wanita itu seperti seorang malaikat padahal dia hanya wanita ular," ucapku dengan kekesalan yang bertambah.

"Aku tidak menduga bahwa ada seseorang yang sangat di benci oleh gadisku ini, apa aku harus memusnahkan wanita itu agar gadisku tidak kesal lagi?" ucapan Eric lebih mirip seperti pernyataan tapi tentu saja dia sedang bertanya padaku "kau tidak perlu melakukan itu karena aku akan melakukannya sendiri, asal kau tahu kecil-kecil begini aku bisa memusnahkan wanita ular hanya dengan otak pintarku," aku berkata dengan bangga seakan akan aku memang pernah berhasil saja tapi nyatanya tidak pernah.

"Baiklah sayang aku tidak akan ikut campur mengenai wanita ular itu lalu sekarang kau akan kemana?"

"Aku mau menginap di hotel saja."

"Aku tidak suka dengan idemu itu, hotel bukanlah tempat yang baik untuk seorang gadis kecil yang sedang kesal," aku tidak menyangka bahwa seorang Eric bisa berbicara selembut ini padaku dan aku juga tidak menyangka bahwa seorang Lala bisa menjadi gadis yang penurut seperti saat ini, aku sungguh tidak mengerti dengan diriku saat ini. Apa mungkin aku sudah mulai menyukai Eric? Hemm mungkin tidak dan mungkin saja iya.

"Lalu aku harus kemana sekarang?"

"Sekarang kau ke mansionku saja," aku tahu bahwa ucapan Eric bukanlah sesuatu yang bisa aku tidak setujui maka dari itu aku hanya bisa menganggukkan kepalaku saja, jujur saja aku sedikit takut tinggal di mansion pria yang terang terangan mengaku bahwa dia adalah pria berengsek tapi aku juga tidak bisa menolak, mungkin ini kesempatanku untuk tahu lebih banyak mengenai sosok Eric yang menurutku misterius.

*****

Pov Author

Seorang pria yang tidak lain adalah Eric menggendong Lala yang tertidur di mobilnya, dia masuk ke dalam mansionnya dengan disambut oleh banyak pelayan serta penjaga yang memang selalu berlalu lalang di sekitar mansionnya ini. Sesampainya di sebuah kamar Eric meletakkan Lala dengan perlahan dan lembut pada ranjang, kemudian dia masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

Sekitar tiga puluh menit Eric keluar dari kamar mandinya dengan handuk yang melilit di pinggangnya, dia mendekati ranjang dimana orang yang dicintainya sedang tertidur, lalu dia mengecup kening Lala dan apa yang dia lakukan membuat Lala menggeliat "mimpikan aku baby," kata Eric sambil mengelus pipi Lala.

Suara deringan telefon membuat tatapan Eric dari Lala terputus, dia mengambil ponselnya lalu menekan tombol hijau.

"Halo Eric."

"Halo Alvero."

"Apa Lala bersamamu sekarang?"

"Kau benar."

"Jangan berbuat macam-macam dengan putriku Eric!"

"Tenang saja aku tidak akan berbuat macam-macam pada gadisku."

"Minta agar Lala pulang sekarang."

"Percayalah padaku bahwa dia tidak akan mau Alvero."

"Kenapa dia tidak mau dan malah memilih bersamamu?"

"Itu karena di rumahmu ada seorang wanita ular, kalau aku tidak salah gadisku berkata bahwa namanya Catherine."

"Astaga!! Kenapa dia sangat membenci Catherine? Baiklah aku akan membiarkan Lala bersamamu tapi besok kau harus mengantarkan putriku pulang Eric."

"Baiklah."

Tutt tutt

Eric langsung memutus sambungan telefon tanpa mengucapkan apapun lagi.

*****