webnovel

Kesucian Yang Terenggut ( 2 ) 21+

Keduanya dikuasai nafsu dan gairah. Keduanya bercinta bak suami istri yang tengah melepaskan rindu. Saling membutuhkan satu sama lain. Desahan mereka saling bersahutan di bawah selimut. Tak ada rasa malu meski mereka tidak dekat satu sama lain. Hanya Rere yang tahu siapa sang pria yang tengah menggaulinya. Pria itu berhalusinasi, menganggap wanita yang bersamanya adalah sang istri yang telah meninggal.

Dino menghela napas, mencoba meredakan hasratnya yang tengah naik. Ia melepaskan lumatannya pada Rere lalu menatap sang gadis dengan tatapan yang sulit dimengerti. Ingin menghentikan namun tubuh bawahnya beraksi lain. Dino mendekati Rere, mendekap gadis itu penuh damba. Melepaskan satu persatu pakaian yang melekat di tubuh sang gadis, lalu membiarkan tergeletak di lantai. Matanya diselimuti kabut gairah. Ia tak bisa menolak hasrat yang tengah menderanya. Tubuhnya sangat panas, butuh pelepasan. Ia tak mampu mengalihkan pandangan kala melihat tubuh Rere hanya berbalut bra dan celana dalam.

Belahan dada sang gadis sangat menggiurkan. Dino membenamkan kepalanya di kedua bukit kembar Rere. Ia menciumnya penuh kasih, lalu melepaskan bra sang wanita. Bukitnya begitu menggiurkan, ranum dengan dada putih yang membusung.

Pria mana yang tidak tergoda dan tergiur mendapati pemandangan yang sangat indah. Tak mampu mengendalikan diri. Ciuman Dino beralih dari dada menuju bibir Rere. Ia melumatnya, menyecap dan mengulumnya dengan dalam. Dino bahkan memegang tengkuk Rere untuk memperdalam ciuman.

Rere tak kuasa menahan gejolak dalam tubuhnya. Hasrat terbakar ingin dituntaskan dan dipuaskan. Suara erangan pelan keluar dari mulutnya, membuat gairah Dino naik menuju puncak.

Tangan pria itu meremas dada Rere, lalu mulutnya melumat puncak dada gadis itu seperti bayi yang sedang menyusu. Desahan Rere semakin keras, ia bahkan meremas rambut Dino. Ingin lebih dan ingin lebih. Rasanya sangat nikmat dan menggairahkan. Tak sabar Dino mendorong Rere ke ranjang. Tempat peraduan yang sudah lama tidak ia gunakan. Ia menindih tubuh Rere.

"Touch me, please..." Rengek Rere manja tak bisa menahan gejolak dalam tubuhnya. Tangan Dino menjelajahi seluruh kulit tubuh Rere.

"Tentu sayang. Aku akan menyentuhmu. Aku merindukan kamu. Aku rindu menyentuh tubuhmu. Antarkan aku ke peraduan cinta." Dino memposisikan diri di antara kedua kaki Rere.

Pria itu melepaskan kain terakhir di tubuh Rere, membenamkan kepalanya di pusat inti Rere. Bermain-main disana hingga Rere menjerit nikmat. Menekan kepala pria itu agar lebih menjelajahi surgawinya.

Tanpa rasa jijik Dino menjelajahi setiap inci inti tubuh Rere. Tak ada suara, hanya desahan dan erangan saat lidah pria itu menjelajahi inti tubuh Rere. Satu tangan pria itu meremas puncak dada Rere hingga kenikmatan wanita itu bertambah berkali-kali lipat. Ini yang pertama bagi Rere, namun ia sudah candu. Ternyata sentuhan fisik seperti ini sangat nikmat, membawanya terbang ke langit ke tujuh. Tak bisa dilukiskan dengan kata-kata.

Hasrat Dino naik membabi buta kala mendengarkan suara desahan nikmat dari mulut Rere. Ia mencium aroma tubuh wanita itu melalui inti tubuhnya. Dino sudah tak sabar. Ia angkat kepalanya dari inti tubuh Rere. Ia menghujam Rere hingga wanita itu berteriak kesakitan. Rere menegang, tak bisa menggambarkan kondisinya. Dipengaruhi obat perangsang hingga ia lupa nafsu tengah menjeratnya. Dino terus bergerak meski Rere sedikit meringis dan menangis. Dino bergerak cepat. Tak lagi mendengarkan tangisan si wanita. Tangisan itu berganti dengan desahan mendamba. Ingin disentuh dan terus disentuh.

Tanpa aba-aba, dua tubuh menyatu dalam hasrat yang membara. Mereka bak orang kesetanan melakukan permainan cinta yang makin lama semakin menggairahkan. Mereka menikkmati cinta, meski tak ada cinta dalam hati mereka. Hanya dua orang asing yang saling memberikan kenikmatan.

Dino mengerjap, menjernihkan penglihatannya. Siapakah gadis yang ia masuki? Kenapa berbeda? Tidak seperti wanita yang ia rindukan. Gadis ini lebih nikmat dan menggairahkan dari cintanya. Dino merasakan semangat menggebu-gebu untuk bercinta. Setelah ribuan purnama ia menemukan kembali hasratnya. Baru beberapa Minggu tak mencumbu wanita membuat hasratnya naik. Entah kenapa ia sangat ingin dan ingin dipuaskan. Si wanita pasrah di bawah kungkungannya.

"Akh...." Desahan Rere semakin keras kala rasa sakit di inti tubuhnya berganti dengan rasa nikmat yang tak berkesudahan.

Dino melahap puncak dada Rere yang tengah membusung. Sayang untuk dilewatkan. Meski tubuh bawah mereka menyatu tak salahnya mencari kepuasan dari tubuh yang lain.

Rasanya tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata. Rere tak pernah merasakan sensasi seperti ini. Ini baru pertama kali untuknya namun sangat nikmat ia rasakan.

"Aku...." Napas Rere tersengal menyentuh pipi Dino.

"Keluarkan saja. Sebentar lagi kamu akan mendapatkan pelepasan." Dino menghujam tubuhnya lebih dalam. Ia ingin mencapai pelepasan pertamanya.

Keesokan harinya Dino kaget, bangun dalam kondisi telanjang dan memeluk seorang wanita. Ia memegang kepalanya yang sakit efek minum wine.

"Kamu siapa?" Tanyanya mengguncang tubuh Rere yang terlelap tidur. Gadis itu bangun dan berteriak histeris kala menyadari tubuhnya tanpa benang sehelai pun.

"Aaaaaaaaaaaaaa." Mata Rere membulat menyadari pria yang tidur disampingnya. Gadis itu bergelung dalam selimut. Malu mendapati dirinya tak berpakaian dengan pria asing meski ia kenal siapa Dino.

"Dari logatmu. Apa kamu orang Indonesia?"

"Ya," jawab Rere pelan. Ia merunduk tak berani menatap sang pria.

"Berarti kamu satu negara denganku. Aku orang Padang."

"Aku Surabaya."

Rere dan sang pria bicara di ruang tamu. Mereka terlihat canggung satu sama lain. Mereka bukan anak kecil yang tak mengerti apa yang telah terjadi di antara mereka tadi malam.

"Kenapa kamu bisa bersamaku tadi malam?" Ada rasa penyesalan dalam diri Dino telah merenggut kesucian seorang gadis. Ia tahu gadis itu masih perawan ketika melihat bercak darah di atas seprai.

"Kita mabuk," jawab Rere menahan air matanya. Merutuki kebodohannya karena telah menyerahkan kegadisannya pada pria asing. Andai saja ia tidak berhati ibu peri, mungkin peristiwa tadi malam tidak akan terjadi.

"Tidak mungkin hanya karena mabuk." Si pria tak percaya begitu saja dengan ucapan Rere.

"Kita mabuk Tuan Dino….." Rere keceplosan memanggil nama si pria.

"Kamu tahu siapa aku?" Dino terperanjat. "Apa ini taktikmu untuk menjeratku? Agar aku menikahimu dan kau ingin merampas hartaku?" Tuduhnya dengan kejam.

"Aku tidak sehina itu. Jaga ucapan anda Tuan."

"Lalu setelah ini terjadi kau tidak akan meminta pertanggung jawabanku? Aku yakin kau telah menjebakku. Ini taktik lama yang dimainkan wanita dari kelas bawah untuk jadi orang kaya."

Sebuah tamparan mendarat di pipi sang CEO. Rere tak terima dihina. Seharusnya ia marah karena mahkotanya telah dirampas, namun sang bos malah menuduhnya tidak-tidak. Wanita mana yang tidak sakit hati. Niat hati ingin menolong namun ia malah mendapatkan tuduhan yang tidak mengenakkan. Rere mengambil tas lalu pergi meninggalkan apartemen pria itu.

"Mau kemana?"

"Aku mau pulang," jawab Rere ketus. Ia berjalan tertatih karena selangkangan masih sakit.

"Urusan kita belum selesai."

"Sudah selesai bagiku. Aku tidak bisa terima penghinaanmu. Aku bersumpah tidak akan menampakkan wajahku di depanmu lagi."

"Jika kamu hamil bagaimana? Aku tidak memakai pengaman." Pria itu melunak. Menyugar rambut dan mengusap wajahnya.

"Aku tidak akan meminta pertanggungjawabanmu." Hati Rere terluka meninggalkan si pria begitu saja.

"Brengsek," maki Rere menangis menghempaskan pintu apartemen.

Next chapter