webnovel

Selamat Ulang Tahun

Setelah kejadian semalam yang dimana Ayyara menagis seharian.

Untung saja Ibunya tidak mengetahui hal tersebut.

Dan hari ini bertepatan hari ulang tahun Ayyara, ia harap hari ini bisa lebih berwarna dan dia memilih untuk melupakan kejadian semalam.

"Selamat pagi Ma." sapa Ayyara dengan senyuman yang mengembang.

"Pagi Ara, tumben banget. Kayak nya ada yang lagi bahagia ya?"

"Mama gak ingat ya?"

"Ingat apa?" tanya Ibunya balik.

Hal itu membuat Ayyara sebal bukan main, bukannya kemarin ibunya yang mengingatkan padanya.

"Oh iya Mama lupa, kalau mama ada acara arisan sama ibu ibu komplek nanti sore." ujar Ibunya yang membuat Ayyara senang saat di awal kata namun seketika terhempas saat ibunya melanjutkan kalimatnya.

"Terserah Mama aja lah." ujar Ayyara pasrah.

"Loh kamu kenapa? Oh iya makasihh udah ingatin. Kalau nggak, Mama gak bisa kumpul sama orang komplek."

"Hmm."

"Oh iya acara nya sampai malam, kamu berani sendirian di rumah?"

"Ikut." jawab Ayyara cepat.

"Iya, jangan lupa nanti kamu bawa mukena sama sajadah biar sekalian sholat di Masjid."

"Iya-iya."

"Yaudah sana pergi ke Kampus, rajin belajar biar bisa lanjut S2."

"Aku gak mau lanjut boleh Ma?"

"Loh bukannya dulu katanya kamu pengen sampai S3?" Ibu Ayyara sempat kaget dengan perkataan putrinya.

"Itu kan dulu, Ara capek Ma." ujar Ayyara dengan memelas.

"Iya udah ikuti kata hati kamu aja, sana ke Kampus cepat."

"Makasih Ma, kalu gitu Ara pergi ya Assalamualaikum." pamit Ayyara sebelum pergi dan setelah mengecup pipi Ibunya.

"Wa'alaikumsalam." Jawab Ibunya tersenyum.

***

Saat Ayyara hendak keluar gerbang rumah nya untuk pergi ke Kampus.

Ia menghentikan langkahnya saat melihat seorang pria yang sudah stand bye dengan motor nya.

"Mau ngapain lo?" tanya Ayyara sedikit ngegas saat sudah berhadapan dengan pria tersebut.

"Lupa?" tanya balik pria tersebut.

"Apanya yang lupa?"

"Setiap hari harus gue yang antar lo ke Kampus." ujar pria tersebut yang sudah tentu adalah Givano.

"Oh." ujar Ayyara langsung menaiki motor Givano tiba-tiba yang membuat Givano hampir terjungkal.

"Gak sopan banget sih." protes Govano.

"Bodo."

"Jadi cewe feminim dikit napa, baru juga semalam nangis." ujar Givano menasehati.

"Lo liat gue nangis?! " tanya Ayyara tepat di telinga Givano yang membuat si empunya meringis.

"Kalau ngomong bisa pelan gak sih, kalau gue tuli gimana?"

"Bodo."

"Dasar bunglon."

"Gue dengar ya."

"Bodo." ujar Givano meniru ucapan Ayyara.

"Udah antarin gue cepat kenapa sih." ujar Ayyara sedikit kesal sebab dari tadi motor nya belum jalan juga.

"Iya-iya." ujar Givano pasrah.

Setelah itu Givano menyalakan motornya dan menjalankan motornya menuju Kampus Ayyara dengan sebal.

***

Hari sudah menjelasng Sore dan Ayyara sudah pulang dari Kampusnya.

Saat sesampainya dirumah Ayyara langsung membersihkan dirinya, dan bersiap siap memakai pakaian yaitu dengan kaos dan Rok tutu yang hanya sebatas lutut. Karena ia hanya akan menunggu diluar rumah tetangga nya itu.

Acara arisan nya di adakan di rumah dekat masjid yang terletak tidak jauh dari rumah Ayyara, maka dari itu Ibunya berkata untuk membawa perlengkapan sholat agar langsung sholat di masjid sekalian.

Setelah bersiap siap Ayyara turun menemui ibunya yang sudah memakai pakaian khas ibu ibu.

"Mama cantik." puji Ayyara.

"Kamu juga kok Ara." puji Ibunya balik sambil mengelus kepala putrinya.

"Yaudah yuk kita pergi." ajak Ibunya yang dibalas dengan anggukkan.

***

Di tempat acara Ayyara yang sudah kesal sebab ia kesepian menunggu sendirian di luar.

Jadi dia memutuskan untuk mengelilingi kompleknya terlebih dahulu sebelum maghrib tiba.

Ayyara yang sedang berjalan melihat seorang wanita paruh baya yang dimana wanita tersebut adalah Ibunya Givano.

"Assalamualaikum tante." sapa Ayyara dengan mengucapkan salam.

"Eh Ara, Wa'alaikumsalam." jawab Ibunya Givano.

"Oh iya tante lagi ngapain? Kok kayak bingung gitu?" tanya Ayyara dengan sopan.

"Eh ini tadi Mama kamu bilang kalau ada acara arisan. Nah, tadi tante lagi pergi jadi nggak bisa pergi bareng terus tante bilang kalau tente nanti nyusul. Nah, sekarang tante mau nyusul tapi tante nggak tau tempatnya dimana." ujar Ibu Givano menjelaskan.

"Oh acara yang tadi, yaudah mari aku antar tante."

"Eh, kamu tau dimana?"

"Tau kok, tadi Ara dari sana."

"Aduh maaf tante ngerepotin loh ya Ara."

"Gapapa tante, yaudah yuk Tan." ajak Ayyara yang langsung menggenggam tangan Ibunya Givano.

Hal itu membuat Ibunya Givano tersenyum, dan menggeleng kepala, sebab melihat tingkah laku Ayyara yang lucu.

Setelah sampai Ibunya Givano mengucapkan terimakasih kepada Ayyara dan langsung masuk kedalam.

Dan kini Ayyara merasa sepi lagi.

Ayyara kembali duduk di depan teras tempat acara tersebut sambil memainkan ponselnya, hingga tak lama kemudian adzan maghrib berkumandang. Dan ibu ibu yang berada didalam tadi mulai berkeluaran sambil menenteng perlengkapan sholat.

Ayyara yang melihat itu langsung berdiri dan ikut menuju ke Masjid.

***

Setelah menunaikan Sholat.

Semua sudah pada pulang dan kini tinggal Ayyara yang masih berada di Masjid sebab ia mencuci kakinya terlebih dahulu.

Setelah itu Ayyara keluar dan betapa terkejutnya ia melihat Givano yang berada dihadapannya.

"Lo ngapain?" tanya Ayyara.

"Nungguin." jawab Givano singkat.

"Nungguin siapa?" tanya Ayyara lagi sebab ia lihat Masjid nya sudah sepi.

"Bunglon."

"Serius."

"Lo."

"Gue? ngapain lo nungguin gue."

"Makan."

"Ha?"

"Jalan."

"Lo tuh kalau ngomong jangan setengah setengah napa sih, bikin kesal aja." ujar Ayyara berlalu meninggalkan Givano.

Namun langkah kakinya berhenti saat Givano membuka suara.

"Selamat ulang tahun."

Singkat, namun itu membuat jantung Ayyara seperti mau lepas.

Ayyara hanya terdiam bak seperti patung, namun tangannya langsung ditarik oleh Givano yang membuatnya sadar.

"Eh, tangan gue kok ditarik sih?"

"Naik." perintah Givano menyuruh Ayyara menaiki motornya.

"Mau kemana dulu?"

"Makan."

"Irit banget sih kalau ngomong." gerutu Ayyara pelan sambil menaiki motornya Givano namun masih dapat di dengar oleh Givano.

"Bodo." ujar Givano.

"Copy paste." ujar Ayyara sebal.

Setelah itu mereka pun pergi ketempat warung angkringan, Ayyara yang melihat itu mengingat masa kecilnya yang sering makan di tempat seperti ini bersama Ayah nya sebelum Ayahnya meninggal.

Mengingat tentang itu tanpa sadar membuat Ayyara meneteskan air matanya, yang membuat Givano bingung dan bertanya.

"Kenapa?" tanya Givano sedikit khawatir namun masih tetap dengan mode irit bicara nya.

"Eh, gapapa." jawab Ayyara mengelak.

"Oh."

Setelah itu mereka duduk lesehan sambil menunggu makanan yang sudah dipesan oleh Givano tadi.

Saat makanan telah dihidangkan, mereka memakan tanpa mengeluarkan suara sedikitpun. Karena kecanggungan diantaranya.

Setelah selesai mereka tidak langsung pulang, sebab Ayyara menginginkan Ice cream.

Maka dari itu Givano memberhentikan motornya di salah satu minimarket.

"Lo yang beliin kan?" tanya Ayyara sebab ia tidak membawa uang sepeserpun.

"Hm."

"Yudah gih sana masuk." ujar Ayyara sambil mendorong pelan tubuh Givano untuk masuk ke dalam minimarket.

"Hm."

Didalam sana, Givano bingung karena ia tidak tahu bahwa Ayyara menyukai rasa apa, jadi dia membeli tiga rasa Ice cream yaitu Vanilla, cokelat, dan stroberi.

Setelah itu dia menuju ke stand minuman dan mengambil susu ultra karena Givano sangat menyukainya biarkan saja dengan umurnya yang sudah berusia 2 tahun lebih tua dari Ayyara.

Setelah itu ia menuju kasir untuk membayar belanjaannya dengan total tidak lebih dari 100ribu.

"Nih." ujar Givano memberikan kantung belanjaannya pada Ayyara.

"Kok ada susu, kan gue bilang cuma Ice cream. Terus kok ini Ice cream nya tiga kan gue bilang satu." protes Ayyara.

"Yang susu punya gue. Dan gue gak tau lo suka rasa apa jadi gue beli tiga, bukannya berterimakasih." ujar Givano yang tumben mengeluarkan kata yang panjang.

"Tumben panjang kata kata lo, btw terimakasih."

"Hm."

"Irit lagi." ujar Ayyara blak blakan.

***

"Makasih ya sekali lagi, besok gue ganti duit lo." ujar Ayyara setelah membuka helm.

"Hm." balas Givano sambil menerima helm yang diberikan Ayyara.

"Hm hm mulu sih lo, kaya Nisa Sabyan."

"Hm."

"Ish, bodo." ujar Ayyara sebal dan langsung masuk kedalam rumahnya dengan menghentak hentakkan kaki nya.

Givano yang belum beranjak sempet tersenyum tipis meliat kelakuan Ayyara.

Setelah itu Givano memasukkan Motornya kedalam garasi rumahnya dan ia pun masuk kedalam rumah nya.

***

Diary Ayyara

10, Agustus

Hari ini adalah hari ulang tahunku ke 21 tahun. Wah sudah tua saja aku, hehehe.

Aku berharap Mama yang pertama ngucapin, tapi Mama malah lupa.

Dan tidak aku sangka orang yang ngucapin pertama justru orang orang yang baru saja hadir dalam hidupku.

Saat dia mengucapkan tadi entah mengapa seperti ada kupu kupu terbang dalam perutku dan mendadak aku menjadi patung.

Givano itu cuek tapi diam diam juga romantis bagi ku.

Kalau Rafka? Dia itu selalu menyeimbangkan pembicaraan tapi disisi lain dia sudah ada pawangnya.

Entah lah, sekarang ini aku ingin melupakan kejadian dirumah sakit. Kejadian saat aku mulai menyukainya. Kejadian saat berkenalan. Kejadian saat mengajakku untuk makan malam dirumahnya.Dan sekaligus kejadian dimana hatiku hancur melebur.

Next chapter