webnovel

Kue dan Tiara

Pagi ini, Ayyara masih ingin tidak masuk ke Kampus.

Oleh karena itu ia melanjutkan tidurnya. Namun, sebelum melanjutkan tidurnya.

Ayyara mendengar ibunya memanggil dirinya.

"Ara!"

"Erghh." geram Ayyara dari dalam kamarnya sambil mengepalkan kedua tanggan didepan wajahnya.

"Ara!" panggil Ibu Ayyara lagi.

"Iya Ma!"

Karena sebal, Ayyara menuruni anak tangga sambil menghentak hentakkan kakinya.

"Loh, kamu belum siap?"

"Ara gak masuk lagi ya Ma, Ara lagi capek Ma."

"Kamu masih ingat kan lusa itu ulang tahun kamu, berarti usia kamu udah 21 tahun. Nah, jadi itu udah masuk akhir tahun kamu kuliah. Berarti kamu harus siap siap buat nyusun skripsi karena bulan depan kamu bakalan wisuda buat gelar S1 kamu." ujar Ibu Ayyara panjang lebar.

"Tapi Ma! Sehari ini aja ya, besok Ara bakalan masuk kok. Ya ya ya." mohon Ayyara.

"Shakila Ayyara Syah Putri!"

"Iya-iya." ujar Ayyara pasrah, karena jika Ibunya sudah memanggilnya dengan nama yang lengkap maka Ibunya sedang tidak bisa di bantah.

Dengan raut wajah yang lesu, Ayyara terpaksa menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya terlebih dahulu.

Setelah selesai, Ayyara langsung memakai pakaiannya. Yaitu dengan kemeja putih yang berlengan pendek dan dilapisi blazer berwarna Cokelat susu, dan memakai celana Jeans berwarna biru langit.

Setelah bersiap siap, Ayyara keluar dari kamarnya dan turun menuju dimana Ibunya sedang menunggu.

"Nah kan gini bagus." ujar Ibu Ayyara sambil tersenyum.

"Hmm."

"Oh iya, Mama minta tolong ke kamu buat antarin kue ini ke tetangga kita yang disebelah ya."

"Sebelah yang mana, kanan atau kiri." tanya Ayyara masih sedikit kesal.

"Yang sebelah kiri."

"Yang kiri? Ara gak mau ah."

"Shakila Ayyara Syah Putri."

"Iya-iya, mana sini."

"Gitu dong."

Dengan rasa yang bertambah kesal Ayyara kembali terpaksa harus disuruh oleh Ibunya.

Jika mengantarkan kue ke tetangga yang sebelah kanan, Ayyara tidak bakalan terpaksa.

Tapi ini malah yang di sebelah kiri, yang dimana itu adalah rumah Givano.

***

"Assalamualaikum." ujar Ayyara mengucap salam sambil memencet bel pintu rumah Givano.

"Wa'alaikumsalam. Eh nak, ada apa ya?"

"Ehm. Kenalin dulu tante, nama saya Ayyara biasa dipanggil Ara." ujar Ayyara sambil menyalimi tangan seorang wanita yang Ayyara duga pasti ibu dari Givano.

"Oh jadi kamu yang namanya Ayyara."

"Iya tante, ehm ini Mama nyuruh Ara buat ngasih kue ini ke tante." ujar Ayyara sambil menyerahkan kotak yang berisi kue.

"Eh, makasih banyak loh nak, sampaikan juga terimakasih ke Mama kamu ya." ujar Wanita tersebut sambil tersenyum hangat.

Ayyara hanya membalas dengan anggukan.

"Ehm, kalau gitu Ara pamit dulu ya tante."

"Eh, tunggu dulu. Kamu mau ke kampus bukan?"

"Iya tante."

"Nah tunggu sebentar, Ino! Ino! Ino!" ujar Wanita tersebut sambil memanggil seseorang yang Ayyara duga adalah Givano.

"Iya Mamanya Ino sayang." balas Givao yang muncul dari dalam rumah. Setelah itu ia langsung mengubah ekspresi nya saat melihat Ayyara.

"Ada apa?"

"Nah kan kamu baru wisuda, dan belum masukin lamaran kerja. Masih nganggur dong, jadi Mama kasih kamu kerjaan, setiap hari kamu antarin Ayyara ke Kampus nya. Oke? Tidak ada penolakan, dah ya Mama masuk dulu." ujar Ibunya Givano yang seperti rel kereta.

"Tapi Ma."

"Tidak ada penolakan!!!" teriak Ibunya dari dalam rumah.

Setelah itu Givano menatap Ayyara yang sedang memalingkan wajahnya.

"Kalau nggak mau, gue bisa sendiri kok." ujar Ayyara sambil keluar halaman rumah Givano.

"Ada gue bilang nggak mau?" perkataan Givano membuat Ayyara menghentikan langkahnya.

"Tungu sebentar, gue keluarin motor dulu." ujar Givano menuju Garasi.

"Naik!" perintah Givano setelah keluar dari garasi dan sudah menaiki motornya.

"Hm." jawab Ayyara dengan bergumam.

Setelah itu Motor Givano melesat jauh menuju Kampus Ayyara.

***

"Makasih ya." ucap Ayyara ketika sudah sampai di Kampusnya.

"Hm."

"Kalau besok lo gak mau, gue bisa sendiri."

"Hm."

"Gue masuk ke kelas dulu."

"Hm."

Kekesalan Ayyara kini bertambah drastis sehingga ia melepaskan Helm yang tadi ia pakai dan memberikan ke Givano dengan sedikit kasar dan berkata.

"Bodo." ujar Ayyara dengan kesal didepan wajah Givano.

Setelah itu Ayyara pergi meninggalkan Givano sendiri.

"Gilak emang." ujar Givano sebelum melesatkan motor nya.

***

Malam ini, dikamar.

Ayyara mengaku pada dirinya sendiri bahwa sebenarnya tadi pagi ia baper saat diboncengin oleh Givano. Namun karena sikap Givano yang stay cool, membuat Ayyara kesal bukan main.

Setelah menunaikan sholat isya'.

Ayyara turun kedapur untuk membuat Air hangat buat ia minum, sebab Air hangat sehat bagi tubuh.

"Cie, yang tadi di antarin Givano." goda Ibunya Ayyara yang mucul entah dari mana.

"Mama kenal?"

"Dia itu anak temannya Mama, makanya Mama buatin kue."

"Oh." ujar Ayyara sebelum meneguk habis air hangat yang ia buat tadi.

"Gimana rasanya di antarin cowok ke Kampus, sama gak rasanya pas kamu jalan sama Rafka?" ujar Ibunya sambil mencolek lengan putrinya.

Rafka? Ayyara hampir lupa, dan bahkan sudah dua hari ini ia tidak ke Rumah sakit.

"Besok pulang dari Kampus Ara nyusul Mama ya." Ujar Ayyara membuat pernyataan.

"Iya, tapi jawab dulu gimana rasanya?"

"B aja."

"Ah masa sih." goda Ibunya yang semakin menjadi.

"Mama apaan sih, Ayyara ngantuk.

Ayyara tidur ya, selamat malam Mama." ujar Ayyara sebelum mencium pipi Ibunya. Dan Setelah itu ia pergi menuju kamar nya.

"Dasar." ujar Ibunya Ayyara menggeleng kepala melihat sikap putrinya.

***

Diary Ayyara

08, Agustus

Dua hari aku sudah bertemu denganmu.

Dan juga sudah dua hari aku lupa dengan dia.

Givano dan Rafka. Kalian mempunyai sifat yang beda, hal itu yang membuat aku nyaman.

Karena bagiku, kalian itu seperti pelengkap.

Sekali lagi maafin aku ya Tiara, jika aku mendekati Rafka. Karena aku tidak tahu kalian mempunyai hubungan apa.

***

Hari ini setelah dari kampus. Seperti yang Ayyara bilang kepada Ibunya.

Bahwa, ia akan menyusul kembali Ibunya yang sedang bekerja di Rumah sakit seperti biasanya.

Dan ya, sudah tentu pastinya Ayyara bertemu dengan Rafka.

Namun, Ayyara sedikit kesal. Perkara Rafka yang sedang bersama Tiara.

"Hai." sapa Ayyara pada keduanya.

"Eh, hai Ay." balas Rafka.

Sedangkan Tiara hanya bingung karena tidak mengenal Ayyara, namun ia sempat mengingat yang tempo hari saat Rafka berbicara dengan Ayyara di taman.

"Kamu perempuan yang di taman itu bukan?" tanya Tiara.

"Iya, gue Ayyara." ujar Ayyara mengulurkan tangannya.

"Tiara." balas Tiara mengulurkan tangannya sambil tersenyum.

"Udah tau, kemarin Rafka yang kenalin." ujar Ayyara sedikit sinis.

"Oh iya Ay, dia ini Tiara calon istri gue." ujar Rafka sambil menggenggam tangan Tiara.

"Oh." jawab Ayyara singkat.

Mendengar jawaban dari Ayyara membuat Tiara tidak enak hati, karena Tiara menduga bahwa Ayyara pasti menyukai Rafka.

"Gue pamit dulu ya." ujar Ayyara berlalu pergi meninggalkan Tiara dan Rafka.

***

Setelah kejadian dirumah sakit.

Hal itu membuat hati Ayyara hancur seketika, begitu bodohnya dia.

Ayyara memutuskan untuk kembali kerumah.

Saat Ayyara masuk kedalam rumah, sebelumnya Givano yang sedang mencuci motor nya ia melihat Ayyara masuk kedalam rumah sambil menangis sesenggukan.

"Emang tuh anak bunglon." ucap Givano pelan saat Ayyara sudah masuk kedalam Rumah nya.

***

Hari sudah menjelang petang namun Ayyara masih belum berhenti menangis dan ia juga belum membersihkan tubuhnya.

Saat makan malam, Ibunya Ayyara sudah beberapa kali memanggil nya untuk turun dan makan. Namun Ayyara tetap bersikukuh untuk mengurung dirinya, karena ia butuh kesendirian agar hatinya tenang.

Saat Ayyara sudah selesai menangis, seperti biasa ia akan menumpahkan isi hatinya lewat buku hariannya.

Setelah menulis sesuatu di buku hariannya Ayyara yang sempat lapar, namun ia urungkan untuk makan sebab dia sedang tidak mood jika di interogasi lagi oleh Ibunya.

Maka dari itu lebih baik ia tidur dan berpikir mending sekalian saja ia mati dalam keadaan lapar.

***

Diary Ayyara

09, Agustus.

Kemarin aku senang saat berkenalan denganmu di Rumah Sakit.

Dan hari ini Aku benci saat kau memperkenalkan nya bahwa ia adalah calon istrimu, dan itu membuat hatiku luka tergores ketika kau memperkenalkan nya dan itu juga Di Rumah Sakit.

Aku ingin egois, tapi kenapa aku tidak bisa, saat aku melihat Tiara duduk di kursi rodanya membuat hati ku iba kepadanya. Tapi disisi lain aku ingin egois, aku ingin memilikimu.

Ada apa dengan diri ku.

Next chapter