25 Mimpi itu nyata?

Rafka POV.

Hari ini adalah hari pernikahanku dengan Tiara.

Jujur, aku sama sekali tidak mencintainya. Aku menikahinya hanya atas dasar tanggung jawab.

Dulu, saat aku masih kuliah. Aku menyukai adik tingkat ku.

Dia adalah seorang gadis yang tertutup, dia hanya memiliki satu teman.

Aku mengenalnya saat dia masih menjadi maba. Ya, aku mengenalnya. Tapi, dia tidak mengenalku.

Saat aku wisuda, aku ingin melamarnya. Namun, kejadian yang tak terduga membuatku terpaksa untuk memendam perasaan itu.

Namun, mengapa kami dipertemukan saat aku telah bersama Tiara?

Jika waktu bisa diatur, aku ingin kembali ke hari dimana aku wisuda. Dan aku tidak akan pergi ke Bandung saat itu. Tapi, itu sangat mustahil. Semua telah terjadi.

Disini, aku telah duduk dihadapan penghulu. Semua para saksi dan tamu undangan telah berdatangan. Tapi, aku belum melihat gadis yang aku cintai.

Ayyara, mengapa dia belum datang? Apa yang dikatakan nya itu benar? Bahwa ia tidak akan datang ke pernikahan ku.

Ya, lebih baik ia tidak datang. Aku takut jika saat mengucap ijab qobul, malah namanya yang aku sebut.

*****

Ayyara POV.

Hari ini adalah pernikahan Rafka.

Pria yang aku cintai. Ah tidak, maksudnya mantan pria yang aku cintai. Entah mengapa setelah semua kejadian itu, perasaanku padanya jadi hilang begitu saja.

Tapi aku tidak muna, jujur ada sedikit rasa yang masih tersimpan dalam hati ku.

Disini, aku duduk di depan meja rias ku. Sebenarnya aku tidak ingin datang. Namun, Givano memaksaku untuk datang. Dengan alasan 'Kalau lu nggak datang, maka lu kelihatan belum move on.'

Padahal, aku memang belum move on.

Setelah aku bersiap siap. Aku turun kebawah, untuk menemui Givano. Dia sudah menungguku sedari tadi.

"Lama banget sih." ujarnya saat aku baru menginjak lantai bawah.

"Namanya juga cewek. Kalau dandan tuh ya lama." ujarku membalas ucapannya.

Kali ini aku memakai dress berwarna peach. Dan aku memakai high heels yang tidak terlalu tinggi. Sedangkan rambutku, aku biarkan tergerai.

"Kenapa lo liatin gue terus?" tanyaku saat melihat arah pandangan Givano yang terfokus pada diriku.

"Gue tau kalau gue cantik, nggak perlu dilihatin gitu."

"Ck. Dongo banget sih lo. Lo itu mau ke kondangan, bukan mau dinner." ujarnya sambil menoyor kepalaku.

"Ngapain lo pakai dress begitu? Seharusnya tuh pakai kebaya kek. Biar lebih anggun."

"Oh gitu ya? Yaudah gue ganti dulu deh." ujarku sengaja, padahal aku tidak akan mengganti. Karena, itu pasti membutuhkan waktu yang lebih lama lagi.

"Lo mau ganti? Liat jam kaga sih lo? Udah jam berapa ini." ujarnya dengan raut wajah yang kesal.

"Ya udah makanya, jangan banyak bacot. Udah tau telat, malah pakai komenin pakaian gue lagi." ujarku sambil berjalan keluar rumah.

Namun, saat aku membalikan tubuhku. Aku melihat Givano yang terdiam, tanpa pergerakan.

"Cepat woi. Malah diem disitu. Gue kunci nih ya pintunya." ujarku mengancam sambil memegang knop pintu.

"I-itu, punggung lo kelihatan. Resleting nya belum lo naikkan." ujarnya sambil menunjuk diriku.

Aku kaget, sungguh aku ceroboh.

Dengan cepat, aku langsung menaikkan resleting dress nya. Namun tangan ku tidak sampai.

Hal itu membuat Givano berjalan ke arahku. "Lo mau ngapain?" tanyaku padanya, saat dia memutar tubuhku untuk memunggunginya.

Aku merasakan tangannya menyentuh bahuku. Sedangkan yang satunya ia gunakan untu menaikkan resleting dress.

"Rambutnya disanggul aja." ujarnya setelah menaikkan resleting dressku, dan kini ia telaten menganggul rambutku.

"Siniin ikat rambut hitam yang lu jadikan gelang itu." pintanya sambil mencolek bahuku.

Dengan sepontan, aku langsung memberi ikat rambut yang berada di pergelangan tangan ku. Aku sengaja menjadikannya gelang, karena aku merasa terlihat cantik jika aku menaruhnya di pergelangan tanganku.

"Selesai. Nah gini kan cantik." ujar Givano saat ia telah selesai mengangguk rambutku.

Tidak begitu rapi. Tapi, tidak berantakan juga. Lumayan lah, sudah cocok membuka salon.

"Kan udah dibilang, gue itu emamg cantik." ujar ku menunjukkan senyum pepsodent.

"Yaudah, ayo cepat. Nanti udah selesai lagi acaranya." ujar ku menarik lengan Givano untuk melangkah keluar rumah. Dan tidak lupa pula, aku mengunci pintu rumah.

Disini, aku sudah duduk disamping kemudi mobil Givano.

Ah sial, melihat pakaian Givano yang mengenakan kemeja putih yang dibaluti dengan jas hitam dan diriku yang menggunakan dress. Malah membuatku berkhayal bahwa kami adalah sepasang kekasih.

Oh ya, aku lupa. Bukankah Givano menyukai ku? Apa aku berusaha buat membuka hati saja kepadanya? Namun, aku akan menjilat ludahku sendiri. Ingat bukan, aku pernah berkata. Bahwa Givano bukanlah tipe ku.

Ah sudahlah lupakan.

*****

Author POV.

Disini Rafka dan Tiara telah duduk bersandingan didepan penghulu.

Dari raut wajah Tiara, ia terlihat bahagia. Namun, lihatlah raut wajah Rafka. Ia sangat gelisah dan masih memikirkan Ayyara yang belum datang juga.

"Baiklah, kita mulai saja ijab qobul nya." ujar penghulu tersebut, lalu mengulurkan tangannya agar bisa berjabat dengan tangan Rafka.

Dengan berat hati. Rafka pun juga mengulurkan tangannya.

"Bismillahirrahmanirrahim. Saya nikah kan dan kawin kan engkau Rafka Aditya Bin Ahmad Nugraha dengan Tiara Azlyn Binti Ilham Adinatha, Dengan mas kawin dan seperangkat alat sholat, dibayar tunai."

"Saya terima nikah dan kawinnya Shakila—"

"Shakila?" tanya Tiara memotong ucapan Rafka.

Seluruh tamu undangan langsung berbisik bisik. Mereka menanyakan siapa Wanita bernama Shakila.

Sedangkan Rafka, ia semakin terlihat gelisah.

"Ekhem, baik mari kita ulang." ujar penghulu.

"Bismillahirrahmanirrahim. Saya nikah kan dan kawin kan engkau Rafka Aditya Bin Ahmad Nugraha dengan Tiara Azlyn Binti Ilham Adinatha, Dengan mas kawin dan seperangkat alat sholat, dibayar tunai."

"Saya terima nikah dan kawinnya

Sha—" ujar Rafka melafalkan ijab qobul, namun ia mengulang kesalahan.

Tiara menunduk, menahan air matanya agar tidak jatuh. Ia bertanya-tanya, siapa Shakila?

*****

Ayyara dan Givano baru saja datang di kediaman Rafka. Saat mereka baru sampai di halaman, mereka melihat para tamu undangan berbisik bisik sambil menyebut nama Shakila.

Hal itu membuat Ayyara bertanya kepada salah satu tamu undangan.

"Permisi tante, ini kenapa pada bisik bisik gitu ya? Terus kenapa nama Shakila disebut sebut?" tanya Ayyara kepada Ibu-ibu yang berada dihalaman rumah Rafka.

"Oh ini, tadi mempelai pria nya. Udah dua kali salah sebut nama mempelai wanitanya. Kan nama mempelai wanitanya Tiara. Tapi, dia malah nyebut nama Shakila." jawab Ibu-ibu tadi.

Ayyara terdiam. Shakila? Itu nama depannya. Shakila Ayyara Syah Putri.

Kenapa Rafka menyebut namanya? Apa mimpi itu nyata?

"Jadi Rafka menyukai ku? Ah, tidak tidak. Itu tidak mungkin." ujar Ayyara dalam hatinya.

Mimpi itu nyata?

___________________________

Aduh gimana nih guys? Mau lanjut atau nggak nih? hayo >•<

Tunggu kelanjutannya...

avataravatar
Next chapter