webnovel

Interogasi dan Orang baru

Mentari kini sudah menampakkan wujudnya.

Tapi Ayyara masih terlelap di atas kasurnya.

Subuh tadi Ayyara sudah bangun untuk melaksanakan sholat, dan setelahnya rasa kantuk pun menyerang hingga ia kembali menyatu dengan kasur.

"ARA!" teriak seorang wanita paruh baya dari arah dapur yaitu ibu Ayyara.

Mendengar teriakan itu, Ayyara terkejut dan reflek langsung terduduk.

"Iya Ma!" balas Ayyara sedikit teriak namun ia masih lemas.

"Bangun Ara Sayang!" ujar ibu Ayyara sedikit teriak.

"Iya, ini Ara udah bangun kok!" balas Ayyara sedikit memelas, dengan terpaksa dia bangkit menuju kamar mandi.

Setelah selesai dengan urusan kamar mandi. Ayyara sudah lengkap dengan style anak kuliah. Yaitu, dengan Kaos putih yang dilapisi dengan cardigan. Dan dengan celana jeans nya. Tidak lupa pula, ia memakai liptint dan bedak bayinya.

"Pagi Ma!" sapa Ayyara saat ia sudah sampai di meja makan yang letaknya berada didapur.

"Pagi." jawab ibu Ayyara sembari memberikan roti kepada Ayyara.

"Semalam pulang jam berapa?" tanya ibu Ayyara.

Ayyara yang sedang mengunyah roti reflek berhenti untuk mengunyah.

"Nggak lewat dari jam sepuluh kok Ma." jawab Ayyara santai dan melanjutkan aksi mengunyah rotinya.

"Pulang sama siapa?" tanya ibu Ayyara lagi.

"Teman Ara."

"Kamu punya teman?"

"Ya punyalah, kalau di kampus aku main sama siapa kalau bukan teman."

"Maksud Mama, emang kamu punya teman yang bisa diajakin main keluar? kan biasanya mereka pada gak mau."

"Yang ini bukan diantara mereka." balas Ayyara tenang.

"Loh, jadi siapa?"

"Rafka." ujar Ayyara setelah meminum susu yang dibuatkan ibunya tadi.

"Oh Rafka."

"Hm. Ara pergi ke Kampus ya, dah Mama." pamit Ayyara sebelum pergi.

Setelah kepergian Ayyara, ibunya Ayyara yang bernama Citra sempat terdiam.

Ibunya Ayyara sedang berpikir keras tentang siapa Rafka, dan yah ibunya teringat dua minggu yang lalu saat Ayyara melamun dan menyebutkan nama seorang pria.

"Wah hebat sekali putriku, dia tidak mempunyai teman tapi sekalinya ada itu malah pria." ujar Ibu Ayyara bermonolog sambil menggelengkan kepalanya.

***

Sesampainya di Kampus.

Ayyara langsung masuk ke Kelasnya, karena ia tidak suka nongkrong di Kantin atau yang tempat yang lainnya.

Ia tau kelasnya memang belum masuk. Hanya tinggal setengah jam lagi kelasnya masuk. Namun dia lebih memilih di kelas sendirian sambil membaca novel yang ia sukai.

Setangah jam berlalu. Kini para mahasiswa yang lainya masuk kedalam kelas dan tidak berapa lama disusul oleh Dosen yang mengajar mereka.

Selama pelajaran, Ayyara tetap fokus. Walaupun teman kelasnya sudah pada berisik.

Dalam hati, Ayyara sudah menyumpah serapah Dosen yang mengajar itu.

'Ni dosen bukannya diemin yang berisik, malah sibuk main hp.'–batin Ayyara.

***

Jam kelas Ayyara di Kampus telah usai.

Kini ia menuju ke Rumah Sakit untuk menemani ibunya kembali bekerja. Dan tentunya juga akan bertemu dengan pria yang ia suka.

Setelah sampai di Rumah Sakit.

Ia duduk didepan ruang operasi. Sebab, ibunya bilang bahwa ibunya sedang ada tugas untuk mengoperasi orang.

Sambil menunggu ibunya, Ayyara sibuk berkutat dengan Ponselnya. Sehingga ia tidak sadar bahwa ada seseorang yang duduk disampingnya.

"Ekhm."

Mendengar itu Ayyara mendongakkan kepalanya dan betapa terkejutnya ia. Sebab, yang duduk disampingnya adalah pria yang ia cari sedari awal masuk ke Rumah Sakit tadi.

"Rafka." hanya kata itu yang keluar dari mulut Ayyara.

"Siapa yang lo tunggu di ruang operasi?" tanya Rafka sedikit cemas.

"Mama gue." jawab Ayyara singkat.

"Mama lo sakit apa?"

Mendegar pertanyaan itu membuat Ayyara mengernyit kan dahinya.

"Mama gue gak sakit kok." jawab Ayyara.

"Lah jadi?"

"Mama gue yang lagi ngeoperasi."

"Mama lo Dokter?"

"Iya."

"Pantes sih lo sering kesini."

Ayyara hanya tersenyum, entah mengapa tersenyum sekarang menjadi hobinya.

"Iya, gue juga kesini kadang buat nyalin laporan data pengelolaan Rumah Sakit ini."

"Kok lo yang nyalin?"

"itu emang udah tugas gue." jawab Ayyara sekali lagi tersenyum.

"Maksudnya?"

"Rumah Sakit ini peninggalan Papa gue."

"Jadi Rumah Sakit ini punya Ayah lo?"

"Iya." sekali lagi Ayyara tersenyum.

"Lo sendiri sering kesini ngapain?" tanya Ayyara penasaran.

"Tiara." jawab Rafka singkat.

"Kalau boleh tau, Tiara siapa lo sih?" tanya Ayyara hati-hati.

"Gue ada urusan sebentar, gue pergi dulu ya." pamit Rafka tiba-tiba.

"Oh yudah hati hati ya."

"Hm." balas Rafka hanya dengan deheman.

Setelah kepergian Rafka.

Ayyara bergumam. "Kenapa Rafka seperti mengalihkan pembicaraan ya?" tanya Ayyara pada dirinya sendiri.

***

"Rafka itu siapa sih Ra?" tanya Ibu Ayyara saat telah sampai dirumah.

"Manusia." jawab Ayyara sedikit males.

"Iya Mama tau, maksudnya siapa nya kamu?"

"Tadi pagi kan Ara bilang kalau Rafka itu temannya Ara." ujar Ayyara menjelaskan.

"Yang bener?" goda ibu Ayyara.

"Ara capek Ma, Ara tidur ya." pamit Ayyara sebelum menuju kamarnya.

***

Dikamar Ayyara.

Ia begitu badmood, entah karena apa.

Ayyara berjalan menuju meja belajarnya, dan mulai menulis sesuatu di buku Diary nya.

Hingga tak lama ia pun terlelap dengan keadaan duduk.

***

Diary Ayyara

6, Agustus

Tiara, Nama itu yang ingin aku singkirkan dari kehidupan Rafka.

Egois? ya aku emang egois jika sudah terlanjur cinta.

Banyak yang bilang bahwa ini pasti obsesi.

Tapi aku tidak peduli, yang aku inginkan hanyalah Rafka.

Aku ingin Egois untuk kali ini apa tidak boleh?

Tiara, maaf kalau aku jahat.

***

Hari ini Ayyara sedang malas ke Kampus.

Jadi, ia menitipkan Absen kepada temannya.

Dan Ayyara juga tidak pergi ke Rumah Sakit,

ia lebih memilih mengurung diri dikamar.

"Ara! Mama pergi dulu ya sayang." pamit Ibu Ayyara dari depan pintu kamar Ayyara yang terkunci.

"Hm." Ayyara hanya berdeham yang entah didengar atau tidak oleh ibunya.

Beberapa menit kemudian, Ayyara sudah merasa bosan berdiam diri dikamarnya.

Hingga dia memutuskan untuk pergi ke taman komplek.

Sebelum itu, Ayyara mencuci mukanya terlebih dahulu agar terlihat segar. Lalu memakai cardigan dan sepatu sportnya.

Sesampainya ditaman.

Ayyara berjalan menuju tukang bubur ayam. Sebab, ia belum sarapan sejak tadi. Padahal ini sudah jam 10:45.

Setelah memesan. Ayyara menuju bangku taman, ia duduk sambil menikmati bubur ayam yang ia beli tadi.

Setelah selesai makan. Ayyara masih belum beranjak pergi, ia masih duduk santai sambil melihat anak anak yang sedang bermain.

Hingga tatapan Ayyara berhenti pada anak perempuan yang yang sedang duduk sendirian.

Tidak membuang buang waktu, Ayyara pun mendekati anak perempuan tersebut.

"Hai." sapa Ayyara saat sudah duduk disamping anak perempuan itu.

Anak perempuan itu hanya menanggapi dengan keterdiamannya sambil menghadap Ayyara dengan ekspresi bingung.

Ayyara tersenyum dan berkata.

"Nama kamu siapa?" tanya Ayyara.

"Mayra."

"Boleh kakak panggil Mayra, dengan sebutan Ay?"

"Boleh."

Ayyara tersenyum lagi, ia berpikir bahwa Mayra adalah anak yang sangat cuek.

Tak lama kemudian keheningan pun datang menyelimuti mereka.

"Ayyara, nama kakak Ayyara. Kamu bisa panggil kakak dengan sebutan Ara." ujar Ayyara memecah keheningan.

Mayra, anak perempuan itu hanya menanggapi dengan anggukan.

"May!" panggil seorang pria yang entah asalnya darimana.

"Kak Ino." ujar Mayra sambil berlari kecil menuju pria tersebut dan langsung memeluk nya.

Hal itu membuat Ayyara bangkit dari duduknya dan mendekati Mayra yang sedang memeluk seorang pria.

"Kalau jaga anak jangan suka ditinggalin sendirian." ujar Ayyara memberi nasehat.

"Givano." ujar Pria tersebut dengan mengulurkan tangannya.

Ayyara merasa dejavu dalam kejadian ini, namun dia tetap menerima uluran tangan pria tersebut.

"Ayyara, biasa dipanggil Ara." balas Ayyara dengan senyuman yang sama saat berjabat dengan Rafka.

Dan tidak lama kemudian uluran tangan itu terlepas.

"Adek lo ya?" tanya Ayyara.

"Keponakan."

Mendengar jawaban itu Ayyara hanya menganggukkan kepalanya dan membatin

'Pantes Mayra cuek, orang Oom nya juga gitu.'—batin Ayyara.

"Terima kasih udah jagain Mayra."

"Santai aja, gue juga lagi sendiri tadi.

Jadi gue ajak aja dia kenalan."

"Kalau gitu gue sama Mayra pulang dulu, Assalamualaikum."

"iya, Waalaikumsallaam."

Kepergian Mayra dan Givano membuat Ayyara kesepian lagi.

"Nggak peka banget sih, seenggaknya temanin bentar kek." gerutu Ayyara.

Setelah itu, tanpa basa basi. Ayyara kembali kerumah nya. Dan betapa terkejutnya ia.

Bahwa Givano, pria yang ditaman tadi sedang duduk di teras samping rumah Ayyara.

"Rumah lo disini?" tanya Ayyara.

Givano yang sedang memainkan ponselnya pun mendongak.

"Lo ngikutin?"

"Ringan banget tuh mulut, Rumah gue di samping Rumah lo." ujar Ayyara sinis.

"Oh."

"Bodo." ujar Ayyara kesal dan berjalan menuju rumah nya sambil menghetakkan kakinya.

Sesampainya dirumah, Ayyara merasa tambah kesepian lagi.

Dan Ayyara tidak suka itu, karena itu bisa membuatnya berpikiran jauh tentang makhluk halus.

Di Kamar. Ayyara merasa mengapa saat bertemu dengan Givano membuatnya nyaman. Tapi ia segera menepis pikiran itu, ia hanya boleh memikirkan tentang Rafka saja tidak dengan yang lain. Karena Rafka adalah first love nya Ayyara.

Selama 20 tahun entah mengapa Ayyara sulit untuk jatuh cinta.

Saat bertemu dengan Rafka, Ayyara menyukainya. Jadi itu disebut First love bukan?

Tidak ingin ambil pusing, Ayyara menuju meja belajarnya dan menulis sesuatu di buku Diary nya.

Setelah baginya cukup untuk mencurahkan hatinya ia kini tertidur di kasurnya hingga malam. Mungkin dia lelah, tapi apa yang dia kerjakan?

***

Diarry Ayyara

07, Agustus

Aku merasa dejavu saat berjabat tangan dengan Givano tadi di taman.

Aku merasa nyaman saat berkenalan dengannya, meski ia sedikit cuek.

Tapi aku masih menyukai Rafka, dan menginginkannya.

Tapi di sisi lain aku nyaman dengan Givano meski baru berkenalan, aku berpikir bahwa Givano itu beda.

Apa boleh aku egois lagi? setelah ingin menyingkirkan Tiara, apa boleh aku menginginkan Rafka dan Givano di sisi ku?

Next chapter