webnovel

TPST - Lapar Kasih Sayang

Tidak semua orang memilih untuk diam, karena banyak dari mereka yang tengah sibuk melakukan berbagai hal, tapi sampai saat ini Aksena masih fokus pada pilihannya.

Sekarang Aksena tengah berdiam dengan santai sambil menenangkan perasaan dan juga kepalanya, dia cukup santai duduk di Taman.

Kesantaian Aksena mulai perlahan memudar saat pandangan Aksena yang semula tengah memperhatikan hal yang tidak penting menjadi melihat sesuatu yang penting?

Tidak.

Alasan yang membuat Aksena merasa kalau ketenangannya menyusut bukan sebab dia melihat sesuatu yang penting, melainkan dia melihat cowok yang cukup dia kenali sekarang tengah berjalan ke arahnya.

Melihat dia yang terlihat tengah berjalan ke arahnya saja sudah membuat dia merasa tidak tenang, karena bercampur dengan sebuah kegelisahan yang ada, lalu bagaimana jadinya jika orang itu benar-benar menghampiri dirinya dan duduk di sampingnya?

"Ih, ngapain lo ke sini? Gak bisa apa sebentar aja biarin gue tenang?" Aksena bertanya dengan pandangan mata yang terus dia fokuskan memperhatikan cowok yang sama sekali tidak dia sukai.

Angin berhembus cukup kencang yang semula terasa menyejukkan dirinya, sekarang malah terasa tidak ada apa-apanya, angin itu hanya berlalu begitu saja, seolah tidak menganggap dirinya ada.

Mervin menjauhkan pandangannya beberapa saat. "Gue tadi gak ganggu lo," ucap Mervin tidak ada salahnya.

Hal yang membuat dia bisa dengan enteng mengatakan hal ini, karena dia cukup menyadari kalau sebelumnya, dia tidak mengganggu Aksena, bahkan dia dengan santai membiarkan Aksena yang katanya ingin ke Kantin sendiri.

"Memangnya kalau lo gak ganggu gue, bisa buat hidup lo kelaperan gitu?!" tanya Aksena yang kembali lagi pada kebiasaannya, dia bisa dengan mudah berubah menjadi sensitif saat dipertemukan dengan Mervin.

"Iya," jawab Mervin tanpa terlihat berpikir lama atau serius.

Jawaban enteng dari Mervin membuat Aksena mengernyit, dia sama sekali tidak mengerti ke mana arah pembicaraan Mervin, kenapa dia bisa dengan enteng mengiyakan kalau dia akan kepalaran saat dia tidak mengangguk Aksena.

"Apa hubungannya coba?" tanya Aksena yang memang dia tidak bisa menemukan sebuah kemungkinan apa pun yang bisa menjadi perantara antara Mervin yang lapar dengan dia yang tidak mengangguk dirinya.

"Laper kasih sayang," jawab Mervin dengan begitu enteng.

Sebuah senyuman yang terlihat merekah terukir dengan begitu indah, seperti bunga-bunga yang tengah mekar di taman dan membawa sejuknya angin yang berhembus.

"Perasaan gue gak pernah tuh memberikan lo kasih sayang, tapi kenapa saat gak sama gue lo jadi laper kasih sayang?" tanya Aksena dengan begitu jujur.

Sampai saat ini Aksena memang tidak merasa sudah memberikan sebuah kasih sayang pada Mervin, sehingga seharusnya sekarang Mervin tidak sampai merasakan yang namanya kelaparan jika tidak dengannya.

"Kenapa lo gak memberikan gue kasih sayang?"

Nada bicara Mervin benar-benar begitu santai, dia sama sekali tidak terpancing emosi oleh Aksena yang sedari tadi berucap dengan menggunakan nada bicara yang tinggi.

Di saat biasanya cewek yang mengalah dan lebih sabar saat bersama dengan cowoknya, karena mempunyai sebuah sifat yang cukup membuat otaknya panas, lain hal dengan hubungan antara Aksena dan Mervin.

Di saat Aksena dan juga Mervin bersama, maka Mervin menjadi orang yang begitu saja, dia berusaha untuk biasa saja, meski tengah berada di ambang emosi.

Sebenarnya Mervin bukan orang yang bisa dikategorikan penyabar, karena dia ketika bersama dengan orang lain, tidak suka menunggu, tidak ingin memilih untuk meredam emosinya saat lawan bicaranya sudah memancing.

Apakah benar kalau cowok sedang bersama dengan cewek yang dia sayang, maka sifat buruknya akan berusaha untuk dia hilangkan agar sebuah kenyaman bisa ceweknya dapatkan?

Jika benar seperti itu, maka Mervin sudah melakukannya, dia tetap bersikap lemah lembut, ketika Aksena bersikap dengan begitu jutek dan juga nada bicara yang tinggi.

*****

"Dengerin gue!" seru Aksena yang tidak ingin jika nantinya dia harus mengulang apa yang dia ucapkan.

Di mana kalimat itu adalah alasan kenapa dai tidak memberikan sebuah kasih sayang pada cowok yang diduga begitu mengharapkan sebuah kasih sayang darinya.

Begitu lembut, Mervin menganggukkan kepalanya tanpa mengalihkan pandangannya yang sedari tadi tengah terlihat fokus memperhatikan wajah cewek cantik di hadapannya.

"Dari tadi juga gue dengerin," ucap Mervin dengan menggunakan nada bicara yang enteng.

"Orang akan memberikan kasih sayangnya sama orang yang memang dia sayangi dan seharusnya lo sadar kalau lo bukan orang yang gue sayang!" jelas Aksena dengan nada yang penuh penekanan.

Di sini Aksena begitu ingin jika Mervin itu menyadari kalau dia bukan orang yang Aksena inginkan, apalagi dia sayangi, sehingga tidak heran jika sikap Aksena pada Mervin seperti ini.

Aksena sudah begitu kesal dengan hal ini, sehingga dia sudah sangat merasa jengkel berhadapan dengan Mervin, dia ingin Mervin bisa segera sadar dengan kenyataan.

Mendengar apa yang sudah Aksena jelasnya, membuat Mervin dengan begitu enteng bertanya, "Memangnya orang yang lo sayang siapa?"

Mendapatkan pertanyaan yang seperti itu, membuat Aksena kebingungan harus memberikan sebuah jawaban apa, karena dia memang kesulitan untuk menyebutkan nama laki-laki yang tengah dia sayangi.

Lalu siapa sebenarnya orang yang Aksena sayangi?

Kenapa Aksena tidak kunjung bisa menyayangi Mervin?